KABARBURSA.COM - China akan memberlakukan larangan ekspor terhadap "barang-barang dengan penggunaan ganda" yang terkait dengan galium, germanium, antimon, dan material superkeras ke Amerika Serikat, yang mulai berlaku pada hari Selasa, demikian pernyataan dari kementerian perdagangan.
Regulasi baru ini juga mencakup kewajiban untuk melakukan peninjauan lebih ketat terhadap pengguna akhir dan tujuan penggunaan barang-barang grafit dengan penggunaan ganda yang dikirim ke AS. Seperti dilansir reuters di Jakarta, Selasa 3 Desember 2024.
Langkah tersebut diambil setelah Amerika Serikat pada hari Senin meluncurkan tindakan keras ketiganya dalam kurun waktu tiga tahun terhadap industri semikonduktor China, dengan membatasi ekspor ke 140 perusahaan, termasuk Naura Technology Group, produsen peralatan chip ternama.
Pengecualian Tarif Untuk Impor
Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China mengumumkan bahwa negara tersebut akan memperpanjang pengecualian tarif untuk impor sejumlah produk asal Amerika Serikat (AS) hingga 28 Februari 2025.
Produk-produk yang terdaftar, seperti bijih logam tanah jarang, desinfektan medis, dan baterai nikel-kadmium, akan tetap dibebaskan dari tarif tambahan yang diberlakukan sebagai respons terhadap kebijakan Bagian 301 AS, demikian pernyataan komisi tersebut, yang dikutip Reuters di Jakarta pada Senin, 2 Desember 2024.
Namun, di sisi lain, China memberikan peringatan tegas terkait kemungkinan langkah-langkah pengendalian chip yang lebih ketat dari AS. Langkah ini diambil setelah munculnya laporan bahwa Pemerintahan Joe Biden berencana untuk mengumumkan pembatasan ekspor baru dalam waktu dekat.
Pada pekan lalu, Kamar Dagang AS menginformasikan kepada anggotanya melalui email bahwa pemerintahan Biden tengah mempertimbangkan untuk menambah 200 perusahaan chip China ke dalam daftar hitam perdagangan, yang akan membatasi sebagian besar pemasok AS dalam mengirimkan barang kepada mereka.
Menyikapi hal tersebut, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, He Yadong, menegaskan bahwa China sangat menentang ekspansi konsep keamanan nasional oleh AS dan penyalahgunaan kebijakan pengendalian yang ditujukan kepada perusahaan-perusahaan China.
He menambahkan bahwa jika AS tetap melanjutkan kebijakan pengendalian tersebut, China akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi hak-hak sah perusahaan-perusahaan China.
Senjata Utama Donald Trump
Kebijakan tarif selalu menjadi senjata utama Donald Trump dalam negosiasi perdagangan internasional, termasuk saat ia menjabat sebagai Presiden AS di periodepertama.
Dalam upayanya melindungi industri dalam negeri dan menekan negara-negara mitra dagang seperti Meksiko, Kanada, dan China, Trump berencana memberlakukan tarif besar-besaran yang berpotensi mengubah dinamika harga barang impor di pasar domestik.
Namun, di balik kebijakan ini, terdapat pertanyaan mendasar: bagaimana tarif ini bekerja, siapa yang sebenarnya membayar, dan seperti apa dampaknya terhadap harga dan ekonomi secara keseluruhan?
Tarif kembali menjadi sorotan setelah Presiden terpilih Donald Trump berjanji akan menerapkan tarif 25 persen untuk impor dari Meksiko dan Kanada, serta bea tambahan sebesar 10 persen untuk barang-barang dari China. Ancaman ini ditujukan untuk menekan negara-negara tersebut menghentikan arus imigran ilegal dan narkoba ke AS.
Dilansir dari Business Insider, Jumat, 29 November 2024, ancaman tarif Trump mungkin digunakan sebagai taktik negosiasi untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik dengan tiga mitra dagang utama AS. Namun, jika tarif benar-benar diberlakukan, dampaknya bisa dirasakan pada harga barang, lapangan kerja, dan ekonomi AS secara keseluruhan. Selain itu, risiko balasan dari Meksiko, Kanada, dan China dalam bentuk tarif baru dapat memicu perang dagang.(*)