Logo
>

Harga Emas Naik Usai Tarif 25 Persen Trump ke Jepang-Korsel

Harga emas rebound tipis setelah Presiden AS Donald Trump menetapkan tarif 25 persen untuk barang impor dari Jepang dan Korea Selatan mulai 1 Agustus 2025

Ditulis oleh Syahrianto
Harga Emas Naik Usai Tarif 25 Persen Trump ke Jepang-Korsel
Ilustrasi: sebongkah emas batangan. (Foto: Pexels/Michael Steinberg)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Harga emas memangkas pelemahan pada perdagangan Senin setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif sebesar 25 persen atas barang-barang impor dari Jepang dan Korea Selatan mulai 1 Agustus 2025. Ketegangan dagang ini memicu minat terhadap aset safe haven seperti emas, meskipun penguatan dolar AS masih menjadi tekanan utama bagi logam mulia tersebut.

    Setelah sempat anjlok lebih dari 1 persen akibat penguatan dolar, harga emas spot berhasil pulih dan tercatat turun tipis 0,1 persen menjadi USD3.332,62 per ons troi. Sementara itu, emas berjangka AS nyaris tak bergerak dan ditutup di level USD3.342,80 per ons.

    Penguatan indeks dolar AS sebesar 0,4 persen terhadap sejumlah mata uang utama membuat harga emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli dari luar negeri. “Emas mulai bergerak naik sebagai respons atas tarif 25 persen dari Trump terhadap Korea dan Jepang,” kata Tai Wong, trader logam mulia independen.

    Namun, sentimen tersebut tidak serta-merta menular ke instrumen lainnya. “Komoditas lain justru menunjukkan reaksi sebaliknya, sementara indeks saham tertekan setelah pengumuman tarif baru dari Trump,” lanjut Wong.

    Para pelaku pasar kini menantikan pernyataan lanjutan dari Gedung Putih mengenai negosiasi dagang, serta notulen pertemuan kebijakan terbaru The Fed dan sejumlah pidato pejabat bank sentral AS yang dijadwalkan pekan ini, guna mencari petunjuk arah suku bunga ke depan.

    Di sisi lain, bank sentral China kembali menambah cadangan emasnya pada Juni 2025, menandai bulan kedelapan berturut-turut penambahan logam mulia tersebut. Data resmi dari People's Bank of China (PBOC) menunjukkan tren diversifikasi cadangan devisa tengah berlangsung di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik.

    “PBOC secara aktif mendiversifikasi cadangan devisa dan meningkatnya ketidakpastian global bisa mempercepat proses ini,” ujar Zain Vawda, analis dari MarketPulse by OANDA. Bank of America juga mencatat bahwa bank sentral global, termasuk China, membeli emas untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS serta sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan risiko ekonomi. Tren ini diperkirakan masih akan berlanjut.

    Untuk logam mulia lainnya, harga perak turun 0,5 persen menjadi USD36,72 per ons, platinum melemah 1,9 persen ke USD1.365,56, dan palladium terkoreksi 2,5 persen menjadi USD1.106,96 per ons. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.