Logo
>

Bos Kripto Kumpul di Gedung Putih Bahas Cadangan Bitcoin

Trump pamer strategi baru untuk kripto, janji cadangan Bitcoin nasional, dan sinyal regulasi yang lebih ramah industri.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Bos Kripto Kumpul di Gedung Putih Bahas Cadangan Bitcoin
Iustrasi Donald Trump dan platform Kripto World Liberty Financial. Foto: worldlibertyfinancial.com.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bikin gebrakan baru di dunia kripto. Pada Jumat kemarin, ia mengundang para pemain besar industri aset digital ke Gedung Putih untuk membahas rencana strategisnya, yakni membuat cadangan bitcoin milik negara. Ini pertama kalinya pemerintah AS secara resmi membahas strategi kepemilikan aset digital dalam skala besar.

    Sejumlah nama besar hadir di jamuan makan malam kenegaraan itu, termasuk CEO MicroStrategy Michael Saylor, bos Coinbase Brian Armstrong, investor kembar Cameron dan Tyler Winklevoss, serta pengusaha David Bailey. Tak ketinggalan, Zach Witkoff, salah satu pendiri bisnis kripto milik Trump sendiri, World Liberty Financial.

    Trump mengatakan cadangan strategis ini akan berisi bitcoin yang disita pemerintah dari kasus kejahatan dan perdata, tanpa menggunakan dana pajak rakyat. “Kita tak ingin membebani pembayar pajak,” ujarnya dikutip dari Reuters di Jakarta, Sabtu, 8 Maret 2025.

    Tapi, rencana ini agak bikin pasar kecewa. Investor yang berharap pemerintah AS bakal belanja bitcoin baru harus gigit jari karena cadangan ini hanya akan diisi dari aset yang disita, bukan pembelian baru. Alhasil, harga bitcoin turun 3,4 persen ke level USD86.394 (sekitar Rp1,3 miliar).

    JP Richardson, CEO Exodus, perusahaan pengembang dompet kripto, juga mengkritik rencana ini. Menurutnya, memasukkan empat koin lain selain bitcoin ke dalam cadangan strategis adalah langkah yang riskan. “Industri kripto memang berkembang pesat, tapi masih dalam tahap awal. Beberapa koin lain punya fungsi yang jauh berbeda dan bisa membawa lebih banyak risiko,” katanya.

    Terlepas dari pro dan kontra, eksekutif industri kripto umumnya melihat acara ini sebagai sinyal positif. Setelah bertahun-tahun menghadapi regulasi yang tak menentu, sekarang mereka merasa ada ruang diskusi dengan pemerintah. “Ini pertama kalinya para pemimpin industri merasa bisa berdialog dengan pemerintah, bukan sekadar jadi sasaran kebijakan,” kata Co-founder Wave Digital Assets, Les Borsai, meskipun ia sendiri tak diundang.

    Trump sendiri tampak antusias. “Kita ini pionir, dalam satu dan lain hal,” katanya. Bahkan, ia sempat melontarkan lelucon khas dunia kripto, “Mulai sekarang, Amerika akan mengikuti prinsip sederhana yang sudah dikenal setiap pemilik bitcoin: jangan pernah jual bitcoinmu!”

    Tak berhenti di situ, Trump juga mengeluarkan perintah eksekutif yang memastikan bitcoin milik pemerintah AS tak boleh dijual. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menegaskan dolar AS tetap akan menjadi mata uang cadangan dunia, tetapi pemerintah akan mulai menggunakan stablecoin sebagai bagian dari strateginya.

    Di media sosial, CEO Ripple, Brad Garlinghouse, menyambut baik langkah Trump yang mengakui bahwa dunia kripto lebih luas dari sekadar bitcoin. XRP, koin yang terkait dengan Ripple, masuk dalam daftar aset digital yang dipertimbangkan untuk masuk ke cadangan strategis pemerintah.

    Para pemain industri kini berharap regulasi terhadap kripto bisa lebih jelas dan tidak berbelit. “Yang paling dibutuhkan sekarang adalah kejelasan soal aturan dan siapa regulator utamanya,” ujar profesor hukum dari Vanderbilt University, Yesha Yadav.

    Regulasi yang lebih jelas bisa mempercepat persetujuan ETF berbasis kripto oleh Securities and Exchange Commission (SEC).

    Namun, langkah Trump ini juga menuai kritik perihal potensi konflik kepentingan. Trump dan keluarganya diketahui memiliki investasi di World Liberty Financial dan sempat meluncurkan token meme kripto. Meski timnya mengklaim Trump sudah menyerahkan kendali bisnisnya ke pihak lain, transparansi kebijakan ini tetap dipertanyakan. Gedung Putih sendiri belum memberikan komentar resmi terkait isu ini.

    Bitcoin Loyo di Tengah Manuver Trump

    Pasar kripto sedang bergolak setelah pertemuan elite industri dengan Trump di Gedung Putih. Bitcoin, yang menjadi sorotan dalam wacana cadangan strategis pemerintah, justru mengalami tekanan harga. Berdasarkan data CoinMarketCap yang diakses di Jakarta pada pukul 11.36 WIB, kapitalisasi pasar kripto global menyusut 1,30 persen menjadi USD2,83 triliun (sekitar Rp46.195 triliun). Indeks Fear & Greed berada di level 25 yang mengindikasikan sentimen pasar yang masih cenderung takut atau pesimistis.

    Bitcoin (BTC) masih bertahan sebagai kripto terbesar dengan kapitalisasi pasar USD1,71 triliun (sekitar Rp27.555 triliun), meskipun harganya turun 1,48 persen dalam 24 jam terakhir ke USD86.281 (sekitar Rp1,39 miliar). Ethereum (ETH) juga ikut melemah 0,54 persen ke USD2.148 (sekitar Rp34,3 juta), sementara XRP anjlok paling dalam dengan koreksi 5,12 persen ke USD2,36 (sekitar Rp37.200).

    Di sisi lain, beberapa altcoin masih mencatatkan pergerakan positif. TRON (TRX) menjadi salah satu yang paling mencolok dengan lonjakan 2,91 persen ke USD0,2455 (sekitar Rp3.920). Binance Coin (BNB) dan Dogecoin (DOGE) juga mencatatkan kenaikan masing-masing 0,59 persen dan 0,50 persen.

    Dengan pergerakan pasar yang masih fluktuatif, pertanyaannya kini adalah apakah sentimen dari kebijakan kripto Trump benar-benar akan menopang pasar atau justru menambah ketidakpastian?(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).