KABARBURSA.COM – Pemerintah menargetkan produksi gas bumi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 berada di kisaran 993.000 hingga 1.017.000 barel setara minyak per hari.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan realisasi produksi gas nasional menunjukkan tren positif, bahkan berpotensi melampaui target APBN.
“Untuk gas bumi, kita berencana menetapkan target sebesar 993.000 sampai 1.017.000 Barel Minyak Ekuivalen per Hari (boepd). Beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) telah mencatatkan kinerja produksi yang melebihi target year to date terhadap APBN,” ujar Bahlil dalam rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu, 2 Juli 2025.
Bahlil merinci sejumlah K3S yang mencatatkan kelebihan produksi minyak hingga pertengahan tahun ini. Di antaranya, ExxonMobil Cepu, Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina Hulu Sanga-Sanga, Pertamina Hulu Kalimantan Timur, dan Saka Indonesia Pangkah.
“Namun demikian, kami melihat Pertamina masih perlu ditingkatkan lagi kinerjanya. Kami akan melakukan pemetaan dan evaluasi bersama mereka agar lifting bisa optimal,” katanya.
Gas Nasional Lampaui Target APBN, Minyak Perlu Digenjot
Sementara dari sisi gas bumi, beberapa K3S juga menunjukkan performa yang memuaskan. Di antaranya adalah BP Berau, Medco E&P Indonesia, Gresik Ltd, ENI Sepinggan, Pertamina Hulu Mahakam, Haskia Madura, Kangian Energi, serta Medco Melaka.
“Kalau kita lihat tren antara lifting minyak dan gas, gas ini Alhamdulillah akan melebihi target APBN. Tapi kalau soal minyak, itu yang selalu saya pikirkan sebelum tidur,” tutur Bahlil berseloroh.
Ia mengaku sektor minyak masih menjadi fokus utamanya, terutama karena tantangan lifting minyak cenderung lebih berat dibandingkan gas.
Meski demikian, pemerintah tetap berkomitmen untuk mendorong keduanya secara seimbang dalam mendukung ketahanan energi nasional.
“Kalau ngomong gas, otak saya masih lari ke minyak. Karena kita tahu, minyak itu masih jadi andalan APBN dan sangat krusial dalam menjaga stabilitas fiskal,” tambahnya.
Untuk mencapai target lifting migas tahun 2026, pemerintah akan terus mengevaluasi kinerja hulu, termasuk dari sisi eksplorasi, efisiensi operasi, serta dukungan investasi.
Bahlil menyebut peningkatan produksi migas bukan hanya soal menambah volume, tapi juga soal memperbaiki tata kelola dan mempercepat proses perizinan.
“Kita tidak bisa hanya berharap dari yang sudah ada. Harus ada percepatan eksplorasi dan kemudahan bagi investor. Itu yang sedang kita benahi,” katanya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.