KABARBURSA.COM – Pemerintah mengklaim Danantara telah mengamankan komitmen investasi senilai USD4 miliar dari Qatar. Namun, hingga kini, belum ada kejelasan proyek konkret yang akan digarap lembaga sovereign wealth fund tersebut sehingga menimbulkan tanda tanya di kalangan pelaku pasar.
Analis Pasar Modal dari MikirDuit, Surya Rianto, menilai ketidakjelasan itu sebenarnya bukan masalah besar sepanjang dikelola dengan strategi yang tepat.
“Karena skemanya bukan ada proyek cari dana dulu, tapi ada dana dan mulai garap proyek yang dituju. Sebenarnya enggak ada problem juga sih,” ujar Surya kepada Kabarbursa.com, Minggu, 27 April 2025.
Sementara menunggu proyek siap, kata Surya, penempatan dana Danantara di Surat Berharga Negara (SBN) justru langkah yang rasional.
“Dengan mereka menempatkan di surat berharga negara berarti mau hold dana sambil nunggu proyek yang mau diinvestasikan atau masuk ke pasar modal. Karena SBN juga cukup likuid dengan risiko yang terukur,” tambahnya.
Menurut Surya, sebaiknya Danantara memberikan pembaruan portofolio investasinya secara berkala untuk menjaga kepercayaan pasar.
“Mungkin bisa update portofolio investasi per kuartalan dan yg terdekat di Juni 2025 terkait kinerja kuartal II karena danantara baru dapat dana dari April 2025 dari dividen big bank,” jelasnya.
Namun, ia menekankan bahwa praktik umum di banyak sovereign wealth fund dunia, seperti Temasek, biasanya hanya mempublikasikan kinerja investasi setahun sekali.
“Toh, dana yang digunakan untuk investasi kan dari dividen bumn juga bukan uang pajak,” tutup Surya.
Sejauh ini, konsolidasi internal Danantara masih berjalan. Pelaku pasar kini menunggu langkah konkret berikutnya untuk melihat seberapa efektif lembaga ini dalam mendukung pembangunan nasional melalui investasi produktif.
Bos Danantara Klaim Investor AS Mulai Lirik RI
CIO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) Pandu Sjahrir, menyebut investor di Amerika Serikat (AS) mulai melirik Indonesia di tengah perang dagang global.
Pandu mengatakan, para investor ini mulai keteteran akibat perang dagang yang tengah berkecamuk. Karenanya, mereka sedang mencari cara untuk bisa kembali atau return di tengah situasi yang serba tidak pasti.
“Mereka (investor di AS) juga pusing dengan apa yang terjadi. Saya berbicara dengan beberapa investor besar di Amerika, baik di public maapun private market. Justru mereka yang nanya-nanya saya, ini sebaiknya bagaimana,” kata Pandu kepada media di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI).
Setelah perbincangan tersebut, diketahui para investor AS ini menganggap kondisi di Indonesia jauh lebih baik. Untuk itu, peluang berbisnis dan menanamkan sahamnya cukup terbuka.
“Mereka melihat, Indonesia mungkin politiknya bersih, rapih, relatively secara policy juga bagus. Kan kita banyak fokus ke food security dan energy security,” ujar dia.
Pandu memaparkan bagaimana investor di AS bisa menaruk ketertarikan kepada Indonesia. Dirinya memberi contoh Qatar, yang berencana berinvestasi sebesar USD2 miliar ke Danantara.
Lebih jauh, perang dagang global memang berimbas ke banyak negara. Namun, dia menegaskan efek positif dari situasi seperti ini adalah dengan memperkuat ekonomi dalam negeri.
“Sekarang bagusnya Donald Trump akan berbicara sama Presiden Xi. Menurut saya itu langkah yang baik, kelihatan dari pasar modal hari ini juga naik hampir 1 persen. Menurut saya, perang dagang secara keseluruhan malah membuat Indonesia kini juga banyak fokus ke diri kita sendiri,” ucap dia.
Didesak Buka Rencana Investasi
Seperti diberitakan sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto, mempertanyakan arah dan kejelasan rencana bisnis superholding BUMN, Danantara yang saat ini mulai menyerap dividen jumbo dari sejumlah BUMN strategis. Menurutnya, hingga kini belum ada penjelasan resmi mengenai program maupun skema investasi dari entitas anyar tersebut.
"Sekarang kan kita belum tahu programnya apa, model bisnisnya seperti apa, sampai sekarang kita belum tauh," ujar Darmadi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat 25 April 2025.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menegaskan DPR akan mendorong mekanisme pengawasan yang ketat terhadap Danantara, termasuk rencana audit setelah program-program mulai berjalan.
"Nah, tentu saja nanti kita bisa meminta audit kepada danantara kalau prosesnya sudah berjalan," kata Darmadi.
Namun hingga kini, ia mengaku belum menerima penjelasan resmi maupun pemaparan konkret dari pihak Danantara perihal langkah strategis yang tengah dijalankan lembaga tersebut.
Ia menilai belum terlihat adanya pergerakan berarti dan justru cenderung terlihat sibuk sendiri tanpa arah yang jelas. Karena itu, ia menyarankan agar mekanisme audit bisa dilakukan setelah proyek-proyek Danantara mulai berjalan.
Darmadi menuturkan, Komisi VI DPR RI telah menjadwalkan agenda pemanggilan terhadap CEO Danantara dalam waktu dekat. Ia berharap dalam pertemuan tersebut, pihak Danantara dapat secara terbuka memaparkan rencana kerja, strategi investasi, serta kontribusi nyata yang dapat diberikan terhadap perekonomian nasional.
"Kita sudah kemarin masuk dalam jadwal. Cuma tinggal waktu aja. Nanti kalau dipanggil komisi VI, kita minta mereka presentasi model bisnisnya," katanya.(*)