Logo
>

Dolar Melemah Usai Data Tenaga Kerja dan Sektor Jasa AS Mengecewakan

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan bahwa sektor jasa AS, yang menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi,terkontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir satu tahun.

Ditulis oleh Yunila Wati
Dolar Melemah Usai Data Tenaga Kerja dan Sektor Jasa AS Mengecewakan
Ilustrasi Greenback Amerika Serikat. (Foto: Adobe Stock)

KABARBURSA.COM - Nilai tukar dolar Amerika Serikat tergelincir pada perdagangan Rabu, 5 Juni 2025, setelah serangkaian data ekonomi yang dirilis menunjukkan pelemahan yang cukup mencolok pada sektor tenaga kerja dan jasa. 

Melemahnya angka ketenagakerjaan sektor swasta serta kontraksi aktivitas jasa menjadi sorotan utama pelaku pasar dan mendorong investor keluar dari aset dolar menuju mata uang lain.

Laporan ADP menunjukkan bahwa hanya 37.000 pekerjaan sektor swasta tercipta sepanjang Mei. Angka ini jauh di bawah ekspektasi analis yang memperkirakan tambahan 110.000 pekerjaan. 

Bahkan data bulan sebelumnya yang sempat dilaporkan naik 62.000 lapangan kerja juga direvisi turun menjadi 60.000. Kondisi ini langsung menekan sentimen terhadap dolar AS, yang selama ini ditopang oleh anggapan bahwa pasar tenaga kerja tetap tangguh pasca pandemi.

Sinyal pelemahan tidak berhenti di situ. Institute for Supply Management (ISM) melaporkan bahwa sektor jasa AS, yang menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi,terkontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir satu tahun. 

Angka indeks non-manufaktur ISM turun ke 49,9, menandakan sektor jasa kini berada di bawah garis ekspansi. Selain itu, para pelaku usaha juga mulai menghadapi kenaikan harga input, menambah tekanan inflasi di tengah prospek perlambatan pertumbuhan.

Yen Jepang Menguat, Begitu Pula dengan Euro

Respons pasar terhadap data ini pun langsung tercermin di perdagangan mata uang. Indeks dolar AS turun 0,3 persen ke level 98,838, mendekati titik terendah sejak akhir April. Terhadap yen Jepang, dolar melemah tajam 0,7 persen ke posisi 142,89. 

Sementara euro menguat 0,4 persen ke USD 1,1414 menjelang keputusan suku bunga dari Bank Sentral Eropa. Pound sterling juga ikut menguat 0,2 persen menjadi USD 1,35515, didukung oleh fakta bahwa Inggris tidak terkena imbas dari penggandaan tarif baja dan aluminium yang diberlakukan AS karena telah memiliki kesepakatan perdagangan.

Dari sisi kebijakan, Presiden Donald Trump kembali menekan Ketua The Federal Reserve Jerome Powell agar segera menurunkan suku bunga. Trump juga melontarkan komentar tajam terhadap Presiden China Xi Jinping yang menurutnya “sulit diajak bernegosiasi,” hanya beberapa hari setelah kedua negara saling menuding telah melanggar kesepakatan rollback tarif. 

Di hari yang sama, pemerintahan Trump juga memberlakukan batas waktu bagi negara mitra untuk mengajukan penawaran terbaik dalam negosiasi dagang.

Pasar juga mencermati pergerakan mata uang di Asia. Dolar Hong Kong sempat menyentuh 7,847 terhadap dolar AS, mendekati batas lemah 7,85 yang ditetapkan dalam sistem band. 

Sementara itu, dolar Kanada menguat 0,4 persen setelah Bank of Canada memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 2,75 persen. 

Bank sentral menyatakan tengah mengkaji dampak dari kebijakan perdagangan AS terhadap perekonomian Kanada. Perdana Menteri Mark Carney bahkan menyebut bahwa Kanada siap mengambil langkah tegas jika pembicaraan penghapusan tarif dengan Washington gagal.

Di sisi lain, pasar kripto ikut terseret. Bitcoin, yang selama ini dianggap sebagai alternatif saat dolar melemah, justru turun 0,7 persen ke level USD 105.064, seiring turunnya minat risiko pasar.

Kondisi ini mencerminkan bahwa pasar global kini memasuki fase kewaspadaan tinggi. Keyakinan terhadap pemulihan ekonomi AS mulai goyah, terlebih jika data ketenagakerjaan resmi yang akan dirilis Jumat nanti kembali mengecewakan. 

Di tengah bayang-bayang inflasi yang masih tinggi, perlambatan pertumbuhan, dan ketegangan dagang, The Fed berada dalam posisi sulit untuk menentukan arah kebijakan selanjutnya. Dan bagi pasar, setiap data kini punya potensi menggerakkan peta besar sentimen global.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79