Logo
>

Harga Emas Global Merosot Pasca Penurunan Suku Bunga AS

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Emas Global Merosot Pasca Penurunan Suku Bunga AS

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM -Harga emas melemah pada Kamis, 19 September 2024, setelah menembus rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH).

    Harga emas di pasar spot turun 0,4 persen menjadi USD2.560,29 per ons, setelah sebelumnya sempat naik ke level rekor tertinggi USD2.599 per ons. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS justru naik 0,2 persen dan menetap di USD2.598,60 per ons.

    Sebuah pergerakan yang sangat luar biasa, karena beberapa saat pasca pengumuman penurunan suku bunga oleh The Fed, harga emas mencapai level tertinggi sepanjang sejarah.

    Harga emas spot melonjak sebesar 0,9 persen menjadi USD2.592,39 per ons pada pukul 01.17 WIB, sementara emas berjangka Amerika Serikat mencatat kenaikan 0,2 persen, ditutup pada level USD2.598,60. Kenaikan ini menandai lonjakan signifikan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perdagangan emas.

    “Harga emas melonjak ke level tertinggi sepanjang masa, meskipun imbal hasil obligasi juga naik. Kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh The Fed memberikan dorongan positif bagi harga emas," kata seorang trader logam independen yang berbasis di New York, Tai Wong.

    Dampak Pemangkasan Suku Bunga

    Keputusan Federal Reserve untuk memangkas suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin ini mengawali apa yang diproyeksikan sebagai serangkaian kebijakan pelonggaran moneter yang lebih agresif. Bank sentral AS diperkirakan akan kembali menurunkan suku bunga sebesar setengah poin persentase lagi sebelum akhir 2024, serta satu poin persentase penuh sepanjang tahun 2025.

    Kebijakan ini menurunkan opportunity cost bagi investor yang memegang emas. Dalam situasi suku bunga yang rendah, aset-aset seperti emas, yang tidak menghasilkan imbal hasil, menjadi lebih menarik karena tidak ada persaingan ketat dari instrumen keuangan berbunga seperti obligasi atau deposito. Selain itu, pelemahan dolar AS akibat pemangkasan suku bunga membuat emas lebih murah bagi investor internasional, sehingga meningkatkan permintaan terhadap logam mulia ini.

    Emas Semakin Mengkilap

    Setelah pemangkasan suku bunga oleh The Fed, Indeks Dolar (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, sempat merosot sebesar 0,5 persen sebelum akhirnya menguat tipis. Penurunan ini menandai level terendah sejak Juli 2023, membuat emas semakin terjangkau bagi pemegang mata uang selain dolar. Ini menjadi salah satu faktor utama yang mendongkrak harga emas ke level tertinggi sepanjang masa.

    Investor kini menanti pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell, untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter di masa mendatang. Komentar Powell dianggap penting untuk memperjelas apakah The Fed akan terus memangkas suku bunga hingga 2025, sebagaimana yang diperkirakan oleh banyak analis dan pelaku pasar.

    Pasar Logam Lain Ikut Bergerak

    Tak hanya emas, logam mulia lainnya juga turut bergerak naik menyusul kebijakan pemangkasan suku bunga The Fed.

    Harga perak spot naik 0,6 persen menjadi USD30,93 per ons, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam dua bulan pada sesi perdagangan Senin.

    "Setelah aksi jual baru-baru ini, harga perak mulai pulih seiring dengan naiknya harga emas. Kepemilikan spekulatif dan ETF untuk perak meningkat," ujar ANZ.

    Namun, tidak semua logam menunjukkan performa yang sama. Platinum tercatat stabil di USD981,10 per ons, sementara paladium justru turun tajam sebesar 3,2 persen menjadi USD1.081,00 per ons.

    Outlook Emas di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

    Keputusan Federal Reserve untuk melonggarkan kebijakan moneter secara signifikan menunjukkan bahwa pasar keuangan global saat ini menghadapi ketidakpastian yang cukup tinggi, terutama terkait inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

    Meskipun Jerome Powell dalam konferensi persnya menyatakan bahwa tidak ada indikasi terjadinya resesi di AS, pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin menandakan langkah preventif The Fed untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung pasar tenaga kerja.

    Di tengah kondisi tersebut, banyak analis memprediksi bahwa harga emas akan terus berada dalam tren bullish hingga akhir tahun.

    "Kecepatan pergerakan emas ke depannya akan sangat bergantung pada kebijakan dan nada bicara Powell," tambah Wong.

    Emas diperkirakan akan terus naik seiring dengan berlanjutnya pelonggaran moneter, yang akan menguntungkan emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi global.

    Dengan pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin dan pelemahan dolar AS yang signifikan, harga emas melonjak ke level tertinggi sepanjang masa.

    Kebijakan ini tidak hanya mendukung emas sebagai aset safe-haven, tetapi juga memberikan sinyal pelonggaran moneter yang lebih lanjut dalam beberapa bulan ke depan.

    Investor kini mengamati kebijakan selanjutnya dari The Fed, yang akan menjadi faktor kunci dalam menentukan arah pergerakan harga emas dan logam mulia lainnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79