KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa kekuatan konsumsi masyarakat masih menjadi motor utama bagi ekonomi Indonesia, terutama di tengah kondisi inflasi yang relatif rendah dalam beberapa waktu terakhir.
Pernyataan ini disampaikan Sri Mulyani saat menjelaskan capaian pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang kuartal I-2025 dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR RI pada Selasa, 1 Juli 2025.
Ia merujuk pada stabilnya laju konsumsi masyarakat selama setahun terakhir. “Kalau dibandingkan kuartal ke belakang, kuartal 1,2,3,4 2024 pertumbuhan konsumsi 4,9 itu relatif stabil,” ujarnya.
Salah satu indikator yang mengonfirmasi terjaganya daya beli ialah konsumsi listrik nasional yang menunjukkan tren positif. Data mencatat konsumsi dari sektor industri tumbuh sebesar 6,3 persen, sementara konsumsi rumah tangga melonjak hingga 17,7 persen.
“Ini mungkin ada efek juga dari diskon tarif listrik untuk yang RT,” tambahnya.
Kementerian Keuangan juga mencatat bahwa konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia selama Januari hingga Maret 2025.
“Kadang-kadang kalau berita sampaikan konsumsi RT melemah daya beli melemah, kalau kita lihat potret beberapa kuartal angka 4,9-5 persen ini lebih stabil,” kata Menkeu.
Meski demikian, ekonomi secara keseluruhan tercatat hanya tumbuh 4,87 persen. Selain konsumsi masyarakat, kontribusi lain datang dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang hanya naik 2,1 persen. Realisasi investasi yang minim ini menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah.
Sri Mulyani pun mempertanyakan faktor yang menghambat kinerja investasi.
“Karena ini apakah karena faktor global yang dominan atau faktor dalam negeri yang harus kita tingkatkan kewaspadaannya,” ucapnya.
Ia menekankan bahwa investasi perlu mengalami pertumbuhan yang lebih kuat bila ingin menjaga laju ekonomi tetap stabil.
“Tanpa investasi yang tumbuh 5% akan sangat sulit mempertahankan ekonomi di 5%,” tegas Sri Mulyani.
Untuk diketahui, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada 2026, namun untuk mencapainya dibutuhkan investasi baru dalam jumlah besar. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia perlu investasi minimal Rp7.500 triliun guna mengejar laju ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.
“Pertumbuhan ekonomi tinggi tidak mungkin tercapai tanpa pertumbuhan investasi yang signifikan. Growth dari investasi harus dijaga atau ditingkatkan pada tingkat 5,9 persen year on year (yoy). Ini berarti Indonesia membutuhkan investasi baru pada tahun 2026 untuk mencapai target pertumbuhan yang tinggi dengan investasi senilai minimal Rp7.500 triliun. Komponen investasi berkontribusi 30 persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) kita,” ujar Menkeu dalam Sidang Paripurna DPR, Selasa 1 Juli 2025.
Guna memacu arus modal, pemerintah mengandalkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk menarik investasi domestik maupun asing di sektor-sektor strategis bernilai tambah tinggi.
Namun Menkeu mengingatkan bahwa tantangan yang dihadapi tidak hanya dari sisi investasi. Konsumsi rumah tangga juga harus ditingkatkan hingga tumbuh 5,5 persen, mengingat pos ini menyumbang lebih dari separuh produk domestik bruto.
“Apabila digabungkan dengan (investasi), maka konsumsi rumah tangga dan investasi keduanya berkontribusi 85 persen terhadap perekonomian (PDB),” katanya.(*)