Logo
>

Emisi SBN Dikurangi saat Defisit APBN, Apa Dampaknya?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Emisi SBN Dikurangi saat Defisit APBN, Apa Dampaknya?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Keuangan negara terus bergulat dengan defisit yang kian melebar, mencapai Rp77,3 triliun pada bulan Juni. Angka ini melonjak signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di kisaran Rp21,8 triliun.

    Defisit yang semakin menganga ini diprediksi akan membawa total defisit APBN tahun ini mencapai Rp609,7 triliun atau setara dengan 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto. Persentase ini adalah yang tertinggi sejak 2005, kecuali saat lonjakan defisit akibat pandemi Covid-19. Prediksi tersebut juga melampaui estimasi defisit APBN 2024 yang sebelumnya diperkirakan di angka 2,29 persen pada awal tahun ini.

    Ironisnya, di tengah defisit yang membengkak, pemerintah justru berencana mengurangi penerbitan Surat Berharga Negara (SUN/SBN) tahun ini sebesar Rp214,6 triliun. Langkah ini diambil dengan mengandalkan Saldo Anggaran Lebih (SAL) tahun lalu sebesar Rp100 triliun untuk menutup defisit, selain penarikan utang.

    Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indarwati, menyampaikan hal ini dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR-RI, Senin 8 Juli 2024. APBN 2024 diperkirakan mencatat defisit total Rp609,7 triliun.

    Pelebaran defisit ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, antara lain koreksi pendapatan negara di mana target pajak dan penerimaan cukai pada semester pertama 2024 tidak tercapai, ditambah dengan perkiraan kenaikan tipis pada sisa tahun ini.

    Untuk menutupi defisit APBN, pemerintah akan menggunakan tambahan SAL sebesar Rp100 triliun dan penerbitan SBN yang lebih rendah. "Jadi, meski defisit naik, penerbitan SBN tidak ikut naik, malah justru lebih rendah Rp214 triliun," kata Sri Mulyani.

    Defisit Melonjak

    Sebelumnya, pada tahun anggaran 2022-2023, pemerintah berhasil mengumpulkan SAL yang cukup besar dan akan digunakan saat ini, ketika defisit anggaran melebar di tengah suku bunga global yang tinggi dan tekanan besar pada rupiah.

    "Kami bisa menjaga agar SBN tidak diterbitkan lebih banyak sehingga bisa menjaga daya saing SBN tanpa tekanan yang besar. Kami ajukan penggunaan SAL Rp100 triliun dari Rp51 triliun yang diusulkan dalam UU APBN. Ini bermanfaat agar kita tidak perlu masuk ke pasar lebih besar sehingga bisa menjaga kinerja SBN," tambah Sri Mulyani.

    Pada tahun 2023, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia tercatat sebesar Rp460,2 triliun atau sekitar 2,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini mencerminkan upaya pemerintah dalam mengendalikan defisit dengan berbagai kebijakan fiskal yang ketat, meskipun masih dihadapkan pada tantangan ekonomi global dan domestik.

    Memasuki tahun 2024, defisit APBN diperkirakan melonjak signifikan menjadi Rp609,7 triliun atau sekitar 2,7 persen dari PDB. Peningkatan defisit ini didorong oleh beberapa faktor utama, antara lain koreksi pendapatan negara akibat tidak tercapainya target pajak dan penerimaan cukai pada semester pertama 2024 serta proyeksi kenaikan tipis pada sisa tahun tersebut. Selain itu, tekanan eksternal seperti suku bunga global yang tinggi dan pelemahan nilai tukar rupiah turut berkontribusi pada membesarnya defisit.

    Pemerintah merespon peningkatan defisit ini dengan langkah-langkah strategis, termasuk pengurangan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp214,6 triliun dan penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp100 triliun dari tahun sebelumnya. Kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi tekanan pada pasar obligasi domestik dan menjaga stabilitas fiskal.

    Perbandingan Utama:

    • Defisit 2023: Rp460,2 triliun (2,3 persen dari PDB)
    • Defisit 2024: Rp609,7 triliun (2,7 persen dari PDB).

     

    Dampak Pengurangan Emisi SBN

    Pengurangan emisi Surat Berharga Negara (SBN) oleh pemerintah dapat membawa berbagai dampak terhadap ekonomi dan pasar modal. Berikut ini adalah beberapa dampak utama:

    1. Penurunan Tekanan pada Suku BungaDengan mengurangi emisi SBN, pasokan obligasi di pasar menurun, yang dapat mengurangi tekanan untuk menaikkan suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong aktivitas investasi dan konsumsi, yang pada gilirannya bisa merangsang pertumbuhan ekonomi. Suku bunga yang lebih rendah juga meningkatkan daya tarik investasi di pasar saham, karena imbal hasil obligasi yang lebih rendah membuat saham menjadi pilihan yang lebih menarik.
    2. Stabilitas Pasar ObligasiPengurangan emisi SBN dapat membantu menstabilkan pasar obligasi dengan menghindari kelebihan pasokan obligasi, yang dapat menjaga harga obligasi tetap stabil dan mengurangi volatilitas. Stabilitas ini penting untuk menjaga kepercayaan investor dan mendorong partisipasi yang lebih besar dalam pasar obligasi.
    3. Penguatan Nilai Tukar Mata UangPengurangan emisi SBN dapat berkontribusi pada penguatan nilai tukar mata uang domestik. Dengan mengurangi kebutuhan penerbitan utang baru, persepsi risiko terhadap ekonomi nasional dapat berkurang, yang meningkatkan kepercayaan investor asing dan dapat menarik aliran modal masuk. Aliran modal masuk ini dapat memperkuat nilai tukar mata uang.
    4. Pengurangan Beban UtangDengan emisi SBN yang lebih rendah, pemerintah dapat mengurangi penambahan utang baru, sehingga mengurangi beban pembayaran bunga di masa mendatang. Hal ini memberikan ruang fiskal lebih besar untuk pembiayaan program-program prioritas dan dapat meningkatkan keberlanjutan fiskal jangka panjang.
    5. Dampak pada Likuiditas PasarPengurangan emisi SBN dapat mempengaruhi likuiditas pasar obligasi. Jika pengurangan ini dilakukan secara signifikan, likuiditas pasar dapat menurun, yang mungkin membuat perdagangan obligasi menjadi kurang efisien. Namun, dalam kondisi pasar yang stabil, dampak ini cenderung minimal dan dapat diimbangi oleh peningkatan kepercayaan investor.
    6. Stimulasi Ekonomi Melalui Penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL)Jika pengurangan emisi SBN diimbangi dengan penggunaan SAL untuk menutupi defisit anggaran, ini dapat mengurangi kebutuhan pemerintah untuk berutang. Penggunaan SAL dapat memberikan dampak positif dengan mengurangi tekanan pada pasar obligasi, sementara tetap mendanai kebutuhan anggaran pemerintah tanpa menambah beban utang.

    Respons Pasar Modal

    • Peningkatan Minat Investor: Dengan stabilitas yang lebih baik di pasar obligasi dan suku bunga yang lebih rendah, minat investor terhadap aset berisiko seperti saham dapat meningkat. Ini bisa mendorong kenaikan harga saham dan memperbaiki kinerja pasar modal secara keseluruhan.
    • Kepercayaan yang Lebih Besar: Pengurangan emisi SBN dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap kebijakan fiskal pemerintah, yang dapat menstabilkan pasar keuangan dan mendorong aliran investasi masuk. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi