Logo
>

DPR: Jeda Tarif AS Momentum Emas untuk RI

Masa penundaan 90 hari dapat dimanfaatkan sebagai momentum memperkuat posisi Indonesia sekaligus mendorong reformasi kebijakan ekspor dalam negeri.

Ditulis oleh Dian Finka
DPR: Jeda Tarif AS Momentum Emas untuk RI
Ilustrasi residen Donald Trump dan keputusan menunda tarif hingga 90 hari ke depan. (Gambar dibuat oleh AI untuk keperluan KabarBursa.com)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Anggota Komisi XI DPR RI Charles Meikyansah, mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk bernegosiasi dengan Presiden AS Donald Trump terkait tarif impor. 

    Ia menilai, masa penundaan 90 hari dapat dimanfaatkan sebagai momentum memperkuat posisi Indonesia sekaligus mendorong reformasi kebijakan ekspor dalam negeri.

    "Upaya negosiasi yang dilakukan pemerintah harus didukung. Pemerintah bisa memanfaatkan waktu jeda yang ada. Kita perlu bergerak cepat baik di jalur diplomasi maupun di dalam negeri untuk memastikan sektor industri kita tidak terdampak secara signifikan,” kata Charles, kepada media di Jakarta, Sabtu, 12 April 2025.

    Charles menyoroti penundaan tarif 32 persen terhadap produk Indonesia sebagai peluang strategis yang harus dijawab dengan aksi nyata. 

    Terlebih di tengah meningkatnya tensi perang dagang, Indonesia memiliki potensi besar menjadi alternatif tujuan investasi dan ekspor, menggantikan negara-negara yang diperkirakan terdampak lebih berat seperti Vietnam, China, dan Thailand.

    “Sektor tekstil, sepatu, garmen, dan furnitur adalah contoh industri yang punya prospek cerah di tengah dinamika global ini. Pemerintah perlu segera mempercepat kebijakan deregulasi ekspor, penyederhanaan izin usaha, serta insentif fiskal agar kita bisa menangkap peluang  re-shoring dari negara lain,” paparnya.

    Sebagaimana diketahui, Presiden Trump memutuskan menunda pemberlakuan tarif impor tahap kedua yang seharusnya mulai berlaku pada Rabu (9/4). Masa penundaan tersebut berlaku selama 90 hari dan mencakup 75 negara, dengan pengecualian China. Meski demikian, Trump tetap memberlakukan tarif impor minimum sebesar 10 persen.

    Indonesia termasuk dalam daftar negara yang mendapat penundaan, setelah sebelumnya dikenai tarif sebesar 32 persen. Begitu pula Vietnam, yang tarifnya diturunkan sementara dari 34 persen menjadi 10 persen. Trump menyebut keputusan menunda ini diambil karena banyak negara merespons secara berlebihan kebijakan tarif yang dia keluarkan.

    Prabowo Segera Bertemu Trump

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri Sugiono menyatakan, Prabowo sudah meminta waktu untuk bertemu dengan Trump. Salah satu isu yang dibahas bila pertemuan Prabowo dan Trump bila nantinya terwujud adalah terkait pengenaan tarif impor bagi Indonesia.

    Dalam proses negosiasi, Charles menilai pemerintah perlu menyusun skema negosiasi yang seimbang. Salah satunya dengan mempertimbangkan peningkatan impor dari AS untuk sektor-sektor strategis seperti kedelai, LPG, serta produk pangan.

    "Jika AS ingin mengurangi defisit dagangnya, maka Indonesia bisa menawarkan peningkatan impor produk-produk tertentu, sepanjang itu tidak merugikan industri dalam negeri. Ini adalah bagian dari diplomasi timbal balik yang rasional,” ungkap Charles.

    Menurut Charles, aturan mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang selama ini dianggap menjadi kendala masuknya investasi, juga perlu dilakukan penyesuaian atau reformasi.

    “Adanya momentum negosiasi dengan AS bisa menjadi pintu masuk penyempurnaan regulasi TKDN. TKDN harus ditinjau ulang agar tetap melindungi kepentingan nasional, namun tetap menarik bagi investor,” tutur Legislator dari dapil Jawa Timur IV itu.

    “Kami yakin, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo mampu melakukan negoisasi dengan baik,” imbuh Charles.

    Namun, Ia mengingatkan pemerintah untuk tetap memperhatikan pelaku usaha dan potensi dalam negeri. Charles berharap ke depan, pemerintah dapat menyusun kebijakan ekonomi yang seimbang.

    “Ini saatnya kita hadir dengan satu strategi dan satu komitmen yakni melindungi kepentingan nasional dengan diplomasi yang cerdas dan kebijakan yang tepat sasaran,” tutupnya.

    Pengumuman Jeda Sementara

    Pasar keuangan global mencatat rebound dramatis pada Rabu waktu setempat, atau Kamis dinihari WIB, 10 April 2025, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan jeda sementara dalam kebijakan tarif yang selama ini menjadi pemicu utama kekacauan pasar. 

    Pernyataan Trump, yang disampaikan pada Rabu sore hari setelah serangkaian tekanan hebat di pasar obligasi dan mata uang, berhasil membalikkan arah pasar secara drastis. 

    S&P 500 mencatat lonjakan harian tertingginya sejak krisis finansial 2008, ditutup melonjak 9,52 persen ke level 5.456,90, sementara Nasdaq meroket 12,16 persen menjadi 17.124,97, dalam kenaikan satu hari terbesar sejak Januari 2001.
     
    Pengumuman Trump menyebutkan bahwa pemerintahan AS akan memberlakukan jeda tarif selama 90 hari untuk banyak negara, meskipun tetap menaikkan bea masuk atas barang-barang dari Tiongkok menjadi 125 persen. Keputusan ini muncul di tengah kekhawatiran bahwa eskalasi perang dagang yang dimulai awal April akan menyeret perekonomian global ke jurang resesi.

    IHSG Rebound Perlahan

    Penangguhan kebijakan tarif resiprokal atau timbal balik tidak serta-merta memulihkan kinerja pasar saham Indonesia. Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memantul kembali (rebound), kondisi ini belum membuat iklim investasi stabil. Investor asing masih cenderung wait and seedan arus dana asing belum menunjukkan arah yang jelas.

    Namun, pendiri Stocknow.id, Hendra Wardana, menyebut bahwa penangguhan tarif Trump memberi ruang bagi investor untuk kembali masuk ke aset berisiko, termasuk saham Indonesia,” kata dia kepada Kabarbursa.com, Jumat, 11 April 2025.

    Ia mencatat bahwa keputusan Gedung Putih telah memicu reli serentak di bursa Asia dan Eropa. Namun, euforia tersebut belum cukup kuat menopang IHSG secara menyeluruh. Terbukti, investor asing justru mencatatkan net sell sebesar Rp632 miliar pada hari yang sama.

    “Ini menunjukkan bahwa penguatan IHSG belum sepenuhnya didukung oleh arus modal asing,” jelasnya.

    Menurut Hendra, secara teknikal IHSG saat ini mengincar resistance di level 6.418. Jika level ini berhasil ditembus, potensi penguatan menuju 6.600 hingga 6.800 cukup terbuka.

    “Asalkan kombinasi katalis makro dan penguatan sektor-sektor utama mampu terjaga secara konsisten,” ujarnya.

    Hendra juga mengingatkan bahwa musim pembagian dividen bisa menjadi katalis tambahan, namun efek ex date dan potensi profit taking harus tetap diantisipasi. Ia menyarankan agar investor lebih selektif, fokus pada emiten dengan dividen tinggi dan pertumbuhan laba yang berkelanjutan.

    Karena masih belum jelas, lebih lanjut Christian menyoroti bahwa IHSG justru terkoreksi pada sesi pembukaan perdagangan Jumat. 

    Chris menilai koreksi tersebut lebih banyak dipicu oleh aksi ambil untung pasca reli sebelumnya.

    “Ada rotasi sektor menjelang musim dividen. Banyak investor yang sudah beli di harga bawah, dan sekarang mulai mencairkan keuntungan,” jelasnya.

    Rebound IHSG pascapenangguhan tarif AS memang memberi napas segar, tapi belum cukup untuk disebut pemulihan yang solid. Aksi beli mulai terlihat, terutama dari investor domestik, namun tekanan jual dari investor asing menjadi pengingat bahwa euforia belum sepenuhnya mengubah arah pasar.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.