KABARBURSA.COM – Danantara dikabarkan tengah bersiap meneken kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC) senilai USD8 miliar dengan perusahaan teknik asal Amerika Serikat, KBR Inc, untuk membangun 17 kilang minyak modular di Tanah Air. Informasi ini terungkap dari dokumen internal Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan dua sumber Reuters yang mengetahui langsung agenda tersebut.
Rencana ini menjadi bagian dari kesepakatan dagang Indonesia-AS yang diumumkan pekan lalu. Sebagai imbalannya, Amerika menurunkan ancaman tarif bea masuk dari 32 persen menjadi 19 persen.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, selaku negosiator utama, mengungkapkan proyek kilang modular ini dalam forum tertutup bersama para pelaku usaha di Jakarta, Senin, 21 Juli 2025, malam. Dua narasumber yang hadir membenarkan informasi itu, termasuk isi presentasi yang turut ditinjau oleh Reuters.
Belum ada pernyataan resmi dari pihak Danantara maupun KBR Inc, yang dulu dikenal sebagai Kellogg Brown & Root. Rincian teknis soal proyek kilang juga belum disampaikan ke publik.
Meski rincian pembelian energi, produk pertanian, hingga pesawat terbang dari AS telah diumumkan pemerintah sebelumnya, proyek kilang ini baru pertama kali muncul dalam presentasi internal tersebut.
Di dalamnya juga disebutkan rencana investasi strategis senilai USD2 miliar oleh Indorama, grup petrokimia dan tekstil Indonesia, untuk mengembangkan blue ammonia di negara bagian Louisiana, AS. Namun proyek itu masih menunggu insentif pajak dari otoritas setempat agar layak secara finansial.
Sebagai bagian dari paket dagang, Presiden AS Donald Trump juga mengumumkan bahwa Indonesia akan membeli 50 unit pesawat Boeing, dengan total nilai transaksi sektor penerbangan mencapai USD14,4 miliar.
Secara keseluruhan, nilai potensi kesepakatan dagang Indonesia-AS bisa menyentuh USD34 miliar, berdasarkan dokumen yang sama.
Pemerintah Indonesia menilai kesepakatan ini sebagai batu loncatan penting untuk menjadi mitra dagang strategis AS, bahkan berambisi menjadi salah satu negara pertama yang meneken kesepakatan dagang penuh dengan Washington.
“Indonesia menyambut lebih banyak investasi dan bisnis dari Amerika Serikat demi penciptaan lapangan kerja, alih teknologi, dan mendukung pembangunan proyek-proyek prioritas nasional,” bunyi salah satu poin dalam presentasi.
Dampak dari penurunan tarif ini diyakini dapat mengerek pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 0,5 poin persentase, kata pemerintah.
Nama Apple dan General Electric juga turut dicantumkan sebagai perusahaan AS yang akan diuntungkan dari pelonggaran aturan kandungan lokal Indonesia untuk produk TIK dan alat kesehatan.
Sebagaimana diketahui, Indonesia mewajibkan sebagian kandungan produk dibuat di dalam negeri. Kebijakan ini sempat dipandang memberatkan oleh sejumlah investor asing.
Apple bahkan sempat dilarang menjual iPhone 16 di Indonesia karena tidak memenuhi ketentuan tersebut—hingga akhirnya melunak usai perusahaan teknologi itu mengumumkan rencana investasi lebih dari USD300 juta di Indonesia.(*)