Logo
>

Dolar AS Bergerak Naik-Turun di Tengah Ketidakpastian

Terhadap yen, dolar tercatat turun tipis 0,06 persen ke posisi 145,18. Sebaliknya, terhadap franc Swiss, dolar menguat 0,36 persen menjadi 0,8190.

Ditulis oleh Yunila Wati
Dolar AS Bergerak Naik-Turun di Tengah Ketidakpastian
Ilustrasi dolar Amerika Serikat. (Foto: Adobe Stock)

KABARBURSA.COM - Nilai tukar dolar AS diperdagangkan menguat terhadap sebagian besar mata uang utama pada Rabu, 19 Juni 2025, meski masih mencatat pelemahan terhadap yen Jepang. 

Pergerakan ini mencerminkan kegamangan pasar global dalam merespons keputusan Federal Reserve yang kembali mempertahankan suku bunga di tengah bayang-bayang inflasi, tarif dagang, dan konflik geopolitik yang terus berkembang.

Bank sentral AS memang masih mengindikasikan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin hingga akhir tahun, namun memberi sinyal bahwa langkah-langkah pelonggaran selanjutnya akan berlangsung lebih hati-hati. 

Para pengambil kebijakan kini khawatir lonjakan inflasi bisa terjadi akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump, serta ketidakpastian dari sisi permintaan dan pasokan global.

"Pasar masih berspekulasi. Data ekonomi kuartal kedua akan sangat menentukan. Jika ternyata lebih lemah dari ekspektasi, The Fed mungkin terpaksa meninjau ulang seluruh pendekatan mereka," kata Juan Perez, Direktur Monex USA. 

Ia menilai The Fed kini mendapat sinyal yang tidak konsisten dari data, dan akhirnya menyampaikan sinyal kebijakan yang juga tidak bulat.

Kondisi tersebut semakin rumit dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Dalam sepekan terakhir, Israel melancarkan serangan udara ke beberapa target Iran sebagai bagian dari upaya menekan aktivitas nuklir negara tersebut. 

Situasi memanas setelah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, kembali menolak permintaan Presiden Trump untuk menyerah tanpa syarat. Di sisi lain, AS disebut memperkuat kehadiran militernya di kawasan, yang memicu spekulasi bahwa intervensi langsung mungkin terjadi.

"Ketidakpastian ini mendorong investor mencari aset safe haven, termasuk dolar, yen, dan emas," ujar analis pasar global yang enggan disebut namanya. 

Namun, dalam perdagangan Rabu, dolar justru sedikit melemah terhadap yen Jepang dan franc Swiss. Terhadap yen, dolar tercatat turun tipis 0,06 persen ke posisi 145,18. Sebaliknya, terhadap franc Swiss, dolar menguat 0,36 persen menjadi 0,8190.

Mata Uang Global Bergerak Liar

Sementara itu, indeks dolar (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, masih menunjukkan pelemahan sekitar 8 persen sepanjang tahun ini. 

Penurunan ini menunjukkan adanya erosi kepercayaan terhadap ekonomi AS dan ketidakpastian arah kebijakan luar negeri dan perdagangan di bawah pemerintahan Trump.

Data pengangguran AS yang dirilis baru-baru ini menunjukkan bahwa jumlah klaim baru turun, namun masih berada pada level yang tinggi. Hal ini memperkuat pandangan bahwa pasar tenaga kerja mulai menunjukkan tanda-tanda ketegangan.

Di Eropa, pound sterling sempat naik setelah data inflasi Inggris menunjukkan kenaikan 3,4 persen secara tahunan di bulan Mei. Namun, menjelang pengumuman kebijakan suku bunga dari Bank of England, mata uang tersebut kembali terkoreksi 0,12 persen ke USD1,3411. Euro juga mengalami sedikit pelemahan ke USD1,1476.

Swedia menjadi sorotan setelah bank sentralnya memangkas suku bunga, sesuai ekspektasi pasar. Imbasnya, mata uang crown melemah signifikan, dan euro langsung menguat 1 persen terhadap crown ke posisi 11,0770.

Pasar juga menyoroti minimnya hasil dari pertemuan negara-negara G7 di Kanada. Forum yang semula diharapkan bisa meredakan ketegangan tarif justru gagal menghasilkan keputusan substansial, sementara tenggat waktu Trump untuk memberlakukan tarif tambahan pada awal Juli makin dekat.

Di tengah semua dinamika ini, dolar tetap jadi pusat perhatian. Meski masih dipandang sebagai aset aman dalam situasi krisis, kekuatannya tidak mutlak. Pasar kini berada dalam fase menunggu—menanti data ekonomi kuartal kedua dan, yang tak kalah penting, arah geopolitik global yang semakin sulit ditebak.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79