KABARBURSA.COM - Di penghujung kampanye pemilu 2024, Donald Trump kembali menuai sorotan dengan bahasa seksisnya. Tepat setelah tengah malam di Grand Rapids, Michigan, Trump melontarkan ejekan kasar terhadap Nancy Pelosi, mantan Ketua DPR sekaligus lawan politiknya yang sudah lama.
“Dia orang jahat. Jahat, sakit, gila—,” ujarnya di depan ribuan pendukung, dikutip dari The New York Times, Rabu 6 November 2024.
Sambil tersenyum, Trump menyiratkan kata kasar, dan beberapa pendukungnya pun menyebut kata “bitch (wanita jalang)” dengan riuh.
Di masa-masa akhir kampanye ini, Trump berusaha mendekati pemilih perempuan, meski sering menggunakan bahasa yang merendahkan perempuan, termasuk terhadap Wakil Presiden Kamala Harris. Trump kerap menyebut Harris tidak memiliki stamina dan kecerdasan untuk memimpin.
Bahkan, ia mendukung seruan seorang pendukung yang menyarankan Harris diadu dengan petinju Mike Tyson. Ujaran ini disambut tepuk tangan meriah dari massa hang hadir.
Di Reading, Pennsylvania, Trump mengomentari Tyson saat seorang pendukung meneriakkan ide untuk menempatkan Harris di ring bersama sang petinju. Trump tertawa dan menyebutnya “menarik.” Selain itu, dalam wawancara dengan Tucker Carlson, Trump mengejek Liz Cheney, mantan anggota Kongres yang mendukung Harris, dengan imajinasi kekerasan.
“Biarkan dia berdiri dengan senapan sembilan laras mengarah padanya, lihat bagaimana perasaannya,” ujar Trump.
Pendekatan Trump yang menonjolkan sisi macho berusaha memikat pemilih laki-laki, namun tanpa mengalienasi pemilih perempuan. Meski begitu, Harris menilai retorika Trump sebagai bukti sikap patriarki yang meremehkan hak perempuan. “Dia tidak menghormati kebebasan dan kecerdasan perempuan untuk menentukan yang terbaik bagi mereka. Kami percaya pada perempuan,” ujar Harris dalam sebuah kampanye di Phoenix.
Komentar Trump telah membuka jalan bagi para pendukungnya untuk ikut melontarkan pandangan seksis. Pada sebuah kampanye di Madison Square Garden, salah satu pembicara menyamakan Harris dengan “wanita penghibur” yang dikendalikan oleh “tangan-tangan germo.” Sementara, Elon Musk, pendukung Trump, melalui iklan PAC-nya, menyindir Harris dengan menyebutnya sebagai “C Word,” yang belakangan diartikan sebagai “communist.”
Trump dan tim kampanyenya berupaya menarik minat pemilih perempuan dengan menghadirkan sosok-sosok wanita di panggung, seperti Gubernur Arkansas Sarah Huckabee Sanders, mantan pembalap Danica Patrick, dan eks pembawa acara ESPN Sage Steele.
Namun, kontradiksi Trump terlihat ketika ia memanggil Megyn Kelly ke panggung di Pittsburgh. Kelly, yang pernah berselisih dengan Trump karena komentarnya terhadap perempuan, kini justru membela Trump. Kelly menyebut ia lebih memilih “versi maskulinitas yang lama” daripada “maskulinitas beracun” versi Demokrat.
Donald Trump dari Partai Republik sementara unggul dalam perolehan suara elektoral setelah mengantongi kemenangan di delapan negara bagian pada Pilpres AS 2024.
Trump Unggul Sementara
Hasil sementara pemilihan presiden AS menunjukkan persaingan antara Kamala Harris dan Donald Trump masih sangat ketat, terutama di negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran utama. Mengutip The New York Times, dengan jumlah suara elektoral saat ini, Trump memimpin sementara dengan 210 suara, sedangkan Harris berada di posisi 112 suara. Untuk memenangkan kursi presiden, keduanya memerlukan setidaknya 270 suara elektoral.
Di negara-negara bagian kunci, hasil penghitungan suara belum sepenuhnya selesai, namun sebagian besar memperlihatkan keunggulan sementara untuk Trump. Di Georgia dan North Carolina, Trump unggul dengan selisih 3 poin dan diperkirakan sangat mungkin memenangkan negara-negara bagian ini menurut estimasi New York Times. Sementara di Virginia, Harris memimpin dengan selisih tipis sekitar 0,97 poin dan diperkirakan akan membawa kemenangan bagi Demokrat.
Pennsylvania menjadi salah satu negara bagian yang masih sulit diprediksi, dengan selisih sementara 3 poin di pihak Trump, namun masih dianggap sebagai pertarungan ketat. Di Wisconsin, Arizona, dan Michigan, Trump juga menunjukkan keunggulan tipis, masing-masing dengan margin antara 0,06 hingga 1,2 poin. Meski demikian, suara yang masuk baru sebagian, sehingga hasil akhir masih sangat mungkin berubah.
Ketegangan semakin tinggi karena suara dari negara-negara bagian ini berpotensi menentukan arah akhir pemilu.
Seperti yang diperkirakan, perebutan kursi presiden kali ini akan ditentukan oleh tujuh negara bagian penentu, yaitu Georgia, North Carolina, Pennsylvania, Arizona, Michigan, Nevada, dan Wisconsin. Jajak pendapat menunjukkan persaingan sangat ketat di ketujuh negara bagian ini hingga hari pemilihan.
Dilansir dari Reuters, hasil exit poll nasional awal menunjukkan sekitar tiga perempat pemilih menganggap demokrasi AS sedang terancam. Data tersebut mencerminkan kecemasan publik terhadap sistem demokrasi setelah masa kampanye yang penuh ketegangan. “Demokrasi dan ekonomi menjadi isu paling penting bagi pemilih,” menurut survei yang menyebutkan sekitar sepertiga pemilih memprioritaskan masing-masing isu tersebut, diikuti oleh aborsi dan imigrasi.
Dalam suasana kampanye yang begitu sengit, ketegangan politik AS semakin terlihat jelas. Trump terus menyebarkan narasi bahwa sistem pemilu AS tidak dapat dipercaya, sementara Harris memperingatkan bahwa kemenangan Trump dapat membahayakan demokrasi AS.
“Jika saya kalah dalam pemilihan yang adil, saya akan menjadi yang pertama mengakuinya,” ujar Trump kepada wartawan, meski timnya memberi isyarat bahwa ia mungkin mengklaim kemenangan pada malam pemilihan, seperti yang ia lakukan empat tahun lalu.
Di sisi lain, Harris, yang sudah mencoblos melalui surat di negara bagian asalnya, California, menghabiskan hari pemilu dengan wawancara radio dan rencana kunjungan ke kampus Howard University, tempatnya menempuh pendidikan.
Puluhan juta warga AS yang memberikan suaranya, baik di TPS maupun melalui surat, menyaksikan ketegangan yang terus membara. Hanya sedikit gangguan dilaporkan, di antaranya ancaman bom yang tidak kredibel di beberapa negara bagian.(*)