KABARBURSA.COM - Kian banyak ekonom di China yang mendesak Beijing untuk melepaskan diri dari plafon defisit anggaran yang selama ini tersirat. Mereka membuka opsi bagi pemerintah pusat untuk meningkatkan pinjaman sebagai upaya mendukung ekonomi yang sedang terpuruk.
Zhang Ming, Wakil Direktur Institut Keuangan & Perbankan di Akademi Ilmu Sosial China, menyarankan pemerintah mempertimbangkan untuk menggandakan penerbitan obligasi pemerintah khusus hingga mencapai 3 triliun yuan (USD420 miliar).
Ia juga mengusulkan agar batas defisit 3 persen dari produk domestik bruto (PDB) dinaikkan guna memberikan fleksibilitas lebih besar bagi Kementerian Keuangan, sebagaimana ia sampaikan dalam catatan di WeChat.
Ini bukan langkah tanpa preseden. Pada Oktober lalu, China pernah mengubah rasio defisitnya menjadi 3,8 persen dari yang sebelumnya 3 persen, yang memungkinkan penjualan obligasi negara tambahan senilai 1 triliun yuan.Pada tahun ini, China kembali menetapkan rasio defisit di angka 3 persen batas yang terus dijaga untuk menampilkan disiplin fiskal dan citra ekonomi yang sehat.
Seruan Zhang untuk peminjaman yang lebih agresif sejalan dengan pandangan ekonom dan mantan pejabat lainnya, seperti Lou Jiwei, mantan Menteri Keuangan, serta Yu Yongding, mantan penasihat Bank Sentral.
Pertumbuhan ekonomi China yang mengalami perlambatan terbesar dalam lima kuartal terakhir memicu kekhawatiran baru akan perlunya stimulus fiskal lebih besar demi mencapai target pertumbuhan tahunan sekitar 5 persen.
Zhang memperingatkan, jika tetap berpegang pada batas defisit 3 persen, belanja fiskal pasti akan terkontraksi, menjadi pro-siklus, dan tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan.
Chenjie Liu, Ketua Upright Asset Management, dalam catatan yang diterbitkan di WeChat, menyebut bahwa kebijakan fiskal yang lebih aktif diperlukan untuk menghadapi tantangan perlambatan pasar properti, lemahnya kondisi fiskal pemerintah daerah, dan lesunya konsumsi rumah tangga.
Liu menyarankan agar rasio defisit dinaikkan hingga 3 poin persentase setara dengan tambahan 4 hingga 5 triliun yuan, dengan fokus pada peningkatan pinjaman pemerintah pusat.
Liu, yang sebelumnya bekerja sebagai ahli strategi di Goldman Sachs China dan meraih gelar PhD dari Akademi Ilmu Fiskal China, menekankan bahwa meskipun suku bunga telah dipangkas, hal itu tidak cukup menggerakkan peminjam di tengah penurunan harga properti dan pasar tenaga kerja yang suram.
Menurutnya, stimulus fiskal dan kebijakan properti akan lebih efektif dalam merangsang permintaan, meskipun pemerintah berhati-hati mengambil langkah besar karena kekhawatiran akan utang.
Para ekonom dari China Securities Co, termasuk Huang Wentao, juga menyarankan agar kebijakan fiskal diperkuat, terutama dengan mempercepat penerbitan obligasi pemerintah dan memperbesar transfer dana ke pemerintah daerah serta masyarakat.
Huang menambahkan, pemerintah harus mengarahkan dana untuk meningkatkan konsumsi, memperkuat jaring pengaman sosial, dan meningkatkan layanan publik guna mengatasi masalah overkapasitas dan investasi yang kurang efisien.
Pengeluaran pemerintah tahun ini berjalan lambat, terutama karena pemerintah daerah kesulitan menemukan proyek berkualitas untuk menginvestasikan dana dari penerbitan obligasi khusus. Pada paruh pertama tahun ini, pengeluaran di bawah anggaran dana pemerintah, termasuk untuk investasi infrastruktur, turun 17,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pembuat kebijakan kini berupaya memperluas penggunaan dana dari obligasi khusus oleh pemerintah daerah, bahkan mempertimbangkan untuk mendanai pembelian rumah tak terjual guna menopang pasar perumahan.
Liu menyarankan agar sepertiga dari dana tambahan untuk defisit dapat digunakan untuk mendorong konsumsi, misalnya dengan memberikan subsidi langsung kepada keluarga kurang mampu. Sepertiga lainnya bisa digunakan untuk membantu pemerintah daerah melunasi utang kepada perusahaan swasta, sementara sisanya diinvestasikan dalam pengembangan teknologi dan manufaktur kelas atas.
Rencana Defisit Anggaran
Dalam Sidang Kongres Rakyat Nasional China (NPC) ke-14 yang dilaksanakan di Balai Agung Rakyat, pemerintah China mengumumkan rencana defisit anggaran untuk tahun 2024, yang ditetapkan sebesar 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini setara dengan 4,06 triliun yuan, atau sekitar Rp8,89 triliun, menunjukkan peningkatan sebesar 180 miliar yuan dibandingkan proyeksi awal tahun 2023.
Dokumen resmi Kementerian Keuangan yang dipublikasikan pada acara tersebut meliputi Laporan Kerja dan Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah 2023, serta Rancangan Anggaran untuk 2024. Ini merupakan laporan tahunan yang disampaikan dalam sidang parlemen Dua Sesi Kongres Rakyat Nasional (NPC) dan Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China (CPPCC).
Menurut dokumen tersebut, defisit tahun ini terdiri dari defisit pemerintah pusat sebesar 3,34 triliun yuan dan defisit pemerintah daerah sebesar 720 miliar yuan. Dari total defisit pemerintah pusat, 700 miliar yuan akan dialokasikan untuk investasi.
Pemerintah China berkomitmen untuk memperbaiki bauran dan kinerja investasi. Dana tambahan dari obligasi pemerintah yang diterbitkan pada 2023 akan dimanfaatkan sepenuhnya untuk merangsang pembangunan berkualitas tinggi pada tahun 2024.
Target pertumbuhan ekonomi untuk 2024 ditetapkan sebesar 5 persen, sejalan dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun ke-14 dan upaya mencapai modernisasi sosialis. Seluruh departemen pemerintah pusat dan otoritas lokal diminta untuk mengontrol belanja secara ketat, termasuk pengeluaran umum, kunjungan pejabat, penggunaan kendaraan dinas, dan anggaran untuk menjamu tamu.
Pengelolaan anggaran pengadaan pemerintah akan diperketat, dan aset yang tidak terpakai akan dioptimalkan. Pihak yang menyia-nyiakan anggaran akan menghadapi investigasi dan sanksi.
Belanja nasional pada 2024 direncanakan mencapai 28,549 triliun yuan, meningkat 4 persen. Alokasi utama termasuk anggaran diplomatik sebesar 60,783 miliar yuan, naik 6,6 persen; anggaran pertahanan nasional sebesar 1,665 triliun yuan, naik 7,2 persen; dan anggaran keamanan sebesar 227,66 miliar yuan, naik 1,4 persen. Belanja pendidikan, sains dan teknologi, serta stok pangan masing-masing meningkat 5 persen, 10 persen, dan 8,1 persen. Pembayaran bunga utang juga meningkat 11,9 persen, mencapai 777,315 miliar yuan.
Di bidang sains dan teknologi, pemerintah akan mendukung penelitian dasar dan terapan, serta memberikan kredit berbiaya rendah kepada perusahaan teknologi tinggi dan farmasi. Untuk jaring pengaman sosial, subsidi asuransi kesehatan untuk penduduk tidak bekerja akan meningkat menjadi 670 yuan per orang per tahun, dengan tambahan subsidi layanan kesehatan publik menjadi 94 yuan per orang per tahun.
Dalam hal lingkungan, pemerintah mengalokasikan 34 miliar yuan untuk pencegahan dan pengendalian polusi udara di China utara, 26,7 miliar yuan untuk pencegahan pencemaran air, dan 4,4 miliar yuan untuk pencegahan pencemaran tanah.(*)