KABARBURSA.COM – Dolar AS mengawali pekan dengan penguatan tajam, menutup kerugian pekan sebelumnya.
Indeks dolar AS menyentuh 98,48, level tertinggi dalam 10 hari, terutama karena lonjakan nilai tukar terhadap yen Jepang. Penguatan ini mencerminkan perubahan politik di Jepang dan ketidakpastian ekonomi di Amerika Serikat.
Kemenangan Sanae Takaichi sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal Jepang dan calon perdana menteri baru menjadi pemicu utama pelemahan yen.
Takaichi dikenal mendukung kebijakan fiskal ekspansif dan pelonggaran moneter yang dipandang pasar sebagai kelanjutan dari pendekatan “Abenomics 2.0”.
Akibatnya, yen tertekan dan pasangan USD/JPY melonjak hampir 2 persen ke 150,43, level tertinggi dalam dua bulan, mendorong penguatan dolar secara global.
“Dukungan Takaichi terhadap stimulus fiskal membuat yen kehilangan daya tarik, sementara potensi kenaikan suku bunga oleh bank sentral Jepang kemungkinan tertunda hingga 2026,” ujar Katsutoshi Inadome, Senior Strategist di Sumitomo Mitsui Trust Asset Management.
“Perbedaan suku bunga yang tinggi antara AS dan Jepang masih akan menjaga posisi dolar tetap kuat,” tambahnya.
Ketidakpastian The Fed dan Dampak Government Shutdown AS
Faktor lain yang memperkuat dolar AS berasal dari dinamika politik dalam negeri. Penutupan sebagian pemerintahan federal AS atau government shutdown menunda publikasi data ekonomi penting, termasuk laporan ketenagakerjaan September.
Kondisi ini menyulitkan Federal Reserve atau The Fed dalam mengambil keputusan berbasis data dan menambah ketidakpastian bagi pasar.
Meski demikian, data ekonomi terakhir meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan ini.
Menurut data CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga pada Oktober mencapai sekitar 95 persen, dengan potensi pemotongan kedua pada Desember.
Pidato sejumlah pejabat The Fed pekan ini, termasuk Ketua Jerome Powell pada Rabu, diperkirakan akan menjadi penggerak utama indeks dolar AS.
Pelaku pasar akan mengamati dengan seksama apakah The Fed menunjukkan sikap lebih “hawkish” dari perkiraan.
Harga Minyak dan Daya Tarik Dolar Sebagai Safe Haven
Dolar AS juga mendapatkan dorongan dari pasar energi. Keputusan OPEC+ untuk menambah produksi minyak pada November telah mengangkat harga minyak mentah dunia.
Kenaikan harga minyak meningkatkan permintaan terhadap dolar AS karena perannya dalam perdagangan energi global.
Namun, di sisi lain, dolar telah melemah sekitar 10 persen sejak awal tahun.
Investor kini mulai mencari alternatif aset lindung nilai lainnya, di tengah arah kebijakan moneter AS yang berpotensi lebih longgar dan tanda-tanda perlambatan ekonomi.
Prospek Teknis Dolar AS
Secara teknikal, indeks dolar AS bertahan di area dukungan 97,50 pekan lalu dan menembus level 98 pada awal pekan ini, memberi sinyal kekuatan jangka pendek.
Saat ini dolar tengah menguji level resistensi 98,50, level penting yang juga bertepatan dengan rata-rata pergerakan tiga bulan terakhir.
Jika dolar mampu menembusnya, target berikutnya berada di sekitar 99,70.
Namun, apabila dolar gagal menembus 98,50 dan kembali melemah, area 97,50 berpotensi diuji ulang sebagai dukungan menengah. Penurunan lebih dalam dapat menyeret indeks menuju dukungan utama di 96,50.
“Selama ketidakpastian politik dan moneter masih membayangi AS, ruang penguatan dolar akan terbatas,” kata Chris Beauchamp, Chief Market Analyst di IG Group.
“Level 97 menjadi area dukungan kuat, sementara 99,70 menjadi titik resistensi krusial,” tandas Beauchamp. (*)