Logo
>

Harga Batu Bara Kembali Nyungsep, Bagaimana Emiten Domestiknya?

Saham ADRO, PTBA, dan ITMG masih tertekan di tengah lonjakan impor Asia, mencerminkan dilema pasar batu bara antara sentimen positif dan harga global yang melemah.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Batu Bara Kembali Nyungsep, Bagaimana Emiten Domestiknya?
Aktivitas armada angkut batu bara di salah satu area tambang milik PT Atlas Resources Tbk (ARII). Sumber: Foto: Situs resmi ARII (atlas-coal.co.id)

KABARBURSA.COM - Harga batu bara kembali tergelincir meski pasar dibanjiri kabar positif. Kontrak Oktober ditutup di level USD105,4 per ton, turun 0,8 persen pada perdagangan terakhir. Dengan demikian, pelemahan sudah berlangsung tiga hari beruntun dan total terkoreksi 2,32 persen. 

Situasi ini menunjukkan bahwa sentimen positif belum cukup kuat untuk membalikkan arah harga di pasar global.

Padahal, dari sisi fundamental, kabar baik datang dari lonjakan permintaan Asia. Data Kpler mencatat impor batu bara termal kawasan ini melonjak menjadi 85,34 juta ton pada Agustus, naik 6,4 juta ton dibanding bulan sebelumnya. 

Ini menjadi level tertinggi dalam hampir setahun dan menandai akhir dari tren penurunan sembilan bulan berturut-turut. Kenaikan terutama didorong oleh kebijakan China yang memangkas produksi domestik hingga turun 3 persen di Agustus, serta pulihnya aktivitas industri di Asia Timur. 

China, Korea Selatan, dan Jepang tercatat sebagai pembeli utama bulan lalu.

Permintaan berpotensi terus menguat selama musim dingin, terutama bila pembatasan produksi di China berlanjut. Namun pasar tetap waspada: jika suhu lebih hangat dari perkiraan atau aktivitas manufaktur kembali melemah, konsumsi batu bara bisa kembali tersendat. 

Prospek harga internasional pun masih rapuh, meski sempat bangkit di awal September setelah jatuh ke titik terendah empat tahun pada pertengahan tahun.

Sentimen Negatif dari Dalam Negeri, Emiten Batu Bara Tumbang

Dari dalam negeri, kabar kurang menggembirakan datang dari kebijakan pemerintah. Kementerian ESDM menangguhkan sementara kegiatan operasional 190 perusahaan tambang batu bara dan mineral, sesuai surat Ditjen Minerba tertanggal 18 September 2025. 

Keputusan ini menambah ketidakpastian pasokan sekaligus memicu kekhawatiran investor atas kepastian regulasi.

Kondisi tersebut langsung tercermin di lantai bursa. Saham-saham batu bara besar seperti Alamtry Resources Indonesia(ADRO), Bukit Asam (PTBA), dan Indo Tambangraya Megah (ITMG) ikut tertekan. ADRO misalnya, sempat melemah pada perdagangan Rabu pagi, 24 September 2025, dengan volume transaksi yang cukup tinggi. Tekanan serupa juga terlihat pada emiten lain, sejalan dengan pelemahan harga acuan global.

Alamtry Resources Indonesia (ADRO) tercatat turun tipis 0,28 persen ke level Rp1.755 per saham pada pukul 10.37 WIB. Tekanan jual terlihat cukup besar dengan volume transaksi mencapai lebih dari 58 juta lembar, meski masih di bawah rata-rata perdagangan harian yang mencapai sekitar 102 juta lembar. 

Koreksi ini menunjukkan investor masih berhati-hati merespons tren harga batu bara global yang cenderung melemah tiga hari terakhir.

Di sisi lain, PT Bukit Asam (PTBA) bergerak datar di Rp2.380 per saham. Saham BUMN batu bara ini sempat menyentuh level terendah harian di Rp2.370 dan tertinggi Rp2.390, namun secara keseluruhan tidak beranjak dari posisi penutupan sebelumnya. 

Nilai transaksi tercatat sekitar Rp8,9 miliar dengan volume lebih dari 37 ribu lot. Pergerakan stagnan PTBA memberi sinyal pasar masih menunggu arah yang lebih jelas, baik dari kebijakan pemerintah maupun perkembangan harga internasional.

Sementara itu, Indo Tambangraya Megah (ITMG) justru terkoreksi lebih dalam dibanding dua pesaingnya. Harga saham ITMG melemah 0,54 persen ke Rp22.850 per saham pada pukul 10.38 WIB. Volume perdagangan mencapai 455 ribu lembar, sedikit di bawah rata-rata harian yang biasanya menembus 1,64 juta lembar. 

Tekanan ini mencerminkan sensitivitas ITMG terhadap fluktuasi harga batu bara global, mengingat perusahaan banyak mengandalkan ekspor kalori tinggi yang diperdagangkan di pasar internasional.

Ketiga saham tersebut menggambarkan dinamika yang seragam, bahwa investor masih menakar dampak dari penurunan harga acuan batu bara dunia sekaligus menimbang prospek permintaan yang membaik di Asia. 

Dengan situasi global yang penuh ketidakpastian, terutama terkait kebijakan China dan faktor cuaca musim dingin, pasar tampaknya memilih bersikap konservatif. 

Pergerakan hari ini menjadi cerminan bahwa sektor batu bara masih berada dalam fase pencarian arah, dengan keseimbangan rapuh antara kabar baik soal permintaan dan tekanan nyata dari harga komoditas yang melemah.

Secara keseluruhan, pasar batu bara saat ini berada dalam persimpangan: di satu sisi ada dorongan permintaan dari Asia yang kembali menggeliat, di sisi lain bayang-bayang penurunan harga, regulasi ketat, serta ketidakpastian cuaca musim dingin masih menghantui. 

Investor cenderung mengambil sikap hati-hati, sambil menunggu kejelasan apakah momentum kenaikan permintaan benar-benar mampu menahan tekanan harga yang sedang berlangsung.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79