KABARBURSA.COM - Ekspor Indonesia pada Maret 2025 menunjukkan kinerja positif dengan total ekspor mencapai USD23,249.2 juta, meningkat 5,95 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan 3,16 persen dibandingkan Maret 2024. Peningkatan ini terutama didorong oleh sektor nonmigas dan migas yang mencatatkan hasil yang signifikan.
“Ekspor nonmigas Indonesia pada Maret 2025 tercatat mencapai USD21,796.3 juta, mengalami kenaikan 4,71 persen dari bulan sebelumnya,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam keterangan persnya, Senin, 21 April 2025.
Di sisi lain, ekspor migas juga mengalami lonjakan sebesar 28,81 persen, mencapai USD1,452.9 juta. Peningkatan ekspor migas ini dipengaruhi oleh kenaikan ekspor minyak mentah, hasil minyak, dan gas alam yang masing-masing tercatat naik sebesar 6,02 persen, 79,32 persen, dan 8,86 persen.
Secara kumulatif, ekspor Indonesia untuk periode Januari-Maret 2025 mencapai USD66,621.6 juta atau meningkat 6,93 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.
Beberapa komoditas utama ekspor nonmigas Indonesia pada Maret 2025 menunjukkan kinerja yang sangat positif. Di antaranya adalah bijih logam, terak, dan abu yang mencatatkan kenaikan fantastis sebesar 4.154,80 persen, mencapai USD573,6 juta. Sektor besi dan baja juga mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 19,64 persen, disusul oleh mesin dan perlengkapan elektrik yang naik 19,58 persen.
“Sebaliknya, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan ekspor, seperti mesin dan peralatan mekanis yang turun sebesar 20,58 persen serta bahan bakar mineral yang mengalami penurunan 2,44 persen,” ungkap Amalia.
Pada Maret 2025, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke negara tujuan utama seperti China, Amerika Serikat, dan India masing-masing tercatat sebesar USD5,197.2 juta, USD2,629.0 juta, dan USD1,409.8 juta. Ekspor ke China mengalami kenaikan signifikan sebesar 21,50 persen, sementara ekspor ke Uni Eropa juga meningkat 16,12 persen.
Namun, ekspor ke beberapa negara tujuan seperti Thailand dan Australia menunjukkan penurunan, masing-masing sebesar 47,22 persen dan 23,20 persen.
Secara sektoral, produk industri pengolahan masih menjadi penyumbang utama ekspor nonmigas Indonesia, dengan kenaikan sebesar 2,98 persen. Diikuti oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mencatatkan kenaikan 1,73 persen, didorong oleh peningkatan ekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah.
Selama periode Januari-Maret 2025, sektor industri pengolahan dan produk pertanian menunjukkan pertumbuhan yang solid, masing-masing mencatatkan kenaikan 16,75 persen dan 43,09 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.
Kinerja ekspor Indonesia pada Maret 2025 menunjukkan tren positif yang mengindikasikan pemulihan ekonomi yang stabil dan prospek pertumbuhan yang terus berlanjut. Meski ada beberapa tantangan di pasar global, seperti penurunan ekspor ke beberapa negara, secara keseluruhan Indonesia berhasil memperkuat posisinya sebagai salah satu eksportir utama di kawasan Asia.
Impor Indonesia Naik Tipis 0,38 Persen
Di samping itu, nilai impor Indonesia pada Maret 2025 tercatat mencapai USD18,920.1 juta, mengalami kenaikan tipis sebesar 0,38 persen dibandingkan Februari 2025. Peningkatan ini terutama didorong oleh kenaikan impor migas, yang naik 9,07 persen (USD260,2 juta), meskipun impor nonmigas mengalami penurunan 1,18 persen (USD189,1 juta).
Amalia mengungkapkan, peningkatan impor migas, khususnya minyak mentah dan hasil minyak, menjadi salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan impor Indonesia pada bulan Maret 2025. "Namun, penurunan impor nonmigas mengindikasikan adanya fluktuasi dalam sektor barang-barang yang lebih berkaitan dengan konsumsi dan kebutuhan sektor industri," jelasnya.
Impor migas Indonesia pada Maret 2025 tercatat USD3,126,7 juta, didorong oleh kenaikan signifikan pada impor hasil minyak yang meningkat 12,14 persen (USD248,1 juta). Sementara itu, impor minyak mentah naik sebesar 1,46 persen (USD12,1 juta). Secara kumulatif, impor migas selama Januari-Maret 2025 mengalami penurunan 5,85 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024, terutama karena penurunan impor minyak mentah dan hasil minyak.
Impor nonmigas Indonesia pada Maret 2025 mencapai USD15,792,5 juta, mengalami penurunan 1,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Beberapa golongan barang nonmigas yang mengalami penurunan signifikan antara lain bahan bakar mineral (turun 29,62 persen), besi dan baja (turun 14,20 persen), serta biji dan buah mengandung minyak (turun 47,12 persen).
Namun, ada beberapa golongan barang nonmigas yang menunjukkan peningkatan, seperti mesin/peralatan mekanis yang naik 8,66 persen (USD213,6 juta), pupuk yang naik 46,06 persen (USD70 juta), serta buah-buahan yang melonjak 56,63 persen (USD65,6 juta). Peningkatan signifikan juga terjadi pada golongan sayuran dan kendaraan udara, yang masing-masing mencatatkan kenaikan 239,29 persen (USD53,9 juta) dan 193,95 persen (USD48,4 juta).
Impor nonmigas Indonesia dari 13 negara utama pada Maret 2025 tercatat USD12,484,4 juta, turun 2,73 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh berkurangnya impor dari Australia (turun 20,20 persen), Thailand (turun 18,47 persen), dan Amerika Serikat (turun 16,70 persen).
Namun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, impor dari 13 negara utama mengalami peningkatan 5,48 persen, dengan kontribusi terbesar datang dari Tiongkok, yang meningkat 13,68 persen (USD2,249,9 juta), Jepang (naik 10,13 persen), dan Malaysia (naik 6,58 persen).
Golongan barang konsumsi dan barang modal menunjukkan peningkatan pada Maret 2025. Barang konsumsi naik 18,73 persen (USD274,8 juta), sementara barang modal naik 7,28 persen (USD251,2 juta). Sebaliknya, golongan bahan baku/penolong mengalami penurunan 3,26 persen (USD454,9 juta).
Secara keseluruhan, golongan bahan baku/penolong mendominasi impor Indonesia pada periode Januari-Maret 2025 dengan kontribusi sebesar 72,50 persen, diikuti oleh barang modal (18,79 persen) dan barang konsumsi (8,71 persen).
Neraca Perdagangan Indonesia
Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2025 mencatatkan surplus sebesar USD4,33 miliar, yang didorong oleh sektor nonmigas dengan surplus mencapai USD6,00 miliar. Namun, sektor migas masih mencatatkan defisit sebesar USD1,67 miliar.
Secara kumulatif, selama Januari-Maret 2025, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar USD10,92 miliar, meskipun sektor migas mengalami defisit USD4,84 miliar. (*)