KABARBURSA.COM - Harga batu bara dunia akhirnya terseret turun pada perdagangan Rabu waktu setempat, 7 Mei 2025, setelah mencatat reli tiga hari beruntun. Aksi ambil untung atau profit taking yang dilakukan oleh investor, membayangi kenaikan harga batu bara.
Mengacu pada data ICE Newcastle, harga batu bara ditutup di level USD98,75 per ton, melemah 0,65 persen dibandingkan hari sebelumnya. Pelemahan ini cukup wajar terjadi mengingat dalam dua pekan terakhir harga batu bara mencatat kenaikan yang cukup tajam.
Sejak menyentuh titik terendah dalam empat tahun terakhir pada 23 April lalu, batu bara sempat melesat naik tanpa jeda. Hingga Selasa, 6 Mei 2025, harga komoditas energi tersebut sudah melonjak lebih dari 6 persen.
Tren penguatan yang tajam dalam waktu singkat seperti ini kerap membuka ruang bagi aksi ambil untung atau profit taking, terutama oleh pelaku pasar yang telah mengunci keuntungan dalam fase kenaikan cepat.
Dari sisi teknikal, koreksi ini juga terkonfirmasi oleh berbagai indikator yang kini cenderung bearish. Indikator Relative Strength Index (RSI), misalnya, berada di level 4,96. Angka yang sangat rendah dan menandakan bahwa harga sudah masuk zona jual berlebih (oversold).
Hal serupa juga terlihat pada indikator Williams %R dan Stochastic RSI yang menunjukkan tekanan jual cukup dalam.
Sinyal negatif juga muncul dari pergerakan rata-rata harga atau moving average, baik jangka pendek maupun panjang. Semua garis MA, mulai dari MA5 hingga MA200, kompak memberi sinyal jual. Ini menjadi cerminan bahwa tren penurunan masih cukup dominan dan batu bara belum sepenuhnya keluar dari tekanan teknikal.
Selain itu, indikator momentum MACD juga menunjukkan pergerakan di wilayah negatif. Sementara ADX, yang mengukur kekuatan tren, belum memberikan sinyal pembalikan arah.
Volatilitas pun relatif rendah, yang mengindikasikan pasar sedang mencari arah baru setelah reli singkat.
Meski demikian, koreksi kali ini tidak sepenuhnya mencerminkan perubahan dalam faktor fundamental. Sebagian besar analis menilai pelemahan ini sebagai fase normal dari pengambilan untung setelah reli.
Namun tetap, dengan indikator yang nyaris seragam memberi sinyal jual, pelaku pasar disarankan waspada terhadap potensi pelemahan lanjutan.
Pasar akan menunggu apakah tekanan jual ini akan bertahan atau justru memicu rebound teknikal dalam beberapa hari ke depan. Yang jelas, pergerakan harga batu bara dalam waktu dekat masih sangat sensitif terhadap sentimen jangka pendek dan aksi pelaku pasar yang ingin mengamankan keuntungan.
Saham Batu Bara Bergerak Variatif
Pada bursa domestik, saham batu bara tampak bergerak variatif. Tiga saham batu bara besar di Bursa Efek Indonesia mencatat pergerakan yang beragam pada penutupan perdagangan Rabu, 7 Mei 2025.
Di tengah tekanan pada harga batu bara global yang terkoreksi karena aksi ambil untung, saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menunjukkan dinamika yang menarik untuk dicermati investor.
Saham BYAN terpantau masih mampu bertahan di zona hijau meskipun hanya mencatat kenaikan tipis 0,12 persen. Saham ditutup di harga Rp20.175 per lembar setelah bergerak dalam rentang Rp20.150 hingga Rp20.250 sepanjang sesi.
Aktivitas perdagangan terpantau moderat dengan volume mencapai sekitar 16.400 lot. Sentimen stabilnya saham BYAN mencerminkan konsistensi kinerja emiten ini di tengah volatilitas harga komoditas global.
Berbeda dengan BYAN, saham ADRO justru terkoreksi cukup dalam. Harga saham ditutup melemah 1,74 persen ke posisi Rp2.830 per saham.
Selama perdagangan, ADRO sempat menyentuh level tertinggi di Rp2.960, namun tak mampu mempertahankan momentumnya hingga akhir sesi. Tekanan terhadap ADRO terjadi di tengah kekhawatiran pasar soal penurunan harga batu bara yang dapat memengaruhi kinerja keuangan perusahaan dalam jangka pendek.
Sementara itu, ITMG menunjukkan performa yang sedikit lebih positif. Saham ditutup menguat 0,34 persen ke level Rp22.350 per saham.
Selama sesi, saham ITMG bergerak dalam rentang harga Rp22.325 hingga Rp22.450. Volume transaksi tercatat cukup aktif, dengan nilai perdagangan mencapai lebih dari Rp53 miliar.
Ketiga saham ini menjadi barometer utama pergerakan sektor batu bara di pasar modal Indonesia. Di tengah fluktuasi harga komoditas global dan potensi tekanan profit taking, investor disarankan tetap selektif dan mencermati arah tren teknikal serta sentimen makro yang berkembang.
BYAN Pimpin Sinyal Bullish
Saham-saham batu bara unggulan di Bursa Efek Indonesia menunjukkan dinamika menarik pada perdagangan terbaru.
Berdasarkan analisis teknikal per 7 Mei 2025 malam, BYAN (PT Bayan Resources Tbk) mencatat sinyal yang paling kuat. Saham ini menunjukkan dominasi sinyal beli yang konsisten di hampir semua indikator, baik moving average jangka pendek hingga panjang, maupun indikator momentum seperti MACD dan ROC.
Meski ADX menunjukkan sinyal jual, indikator lain seperti RSI, Williams %R, dan CCI berada di zona beli berlebih, mencerminkan tren yang masih bullish meski mulai panas.
Sementara itu, ADRO (PT Adaro Energy Indonesia Tbk) memperlihatkan kondisi yang lebih campuran. Meski indikator teknikal masih mengarah ke “sangat beli”, moving average belum seirama dan justru netral dengan jumlah sinyal beli dan jual yang berimbang. Ini menunjukkan adanya potensi penguatan, namun pasar masih dibayangi ketidakpastian teknikal jangka menengah.
MACD berada di wilayah negatif, tapi indikator momentum seperti Bull/Bear Power dan CCI memberikan optimisme bahwa tekanan jual bisa mereda.
Adapun ITMG (PT Indo Tambangraya Megah Tbk) mencatat sinyal teknikal yang positif dan cukup solid, meski tidak sekuat BYAN. Indikator teknikal mendukung sinyal beli secara menyeluruh, dari RSI hingga Ultimate Oscillator.
Namun, dari sisi moving average, pergerakan ITMG masih netral. Tekanan beli terlihat dari ADX yang tinggi dan ROC yang positif, menandakan tren penguatan masih memiliki bahan bakar, meski volatilitas juga ikut meningkat.
Secara keseluruhan, BYAN tampil sebagai saham batu bara dengan sinyal teknikal paling kuat saat ini, diikuti oleh ITMG, sementara ADRO masih dalam fase konsolidasi.
Investor disarankan tetap cermat membaca tren teknikal dan menjaga disiplin terhadap batas risiko, terutama saat harga berada di wilayah jenuh beli. Jika Anda ingin strategi entry-exit atau rekomendasi jangka pendek, saya siap bantu lebih lanjut.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.