KABARBURSA.COM - Harga batu bara di pasar dunia pada Kuartal III 2024 diprediksi akan berada dalam kisaran USD136 hingga USD150 per ton. Harga rata-rata batu bara Newcastle sepanjang tujuh bulan pertama 2024 (7M24) tercatat sebesar USD134 per ton, atau 6 persen lebih tinggi dari perkiraan awal yang sebesar USD126 per ton.
Untuk total ekspor batu bara Indonesia, diprediksi akan mencapai 418 juta ton pada 2024, mengalami kenaikan sebesar 3 persen secara year-on-year (YoY). Konsumsi domestik batu bara selama periode Januari hingga Juli 2024 mencapai 208 juta ton, meningkat 13 persen YoY, didorong oleh peningkatan penggunaan energi dan aktivitas manufaktur. Diperkirakan, konsumsi batu bara domestik secara tahunan akan mencapai 387 juta ton, atau naik 12 persen YoY.
Dari sisi ekspor, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekspor batubara sebesar 4 persen YoY menjadi 235 juta ton, dengan ekspor pada Juli naik 11 persen month-on-month (MoM) menjadi 37 juta ton, terutama didorong oleh permintaan dari Tiongkok. Hingga Juli 2024, produksi batu bara Indonesia mencapai 451 juta ton, meningkat 6 persen YoY, dan mencapai 52 persen dari target Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) sebesar 920 juta ton.
Produksi batu bara pada Juli 2024 meningkat 10,5 persen MoM menjadi 72 juta ton, dan diperkirakan bahwa produksi pada Kuartal III 2024 akan tumbuh 6 persen quarter-on-quarter (QoQ) menjadi 213 juta ton. Namun, diprediksi adanya penurunan produksi sebesar 5 persen QoQ menjadi 203 juta ton di Kuartal IV 2024 akibat musim hujan.
Analis Riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizkia Darmawan, menyatakan bahwa mereka tetap netral terhadap sektor batubara ini, dengan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebagai pilihan utama karena kinerjanya yang kuat dan biaya operasional yang lebih terkelola.
Tren Positif Berlanjut
Harga batu bara melanjutkan tren penguatan pada Selasa, 27 Agustus 2024, didorong oleh berbagai sentimen positif. Peningkatan impor batu bara di Asia, kenaikan harga gas alam, serta ketegangan geopolitik yang meningkat telah berkontribusi pada lonjakan harga batu bara di pasar global.
Pada perdagangan tersebut, harga batu bara Newcastle untuk kontrak Agustus 2024 mengalami kenaikan sebesar USD0,3, menjadikannya USD146 per ton. Sementara itu, harga untuk kontrak September 2024 naik lebih tajam, sebesar USD2,2, menjadi USD147,5 per ton. Tidak hanya itu, harga batu bara untuk pengiriman Oktober 2024 juga naik, dengan peningkatan sebesar USD1,25, sehingga mencapai USD149,15 per ton.
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam juga menunjukkan penguatan. Untuk kontrak Agustus 2024, harga naik sebesar USD0,6 menjadi USD121 per ton. Kontrak September 2024 meningkat sebesar USD1, menjadi USD119,75 per ton, dan kontrak Oktober 2024 juga menguat sebesar USD0,65, sehingga menjadi USD122,35 per ton.
Menurut laporan Reuters, impor batu bara termal yang diangkut melalui laut di Asia meningkat pada bulan Agustus, mencapai level tertinggi dalam delapan bulan terakhir. Namun, kenaikan ini lebih banyak didorong oleh permintaan dari negara-negara dengan ekonomi maju di Asia Utara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, daripada oleh negara-negara dengan konsumsi besar seperti China dan India.
Data dari analis komoditas Kpler menunjukkan bahwa sekitar 79,87 juta metrik ton batu bara, yang sebagian besar digunakan untuk pembangkit listrik, diperkirakan tiba di pelabuhan-pelabuhan Asia pada bulan Agustus. Angka ini naik dari 77,1 juta ton pada bulan Juli dan merupakan yang tertinggi sejak Desember lalu, ketika volume mencapai 80,54 juta ton.
Permintaan untuk batu bara termal di Asia mengalami lonjakan dalam beberapa bulan terakhir, terutama disebabkan oleh cuaca musim panas yang lebih panas dari biasanya, yang meningkatkan penggunaan pendingin udara. Peningkatan ini paling terasa di negara-negara ekonomi maju di Asia Utara, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, di mana kebutuhan energi untuk pendingin udara melonjak signifikan.
Sementara itu, laporan dari Montel mengungkapkan bahwa harga batu bara Rotterdam untuk pengiriman bulan depan naik sebesar USD1 dari harga penutupan hari Senin, mencapai USD119,75 per ton—level tertinggi sejak minggu sebelumnya. Kenaikan ini dikaitkan dengan lonjakan harga gas serta ketegangan geopolitik. Analis di sebuah rumah dagang Eropa mencatat bahwa konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan pipa gas, yang turut mempengaruhi harga batu bara.
Selain itu, harga gas TTF Eropa untuk kontrak bulan depan juga naik ke level tertinggi dalam satu minggu, mencapai 38,82 Euro per megawatt-jam (MWh). Kekhawatiran mengenai pasokan gas yang terbatas semakin mendorong kenaikan harga batu bara. Analis menambahkan bahwa gangguan pasokan dari Rusia, yang disebabkan oleh kendala pada jalur rel kereta api antara tambang dan pelabuhan, mungkin juga menjadi faktor yang turut mendukung kenaikan harga batu bara.
Secara keseluruhan, tren kenaikan harga batu bara ini mencerminkan dinamika pasar yang kompleks, di mana faktor-faktor cuaca, geopolitik, dan logistik saling berinteraksi untuk mempengaruhi permintaan dan penawaran komoditas energi yang vital ini.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.