Logo
>

G7 Bahas Sanksi Baru Rusia: Harga Minyak Global Terombang-ambing

Harga minyak Brent dan WTI bergejolak setelah G7 bahas sanksi baru Rusia, sementara AS desak tarif pada India dan China, memicu ketegangan pasokan global.

Ditulis oleh Yunila Wati
G7 Bahas Sanksi Baru Rusia: Harga Minyak Global Terombang-ambing
Ilustrasi - Kilang minyak lepas pantai. Foto: Freepik.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia kembali menjadi sorotan setelah pertemuan para menteri keuangan negara-negara G7 pada Jumat lalu, yang fokus membahas sanksi lanjutan terhadap Rusia dan potensi tarif tambahan pada negara-negara yang dianggap “memungkinkan” agresi Moskow di Ukraina. 

    Dalam diskusi yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Kanada Francois-Philippe Champagne, G7 bersepakat mempercepat pembahasan penggunaan aset Rusia yang dibekukan untuk mendanai pertahanan Ukraina. 

    Lebih jauh, wacana pengenaan tarif pada negara pembeli minyak Rusia, seperti India dan Tiongkok, muncul sebagai opsi baru untuk memperketat tekanan.

    Langkah ini segera memicu kegelisahan di pasar energi. Investor khawatir kebijakan tarif lintas negara akan memperburuk tensi geopolitik dan pada akhirnya mengurangi pasokan minyak global. 

    Sentimen makin panas setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer mendesak sekutu-sekutu Washington untuk bergabung dalam pengenaan tarif terhadap negara-negara pembeli minyak Rusia. 

    Presiden Donald Trump bahkan telah menambah bea impor India hingga 50 persen. Ini adalah sebuah keputusan yang memperburuk negosiasi dagang antara kedua negara demokrasi besar tersebut.

    Di tengah tekanan ini, harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) menunjukkan volatilitas signifikan. Brent sempat bergerak naik mendekati level psikologis setelah laporan tersebut menyebar, meski pasar juga dihantui risiko pelemahan permintaan dari Amerika Serikat akibat data ekonomi yang melemah. 

    WTI mengikuti tren serupa. Kondisi ini mencerminkan ketidakpastian yang semakin kental. Kombinasi ancaman tarif, ketegangan dagang, serta kemungkinan pemotongan aliran minyak Rusia ke pasar global menciptakan latar belakang yang rapuh bagi pergerakan harga.

    Sentimen pasar jelas terpecah. Di satu sisi, investor melihat peluang harga minyak tetap bertahan tinggi karena sanksi baru akan mempersempit suplai. Namun di sisi lain, kekhawatiran bahwa eskalasi dagang justru memperlambat pertumbuhan global menahan reli lebih lanjut. 

    Keseimbangan ini membuat harga Brent dan WTI cenderung bergerak hati-hati, dengan kecenderungan bullish yang dibayangi keraguan mendalam.

    Secara keseluruhan, dinamika terbaru memperlihatkan bahwa harga minyak dunia kini dikendalikan bukan hanya oleh faktor fundamental permintaan dan pasokan, tetapi juga oleh kalkulasi politik tingkat tinggi antara Washington, Brussels, New Delhi, dan Beijing. 

    Setiap isyarat kebijakan dari G7 maupun langkah tambahan Presiden Trump berpotensi memicu gejolak baru dan membuat pasar energi bergerak dalam lanskap yang penuh risiko dan spekulasi.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79