KABARBURSA.COM – Dolar AS menyentuh level terendah lima pekan pada Senin, 1 September 2025, seiring investor menantikan rilis data pasar tenaga kerja AS pekan ini yang dapat memengaruhi ekspektasi jalur pelonggaran moneter Federal Reserve (The Fed).
Pelaku pasar juga mencermati data inflasi AS pada Jumat lalu, putusan pengadilan yang menyatakan sebagian besar tarif impor era Donald Trump ilegal, serta ketegangan berlanjut antara Trump dan The Fed terkait upayanya untuk memecat Gubernur Lisa Cook.
Menurut CME FedWatch, pasar uang saat ini memperkirakan peluang sekitar 90 persen untuk pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada September, dan sekitar 100 bps pelonggaran hingga musim gugur 2026.
Terhadap sekeranjang mata uang, dolar melemah 0,22 persen ke 97,64 setelah menyentuh 97,552, level terendah sejak 28 Juli. Dolar mencatat penurunan bulanan 2,2 persen pada Jumat.
Investor menunggu laporan nonfarm payrolls AS pada Jumat, yang akan didahului data lowongan kerja dan payrolls sektor swasta.
Analis menilai ekonomi AS tidak lagi menunjukkan kinerja unggul seperti dekade sebelumnya, sehingga melemahnya dolar bisa dibenarkan. Tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja diperkirakan akan memperkuat pandangan tersebut.
“Jika pelemahan data ekonomi parah, itu akan mengarah pada respons The Fed yang lebih agresif dibanding harga pasar saat ini. Namun jika pelemahan Mei/Juni ternyata ilusi statistik, pemangkasan suku bunga tampak tidak tepat mengingat prospek inflasi hampir pasti meningkat dalam setahun ke depan,” kata Klaus Baader, Ekonom Societe Generale.
Sejumlah analis masih melihat peluang pemangkasan 50 basis poin oleh The Fed bulan ini. Sementara itu, euro naik 0,35 persen menjadi USD1,1724 dan sterling menguat 0,18 persen ke USD1,3528. Pasar AS tutup pada Senin karena libur nasional.
Risiko Politik di Eropa dan Kekhawatiran The Fed
Risiko politik menjadi sorotan karena pemerintah Prancis menghadapi potensi kekalahan dalam mosi percaya terkait rencana pemangkasan anggaran.
Namun analis mencatat risiko politik biasanya hanya menekan euro jika ada tanda penularan di kawasan, yang saat ini belum terlihat.
Investor juga mencermati kebijakan perdagangan AS di tengah negosiasi dengan mitra utama.
“Kami tidak melihat dampak besar dari putusan pengadilan. Perkara ini akan berlanjut ke Mahkamah Agung yang kemungkinan besar mendukung Trump,” ujar Mohit Kumar, Ekonom Jefferies.
Dolar juga terbebani oleh kekhawatiran independensi The Fed, setelah Trump meningkatkan tekanannya untuk memengaruhi kebijakan moneter.
“Risiko dominasi fiskal seharusnya terlihat dari naiknya inflasi jangka panjang AS dan premi risiko dolar yang lebih tinggi, namun keduanya belum tampak,” kata George Saravelos, Kepala Strategi Valuta Asing Deutsche Bank.
Dominasi fiskal mengacu pada situasi di mana bank sentral ditekan untuk melonggarkan kebijakan moneter demi membiayai defisit anggaran besar.
Pergerakan Yen, Yuan, dan Data China
Dolar stabil di 147,00 terhadap yen setelah turun 2,5 persen sepanjang Agustus. Yuan onshore bertahan dekat level tertinggi 10 bulan di 7,1326 per dolar.
Yuan mendapat dukungan dari penetapan kurs oleh bank sentral dan pasar saham domestik yang solid, meski ekonomi China masih berjuang untuk pulih secara kuat.
Survei swasta menunjukkan aktivitas manufaktur China pada Agustus tumbuh tercepat dalam lima bulan berkat kenaikan pesanan baru, berlawanan dengan survei resmi pada Minggu yang mencatat kontraksi untuk bulan kelima berturut-turut. (*)