KABARBURSA.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengumumkan rencana untuk menerapkan tarif timbal balik terhadap berbagai negara dalam waktu dekat. Langkah ini menjadi eskalasi besar dalam strategi pemerintahannya untuk mengubah hubungan perdagangan global demi keuntungan ekonomi AS.
Trump menyatakan bahwa pengumuman resmi akan dilakukan pada Senin atau Selasa mendatang, meskipun ia tidak menyebutkan secara spesifik negara-negara yang akan terdampak kebijakan ini.
Trump menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk memastikan bahwa AS mendapat perlakuan yang adil dalam perdagangan internasional. Ia menyampaikan keinginannya agar tarif impor AS mencerminkan tarif yang dikenakan oleh negara mitra terhadap ekspor AS.
Dengan kata lain, jika suatu negara mengenakan tarif tinggi terhadap produk AS, maka AS akan menerapkan tarif yang setara terhadap impor dari negara tersebut.
Pernyataan ini disampaikan saat Trump bertemu dengan Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba. Ia juga menyinggung kemungkinan menerapkan tarif tinggi pada impor mobil asing, dengan alasan bahwa Uni Eropa mengenakan tarif 10 persen terhadap mobil buatan AS, sementara tarif yang dikenakan AS terhadap mobil Eropa hanya 2,5 persen.
Trump sering menyuarakan ketidakpuasannya terhadap kebijakan perdagangan Uni Eropa yang menurutnya menghambat ekspor mobil AS, sementara produsen mobil Eropa justru menikmati akses luas ke pasar AS.
Di sisi lain, AS sendiri memiliki tarif sebesar 25 persen untuk impor truk pikap, yang menjadi sumber keuntungan besar bagi produsen otomotif AS seperti General Motors, Ford, dan Stellantis. Beberapa pejabat tinggi AS, termasuk calon Menteri Perdagangan Howard Lutnick dan calon Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, juga menyoroti tarif tinggi yang diterapkan oleh negara-negara seperti India, Brasil, Vietnam, dan Uni Eropa, yang dinilai lebih besar dibandingkan tarif rata-rata AS yang hanya sekitar 2,2 persen.
Dalam pertemuan dengan anggota parlemen dari Partai Republik di Gedung Putih, Trump mengungkapkan bahwa tarif yang lebih tinggi terhadap impor asing dapat membantu menutup biaya pemotongan pajak yang ia perkenalkan pada 2017. Pemotongan pajak tersebut telah dikritik karena berpotensi menambah utang negara hingga triliunan dolar.
Meskipun tarif impor hanya menyumbang sekitar 2 persen dari pendapatan tahunan AS dalam beberapa tahun terakhir, Trump meyakini bahwa peningkatan tarif dapat membantu mengurangi defisit anggaran.
Pada akhir pekan lalu, Trump sempat mengumumkan tarif sebesar 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko, dua mitra dagang terbesar AS. Namun, kebijakan tersebut ditunda setelah mendapatkan reaksi negatif dari pasar keuangan. Sebagai gantinya, kedua negara sepakat untuk meningkatkan pengawasan di perbatasan sebagai bagian dari kebijakan perdagangan yang lebih ketat.
Wall Street Langsung Melemah
Pasar saham AS mengalami tekanan setelah berita tentang kebijakan tarif ini tersebar. Indeks utama Wall Street mencatat penurunan signifikan, sementara sentimen konsumen di AS jatuh ke level terendah dalam tujuh bulan terakhir.
Kekhawatiran utama masyarakat adalah lonjakan inflasi akibat kebijakan tarif ini, yang dapat berdampak langsung pada harga barang dan daya beli mereka.
Pemerintahan Trump dan Partai Republik kini sedang mempersiapkan paket kebijakan pajak dan belanja yang ambisius, yang rencananya akan diumumkan dalam beberapa hari ke depan. Namun, rencana ini menghadapi tantangan besar di Kongres, di mana Partai Republik hanya memiliki mayoritas tipis di DPR dan Senat.
Untuk meloloskan kebijakan ini tanpa hambatan dari Partai Demokrat, mereka kemungkinan akan menggunakan mekanisme anggaran khusus yang memungkinkan pengesahan kebijakan dengan suara mayoritas sederhana.
Menjelang pengumuman resmi tarif baru ini, Trump dijadwalkan bertemu dengan senator dari Partai Republik serta menghadiri Super Bowl bersama Ketua DPR Mike Johnson.
Sementara itu, dalam sidang konfirmasinya, calon Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer menegaskan bahwa negara-negara mitra dagang AS harus mengurangi hambatan perdagangan mereka jika ingin tetap menikmati akses ke pasar AS. Greer secara khusus menyoroti Vietnam sebagai salah satu negara yang perlu melakukan penyesuaian jika ingin menghindari dampak dari kebijakan tarif baru ini.
Dengan kebijakan perdagangan AS yang semakin agresif di bawah kepemimpinan Trump, dunia kini menantikan dampak yang akan muncul dalam beberapa pekan ke depan. Jika kebijakan ini benar-benar diterapkan secara luas, bukan hanya hubungan dagang AS dengan negara lain yang akan terguncang, tetapi juga stabilitas pasar global yang sudah lebih dulu tertekan oleh ketidakpastian ekonomi.(*)