Logo
>

Data Manufaktur China tak Bertenaga, Harga Logam Tersungkur

Ditulis oleh Yunila Wati
Data Manufaktur China tak Bertenaga, Harga Logam Tersungkur

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Data manufaktur China melemah dan berakibat pada harga logam non-ferrous tersungkur pada perdagangan Selasa, 3 September 2024. Harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,7 persen menjadi USD9.116,50 per metrik ton pada pukul 13.28 WIB, menurut laporan Reuters dari Hanoi.

    Sementara itu, kontrak tembaga Oktober yang paling aktif diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange juga mengalami penurunan sebesar 1 persen menjadi 73.090 yuan (USD10.265,02) per ton.

    Indeks Dolar AS (Indeks DXY) yang bertahan mendekati level tertinggi dua minggu membuat logam yang dihargakan dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

    Aktivitas manufaktur di China turun ke level terendah dalam enam bulan pada Agustus, menurut data resmi. Sektor ini berkontribusi besar terhadap permintaan logam dan merupakan salah satu indikator utama kesehatan ekonomi China.

    Seorang trader mengatakan bahwa komoditas mengalami penurunan untuk hari kedua berturut-turut, yang terkait dengan penjualan umum (generic selling) dan Indeks Manajer Pembelian (PMI) global yang buruk.

    "Tidak ada ekspektasi kuat akan pemulihan permintaan," tambah trader tersebut.

    "Saya menunggu stimulus atau pemotongan suku bunga. Itu pandangan jangka panjang. Begitu pemotongan suku bunga terjadi - dan jika terjadi cukup cepat - banyak negara dapat mulai merilis paket stimulus," lanjut dia.

    Logam dasar lainnya di LME juga melemah, dengan aluminium turun 0,7 persen menjadi USD2.408 per ton, nikel turun 0,2 persen menjadi USD16.595, timah turun 0,2 persen menjadi USD31.335, sementara timbal hampir tidak bergerak di posisi USD2.059,50.

    Seng (zinc) di LME turun 0,6 persen menjadi USD2.823 per ton. Meskipun begitu, seng mengalami kenaikan lebih dari 8 persen pada Agustus, yang merupakan kenaikan bulanan terbaik sejak April, didorong oleh kekhawatiran pasokan.

    Sandeep Daga, Direktur Metal Intelligence Centre, menyatakan, "Data China yang mengecewakan, terutama dari sektor konstruksi, kemungkinan akan menyebabkan investor seng yang bullish menarik diri, yang mengakibatkan penurunan harga lebih lanjut dalam beberapa pekan ke depan."

    Di bursa berjangka Shanghai, aluminium turun 0,6 persen menjadi 19.540 yuan per ton, seng turun 1 persen menjadi 23.595 yuan, timbal turun 0,3 persen menjadi 17.305 yuan, timah turun 1,9 persen menjadi 255.270 yuan, dan nikel turun 0,1 persen menjadi 128.710 yuan.

    Saham China Bergerak Beragam

    Saham-saham China mengalami pergerakan yang beragam pada perdagangan Selasa. Indeks Shanghai Composite turun 0,3 persen menjadi 2.802,98, mencerminkan kekhawatiran yang terus berlanjut tentang kondisi ekonomi China. Penurunan ini didorong oleh kekhawatiran atas sektor manufaktur yang lemah, di mana aktivitas manufaktur menyusut untuk bulan keempat berturut-turut pada bulan Agustus. Penurunan ini menandakan tantangan yang terus berlanjut dalam pemulihan ekonomi China, yang membuat investor semakin khawatir.

    Di sisi lain, Indeks Komponen Shenzhen justru naik 1,2 persen dan ditutup pada angka 8.268,05. Perbedaan kinerja ini menunjukkan reaksi investor yang berbeda di berbagai sektor pasar saham China.

    Pasar perumahan China juga menjadi perhatian utama. Haibin Zhu, Kepala Ekonom China di JPMorgan, menjelaskan bahwa sektor properti masih melemah, sebagian besar karena stimulus pemerintah yang kurang memadai. Zhu juga memperingatkan bahwa harga rumah kemungkinan tidak akan stabil hingga paling cepat tahun 2025, menambah ketidakpastian ekonomi secara keseluruhan.

    Dalam berita korporasi, saham Guanghui Logistics (SHA:600603) turun 5 persen, meskipun ada rencana dari pemegang saham pengendali, Xinjiang Guanghui Industrial Investment (Group), untuk meningkatkan kepemilikan saham mereka hingga 2 persen. Rencana pembelian saham senilai antara 150 juta hingga 300 juta yuan ini tidak berhasil meningkatkan kepercayaan investor, mungkin karena kekhawatiran yang lebih luas terhadap kondisi ekonomi dan tantangan pasar.

    Pada pekan lalu, harga tembaga di Shanghai melesat ke level tertinggi dalam lebih dari tiga minggu pada Senin, 26 Agustus 2024, didorong oleh lonjakan permintaan di China dan harapan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS pada September mendatang. Kontrak tembaga untuk pengiriman Oktober, yang paling aktif diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange (SHFE), naik 1,3 persen menjadi 74.520 yuan (USD10.463,35) per ton pada jeda tengah hari. Begitu mengutip laporan Reuters di Hanoi, hari ini.

    Pada awal sesi, kontrak tersebut sempat naik 1,6 persen menjadi 74.770 yuan per ton, level tertinggi sejak 2 Agustus kemarin. Kenaikan ini didorong oleh pabrikan wire rod tembaga yang meningkatkan pesanan mereka setelah harga tembaga turun, serta oleh pelanggan hilir—perusahaan jaringan listrik—yang meningkatkan output untuk memenuhi target produksi tahunan, menurut analis CRU, He Tianyu. Sektor listrik merupakan salah satu konsumen terbesar komoditas tembaga.

    Meskipun demikian, harga tembaga SHFE masih sekitar 17 oersen di bawah rekor tertinggi 89.290 yuan per ton yang dicapai pada 20 Mei. He Tianyu juga mengingatkan bahwa musim puncak konsumsi China biasanya dimulai dari pertengahan September, namun hal ini bisa terganggu jika harga tembaga kembali ke posisi USD10.000 per ton di London Metal Exchange (LME) atau 80.000 yuan per ton di SHFE.

    Selain tembaga, harga aluminium di SHFE juga naik 0,3 persen menjadi 19.875 yuan per ton, setelah sempat mencapai 19.990 yuan di awal sesi, level tertinggi sejak 16 Juli lalu. Kenaikan harga ini dipengaruhi oleh kekhawatiran pasokan dan ekspektasi penurunan suku bunga AS, yang didukung oleh pernyataan Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, pada Jumat, 23 Agustus kemarin.

    Logam lainnya di bursa berjangka Shanghai juga menunjukkan pergerakan yang beragam. Seng (zinc) mencapai level tertinggi sejak 17 Juli 2024 di 24.175 yuan per ton, sementara timah turun 0,4 persen menjadi 265.830 yuan tetapi masih mendekati level puncak satu minggu yang disentuh pada sesi sebelumnya.

    Yunnan Tin China, produsen timah olahan terbesar di dunia, memulai maintenance peralatan peleburannya mulai 25 Agustus 2024, yang diperkirakan berlangsung hingga 45 hari. Sementara itu, nikel SHFE melonjak 1,2 persen menjadi 131.040 yuan dan timbal (lead) melejit 1,3 persen menjadi 17.620 yuan per ton.

    Pergerakan harga logam ini mencerminkan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor global seperti permintaan dari sektor listrik di China dan ekspektasi kebijakan moneter di AS.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79