Logo
>

Harga Emas Dunia Meredup, Tertekan Reli Dolar AS

Emas tergelincir dari rekor setelah dolar AS menguat dan yield obligasi naik, sementara pasar menanti data inflasi PCE yang akan jadi penentu arah the Fed.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Emas Dunia Meredup, Tertekan Reli Dolar AS
Ilustrasi: sebongkah emas batangan. (Foto: Pexels/Michael Steinberg)

KABARBURSA.COM - Harga emas dunia mundur dari rekor tertingginya pada perdagangan Kamis dini hari WIB, 25 September 2025, tertekan oleh penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat. 

Investor memilih berhati-hati menjelang rilis data ekonomi penting, terutama indikator inflasi pilihan Federal Reserve, yang diyakini akan menentukan arah kebijakan moneter selanjutnya.

Setelah sempat mencapai rekor USD3.790,82 per ons pada Selasa, 23 September 2025, emas spot terkoreksi 0,8 persen ke USD3.734,58 pada Rabu malam, 24 September 2025. Sementara, kontrak berjangka emas AS untuk Desember ditutup melemah lebih dalam, minus 1,2 persen ke USD3.768,1. 

Pelemahan logam mulia ini erat kaitannya dengan reli dolar AS, yang tercermin dari Indeks DXY yang menguat 0,6 persen. Dolar yang lebih perkasa membuat emas, yang dihargai dalam mata uang greenback, menjadi lebih mahal bagi investor global non-dolar.

Selain dolar, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun juga naik, dan memberikan tekanan tambahan. Lingkungan yield yang meningkat kerap merugikan emas karena logam mulia tidak menawarkan imbal hasil, sehingga relatif kurang menarik dibanding aset berbunga. 

Pasar juga masih mencerna pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell sehari sebelumnya. Powell menegaskan perlunya kehati-hatian dalam menyeimbangkan risiko inflasi yang tinggi dengan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja.

Ekspektasi pasar, menurut CME FedWatch Tool, kini mengarah pada dua kali pemangkasan suku bunga tambahan tahun ini, yaitu satu kali pada Oktober dengan probabilitas 94 persen dan satu kali lagi pada Desember dengan peluang 77 persen. 

Artinya, walaupun tren jangka panjang mengarah pada pelonggaran kebijakan, investor tetap memilih menunggu konfirmasi data. Terutama, klaim pengangguran mingguan dan Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang akan dirilis pada Kamis dan Jumat ini.

Dari sisi geopolitik, eskalasi di Rusia-Ukraina menambah lapisan ketidakpastian. Militer Ukraina mengklaim telah menyerang dua fasilitas minyak di Volgograd. Aksi ini biasanya menjadi sebuah faktor menopang daya tarik emas sebagai aset lindung nilai. Namun, kali ini efek geopolitik tertutupi oleh kekuatan dolar dan yield AS.

Sinyal Masuk Terlihat Jelas

Secara teknikal, emas masih menunjukkan tren bullish meski terkoreksi jangka pendek. Indikator harian mencatat sinyal “Sangat Beli”, dengan 9 indikator teknikal memberikan sinyal beli, hanya 1 netral dan 1 jual. 

Relative Strength Index (RSI) berada di level 70,7, menandakan kondisi jenuh beli, namun belum menunjukkan pembalikan tajam. Moving Average Convergence Divergence (MACD) tetap positif di 71,84, sementara ADX di 61,3 mengindikasikan tren kuat.

Moving Average juga seragam, memperlihatkan dominasi sinyal beli pada semua rentang, dari MA5 hingga MA200, yang berarti tren jangka pendek hingga panjang masih solid. Pivot points klasik menempatkan area support penting di sekitar USD3.718 dan USD3.745.

Sementara, resistance terdekat berada di USD3.822 hingga USD3.849. Dengan pola ini, koreksi saat ini bisa dibaca sebagai konsolidasi sehat setelah reli cepat ke level rekor.

Secara keseluruhan, pelemahan emas pada Rabu lebih mencerminkan reaksi teknis terhadap penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi ketimbang perubahan tren mendasar. 

Selama ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed tetap utuh dan ketidakpastian geopolitik berlanjut, emas masih memiliki fondasi kuat untuk menjaga daya tariknya.

Namun, jika data inflasi PCE akhir pekan ini menunjukkan tekanan harga masih tinggi, peluang koreksi lebih dalam terbuka lebar karena pasar bisa kembali menunda ekspektasi pelonggaran. 

Sebaliknya, bila data mendukung narasi inflasi melunak, emas berpotensi melanjutkan reli ke atas USD3.800, menguji kembali rekor barunya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79