KABARBURSA.COM - Nilai tukar dolar AS pada perdagangan Rabu pagi, 24 September 2025, menunjukkan stabilitas yang cukup mencolok di tengah derasnya pernyataan pejabat Federal Reserve.
Pasar uang, yang sebelumnya berekspektasi besar terhadap arah kebijakan suku bunga, kali ini lebih banyak menimbang nuansa hati-hati dari Ketua The Fed Jerome Powell dan jajaran pejabat lainnya.
Powell menegaskan perlunya keseimbangan antara risiko inflasi yang masih tinggi dan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja. Nada ini sebenarnya tidak jauh berbeda dari pernyataan sebelumnya, ketika The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
Bagi pelaku pasar, pengulangan sikap ini menimbulkan tanda tanya besar, apakah bank sentral masih cukup dovish untuk memenuhi ekspektasi pelonggaran yang agresif? Reaksi dolar yang cenderung datar mengindikasikan bahwa jawaban pasar sementara ini adalah belum.
Tekanan tambahan datang dari komentar Wakil Ketua Fed Michelle Bowman, yang menyinggung potensi keterlambatan respons bank sentral dalam menopang pasar tenaga kerja. Ia bahkan membuka kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih cepat jika sinyal pelemahan permintaan kian nyata dan perusahaan mulai mengurangi tenaga kerja.
Pandangan ini memperkuat kesan adanya perbedaan penekanan di internal The Fed, meski arahnya tetap menuju kebijakan longgar.
Di pasar valas, DXY tercatat mendatar di 97,25. Dolar sedikit melemah terhadap yen dan franc Swiss, sementara euro dan poundsterling relatif stabil. Pergerakan ini menggambarkan minimnya katalis baru yang mampu menggerakkan greenback lebih jauh.
Menurut sejumlah pelaku pasar, perhatian Powell yang konsisten pada isu ketenagakerjaan menjadi alasan mengapa dolar tetap “terjebak” dalam rentang sempit.
Krona Swedia Menguat
Di sisi lain, krona Swedia justru menguat setelah Riksbank memangkas suku bunga 25 basis poin dengan nada hawkish. Penguatan ini agak paradoks, mengingat pemangkasan biasanya menekan mata uang.
Namun analis menilai sentimen positif juga dipicu oleh data PMI Jerman yang lebih kuat dari perkiraan. Reaksi krona menandai bagaimana kombinasi kebijakan bank sentral dan data ekonomi regional dapat membentuk persepsi pasar secara dinamis.
Sementara itu, indikator bisnis Eropa memberikan sinyal campuran. Zona euro mencatat pertumbuhan aktivitas usaha tercepat dalam 16 bulan, tetapi Prancis justru menghadapi kontraksi tajam.
Investor pun tidak tergesa-gesa merombak posisi mereka, menjaga ketenangan di tengah lanskap ekonomi yang penuh kontras.
Dari sisi ekspektasi pasar, alat FedWatch CME menunjukkan peluang hampir 90 persen pemangkasan suku bunga AS pada Oktober, sedikit menurun dari sehari sebelumnya. Namun, faktor politik domestik AS mulai menghantui.
Kebuntuan di Kongres terkait pendanaan pemerintah menimbulkan risiko penutupan pemerintahan pada akhir bulan. Sentimen ini menjadi latar belakang tambahan yang menahan penguatan dolar, karena pasar menilai ketidakpastian fiskal bisa menambah tekanan bagi perekonomian.
Keseluruhan gambaran menunjukkan bahwa dolar AS saat ini berada dalam fase menunggu. Nada berhati-hati The Fed, ekspektasi pelonggaran suku bunga, serta kekhawatiran politik di Washington membuat greenback tidak mampu membangun momentum baru.
Perhatian investor kini tertuju pada data tenaga kerja dan inflasi berikutnya, yang akan menjadi penentu apakah dolar tetap bertahan dalam kisaran sempit atau mulai bergerak lebih tajam.(*)