Logo
>

Harga Emas Turun Tajam Terpangkas Penguatan Dolar

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Emas Turun Tajam Terpangkas Penguatan Dolar
Ilustrasi harga emas terjungkal akibat penguatan dolar dan keputusan The Fed. (Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com)

Poin Penting :

KABARBURSA.COM - Harga emas global turun tajam pada perdagangan Rabu waktu setempat, 7 Mei 2025. Penurunan ini terjadi setelah kurs dolar Amerika Serikat menguat dan adanya tanda-tanda mencairnya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China. 

Tidak hanya itu, sikap hati-hati dari Ketua The Fed Jerome Powell gagal memberikan kepastian yang diharapkan pelaku pasar. Akibatnya, harga logam mulia yang selama ini menjadi primadona di tengah gejolak ekonomi terpangkas tajam.

Di pasar spot, harga emas turun tajam hingga 1,8 persen ke level USD3.368,42 per troy ounce pada pukul 19:32 GMT. Padahal, sebelum pernyataan The Fed dirilis, harga emas sudah lebih dulu melemah lebih dari 1 persen. 

Sementara itu, kontrak emas berjangka AS ditutup turun 0,9 persen menjadi USD3.391,90 per ounce.

Pelemahan ini terjadi seiring dengan lonjakan nilai dolar AS yang menguat 0,6 persen terhadap sekeranjang mata uang global. Dolar yang menguat membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli dari luar Amerika, sehingga permintaan menurun. Di pasar logam mulia, dampak dari sentimen semacam ini hampir selalu terasa cepat.

The Fed, melalui pernyataan resminya usai rapat kebijakan dua hari, memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25 persen hingga 4,50 ppersen. 

Tidak ada kejutan dari kebijakan itu, tapi pasar sempat berharap akan mendapat sinyal yang lebih tegas soal langkah ke depan. Namun harapan itu pupus ketika Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa pihaknya belum akan bertindak lebih jauh tanpa kepastian arah ekonomi. 

Menurutnya, langkah pre-emptive terlalu riskan jika data belum cukup memberikan kejelasan.

“Powell tetap pada sikap hati-hatinya. Ia ulangi bahwa The Fed akan tunggu dan lihat, dan belum bisa bertindak sekarang. Ini membuat pasar merasa hampa karena tidak ada arah baru,” kata Tai Wong, analis logam senior.

Sikap hati-hati The Fed bukan satu-satunya tekanan bagi emas. Rencana pertemuan antara pejabat tinggi Amerika Serikat dan China di Swiss pada akhir pekan ini juga membuat pasar sedikit lebih tenang. 

Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan perunding utama perdagangan AS Jamieson Greer dijadwalkan bertemu dengan kepala ekonomi China, He Lifeng, di tengah upaya mendinginkan perang tarif yang selama ini membayangi pertumbuhan global.

Kondisi ini membuat emas, yang biasanya dicari saat gejolak meningkat, kehilangan sebagian daya tariknya untuk sementara waktu.

Tren Emas Masih Positif

Namun, di balik koreksi tajam ini, tren jangka panjang emas masih tetap positif. Sepanjang tahun ini, harga emas telah menguat lebih dari 28 persen. Hal ini didorong oleh tingginya permintaan bank sentral global, termasuk dari China yang sudah enam bulan berturut-turut menambah cadangan emasnya. 

Geopolitik yang belum sepenuhnya stabil dan inflasi yang masih menghantui, membuat banyak investor tetap menjadikan emas sebagai aset lindung nilai.

“Setiap pelemahan justru jadi peluang beli. Pasar masih sangat percaya pada emas di tengah ketidakpastian ini,” tambah Wong.

Di sisi lain, logam mulia lain juga tak luput dari tekanan. Harga perak terjungkal 2,9 persen menjadi USD32,27 per ounce. Platinum turun 0,9 persen ke USD975,60, sementara palladium melemah 1,2 persen ke USD963,34.

Meski hari ini harga emas turun, arah pasar belum tentu berubah. Selama ketidakpastian global belum mereda sepenuhnya dan The Fed tetap bermain aman, emas masih punya ruang untuk kembali bersinar.

Kesempatan Borong Emas?

Jika melihat dari analisis teknikal emas berjangka, ini adalah waktu yang tepat untuk memborong emas. Mayoritas indikator teknikal maupun rata-rata pergerakan harga (moving average) memperlihatkan sinyal "sangat beli" (strong buy). Artinya, pasar emas masih berada dalam momentum penguatan yang solid.

Jika melihat indikator teknikal utama, pasar memang menunjukkan bias bullish yang dominan. Relative Strength Index (RSI) berada di level 60, menunjukkan kekuatan tren naik namun belum mencapai zona jenuh beli, yang artinya ruang untuk kenaikan masih terbuka. 

Di sisi lain, indikator Stochastic dan Stochastic RSI justru memberikan sinyal jual, yang artinya dalam jangka sangat pendek harga emas mungkin sedikit terkoreksi. 

Namun indikator momentum lainnya seperti MACD dan Commodity Channel Index (CCI) masih memberikan sinyal beli yang kuat. Hal ini menegaskan bahwa tren menanjak belum kehilangan tenaga.

Sinyal netral dari indikator seperti Williams %R, Ultimate Oscillator, dan Highs/Lows juga menunjukkan bahwa meskipun arah tren masih naik, pasar bergerak dengan kehati-hatian. 

Sementara Average True Range (ATR) menunjukkan volatilitas yang cenderung rendah, yang biasanya menjadi indikator bahwa harga bisa bergerak lebih stabil, namun tetap berpotensi melonjak bila ada sentimen baru yang masuk.

Yang lebih meyakinkan lagi datang dari analisis moving average. Semua garis MA dari jangka pendek hingga panjang — mulai dari MA5, MA10, hingga MA200 — berada jauh di bawah harga pasar saat ini dan semuanya memberi sinyal beli. 

Ini mencerminkan bahwa harga emas secara teknikal telah berada di atas hampir di seluruh level rerata harga historis. Ini menjadi sebuah tanda kuat bahwa pasar sedang dalam tren naik yang sehat dan berkelanjutan.

Level pivot point juga memberi gambaran penting bagi para trader. Menurut perhitungan klasik, level pivot berada di area USD3.395,22. Bila harga mampu bertahan di atas zona ini, maka target kenaikan selanjutnya berpotensi menuju USD3.458 hingga USD3.570. Sebaliknya, jika harga terkoreksi di bawah pivot, maka area support utama berada di kisaran USD3.345 dan USD3.282.

Sementara pendekatan Fibonacci dan Camarilla juga memperkuat proyeksi bahwa harga emas memiliki ruang kenaikan teknikal yang cukup luas, meskipun tetap dibayangi oleh resistensi di sekitar USD3.438 hingga USD3.464. 

Dalam konteks sentimen pasar saat ini, perkembangan geopolitik dan arah kebijakan bank sentral akan tetap menjadi kunci bagi kelanjutan tren ini.

Jadi, secara keseluruhan, analisis teknikal mengkonfirmasi bahwa emas berjangka masih berada dalam fase uptrend yang solid. Meskipun ada ruang konsolidasi jangka pendek, kekuatan tren jangka menengah hingga panjang tetap menunjukkan dominasi pembeli. 

Dalam kondisi global yang masih penuh ketidakpastian dan laju inflasi yang belum sepenuhnya jinak, emas tetap tampil sebagai salah satu aset lindung nilai yang paling dipercaya pasar. Investor yang tengah mencari sinyal masuk kemungkinan akan melihat ini sebagai momentum yang menguntungkan.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79