KABARBURSA.COM – Harga emas dunia bergerak stabil pada perdagangan Rabu, 29 Mei 2025, seiring perhatian investor yang tertuju pada isi risalah rapat Federal Reserve bulan Mei.
Dokumen itu menyiratkan peringatan yang cukup tegas, yaitu inflasi masih membandel, dan di saat yang sama, bayang-bayang resesi mulai tampak di depan mata. Kombinasi itulah yang membuat emas tetap menjadi pilihan aman di tengah lanskap ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
Harga emas spot tercatat di USD3.299,95 per ons pada sore hari waktu New York. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup turun tipis 0,2 persen ke USD3.294,90 per ons.
Analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff, menyebut pasar emas belakangan ini memang bergerak tanpa arah yang jelas.
“Pasar sedang choppy, naik-turun tanpa tren yang kuat, lebih banyak bereaksi terhadap berita harian yang masuk,” ujarnya.
Risalah rapat The Fed pada 6–7 Mei lalu mencerminkan kekhawatiran internal bank sentral. Para pejabat menyoroti risiko kebijakan yang tak mudah diambil. Inflasi masih tinggi, tapi tekanan terhadap lapangan kerja juga mulai terasa.
Ini menciptakan dilema kebijakan yang dalam: menaikkan suku bunga terlalu cepat bisa memperlambat ekonomi, tapi menahannya bisa membuat inflasi tak terkendali.
Rapat tersebut berlangsung di tengah meningkatnya tensi dagang global. Presiden AS Donald Trump pada awal April mengumumkan tarif impor besar-besaran, yang kemudian sebagian ditangguhkan. Meski ada jeda, ketidakpastian tetap menghantui pasar.
Di sisi lain, emas mendapat dorongan dari statusnya sebagai aset safe haven, terutama di saat suku bunga rendah dan ketidakpastian tinggi. Sepanjang tahun ini saja, harga emas sudah melonjak sekitar 26 persen dan sempat menembus rekor tertingginya pada bulan April lalu.
Goldman Sachs Sarankan Investor Tambah Porsi
Goldman Sachs, dalam laporan terbarunya, menyarankan investor untuk menambah porsi emas dalam portofolio jangka panjang. Alasannya cukup jelas, meningkatnya tekanan terhadap institusi keuangan AS, beban yang dihadapi The Fed, serta permintaan yang terus berlanjut dari bank-bank sentral dunia.
Pasar kini menanti data ekonomi penting dari AS dalam beberapa hari ke depan. Hari Kamis, 29 Mei 2025, akan dirilis data pertumbuhan ekonomi (GDP). Disusul Jumat, 30 Mei 2025, dengan data inflasi konsumen versi PCE.
Keduanya dianggap sebagai indikator penting arah kebijakan suku bunga. Komentar dari sejumlah pejabat The Fed juga ditunggu pasar, karena dapat memberikan petunjuk lebih lanjut soal arah kebijakan moneter ke depan.
Dari sisi perdagangan fisik, ada pergerakan menarik. Data menunjukkan bahwa impor emas Swiss dari AS melonjak tajam pada bulan April, mencapai level tertinggi sejak 2012. Lonjakan ini terjadi setelah logam mulia dikeluarkan dari daftar barang yang terkena tarif impor AS.
Sementara emas masih bertahan, logam mulia lain mencatat pergerakan bervariasi. Harga perak turun 0,9 persen ke USD32,99 per ons. Platinum menguat 0,1 persen ke USD1.081,09, sementara palladium justru melemah 1,2 persen ke USD967,10 per ons.
Di tengah riuh data dan kebijakan yang terus bergulir, satu hal tampaknya belum berubah: emas masih menjadi rujukan utama ketika pasar membutuhkan perlindungan. Dan selama ketidakpastian masih berembus kencang, logam kuning ini tampaknya belum akan kehilangan daya tariknya.(*)