Logo
>

Harga Minyak Dunia Jatuh, Kelebihan Pasokan Tekan Sentimen Pasar

Harga minyak Brent dan WTI jatuh, dipicu kekhawatiran permintaan AS melemah dan prospek kelebihan pasokan global meski risiko geopolitik tetap membayangi.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Minyak Dunia Jatuh, Kelebihan Pasokan Tekan Sentimen Pasar
Ilustrasi kilang minyak. Foto: Freepik.

KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah dunia kembali melemah pada penutupan Kamis waktu setempat atau Jumat pagi WIB, 12 September 2025, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap permintaan energi di Amerika Serikat yang melambat serta prospek kelebihan pasokan global. 

Meskipun tensi geopolitik di Timur Tengah dan perang di Ukraina masih menyisakan potensi gangguan produksi, sentimen bearish tetap dominan akibat laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA).

Minyak mentah berjangka Brent, yang menjadi patokan harga internasional, ditutup turun 1,7 persem atau USD1,12 menjadi USD66,37 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI), acuan utama AS, merosot lebih dalam sebesar 2 persen atau USD1,30 ke level USD62,37 per barel. 

Penurunan tajam ini mengikuti laporan bulanan IEA yang memperkirakan pasokan minyak global tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan, terutama akibat rencana peningkatan produksi dari OPEC+ yang melibatkan negara-negara OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia.

Menurut analis Commerzbank, Carsten Fritsch, pelemahan harga minyak kali ini menjadi respons langsung terhadap proyeksi kelebihan pasokan yang besar pada tahun depan. Meskipun OPEC+ baru saja menyepakati kenaikan produksi mulai Oktober, organisasi tersebut dalam laporan terpisah tetap mempertahankan proyeksi permintaan dan pasokan non-OPEC stabil untuk tahun ini.

Kontradiksi antara kebijakan produksi yang lebih longgar dengan optimisme proyeksi permintaan membuat pasar semakin sensitif terhadap ancaman oversupply.

Stok Minyak Berlimpah, Ekspor ke China Naik

Di tengah dinamika pasokan global, perdagangan fisik minyak juga menunjukkan pergeseran signifikan. Ekspor minyak mentah Arab Saudi ke China diproyeksikan meningkat pada Oktober menjadi 1,65 juta barel per hari, naik dari 1,43 juta bph pada September. 

Namun, analis UBS Giovanni Staunovo menekankan keraguan pasar mengenai kemampuan China menyerap pasokan tambahan tersebut tanpa menekan persediaan global, terutama di kawasan OECD.

Dari Rusia, salah satu produsen minyak terbesar dunia, pendapatan ekspor minyak mentah dan produk turun ke level terendah sejak awal invasi ke Ukraina. Situasi ini terjadi bersamaan dengan langkah India, melalui Adani Group, melarang kapal tanker yang terkena sanksi Barat masuk ke pelabuhan miliknya.

Hal ini berpotensi mengganggu distribusi minyak Rusia ke kilang besar di negara tersebut. Sementara di Eropa, Amerika Serikat dan Uni Eropa terus memperluas diskusi mengenai pembatasan perdagangan energi Rusia, hingga memperumit lanskap pasokan jangka menengah.

Dari sisi makroekonomi, inflasi konsumen AS mencatat kenaikan tahunan terbesar dalam tujuh bulan pada Agustus. Hal ini dipicu kenaikan biaya perumahan dan pangan. Meski demikian, lonjakan klaim pengangguran awal menambah keyakinan investor bahwa Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga pada pertemuan pekan depan. 

Kebijakan moneter yang lebih longgar dipandang sebagai faktor yang dapat mendukung permintaan energi, meski untuk sementara efek dari ekspektasi tersebut tertutupi oleh kekhawatiran kelebihan pasokan.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa memilih menahan suku bunga tanpa memberikan arah kebijakan jelas. Investor menilai ekonomi kawasan euro masih membutuhkan stimulus tambahan, namun peluang pemangkasan suku bunga lebih lanjut kini dinilai seimbang.

Keseluruhan dinamika tersebut membuat pasar minyak berada di persimpangan. Di satu sisi, risiko geopolitik masih mengancam kestabilan pasokan, tetapi di sisi lain, data pasokan global dan kebijakan OPEC+ menambah kecemasan tentang oversupply. 

Akibatnya, harga Brent dan WTI sama-sama tertekan, yang mencerminkan dominasi kekhawatiran fundamental atas permintaan dan stok global. Investor kini menunggu kejelasan langkah The Fed dan OPEC+ untuk menentukan arah harga minyak dalam beberapa bulan ke depan.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79