Logo
>

Harga Minyak Dunia Naik, Brent-WTI Melesat Lebih dari Satu Persen

Harga minyak dunia naik lebih dari 1 persen setelah stok AS turun tajam, sementara ketidakpastian perang Rusia-Ukraina dan isu pasokan global terus membayangi pasar energi.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Minyak Dunia Naik, Brent-WTI Melesat Lebih dari Satu Persen
Ilustrasi minyak dunia. Foto: dok Pertamina.

KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia kembali bergerak naik pada perdagangan Rabu waktu New York, 20 Agustus 2025. Kenaikan ditopang kombinasi data pasokan Amerika Serikat yang lebih ketat dari perkiraan serta dinamika geopolitik seputar perang Rusia-Ukraina yang masih jauh dari kepastian. 

Lonjakan harga ini menjadi kontras dengan penurunan tajam sehari sebelumnya, ketika pasar sempat bereaksi terhadap optimisme rapuh mengenai kemungkinan gencatan senjata.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan global, ditutup menguat USD1,05 atau 1,6 persen ke level USD66,84 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI), acuan Amerika Serikat, naik 86 sen atau 1,4 persen menjadi USD63,21 per barel. 

Pemulihan harga ini terjadi setelah laporan mingguan Badan Informasi Energi (EIA) AS menunjukkan penarikan persediaan minyak mentah sebesar 6 juta barel dalam sepekan hingga 15 Agustus, jauh di atas prediksi analis sebesar 1,8 juta barel maupun estimasi American Petroleum Institute sebesar 2,4 juta barel.

Analis menyebut laporan tersebut sebagai sinyal bullish dan mencerminkan permintaan kilang yang kuat sekaligus peningkatan ekspor. John Kilduff dari Again Capital menegaskan bahwa kombinasi penurunan stok yang besar dan aktivitas kilang yang tinggi memberikan dukungan kuat bagi harga, setidaknya untuk jangka pendek.

Trump-Putin Tidak Mencapai Kesepakatan

Namun, dinamika politik dan keamanan tetap menjadi penggerak utama sentimen. Harapan akan penyelesaian cepat konflik Rusia-Ukraina kembali meredup. 

Presiden Donald Trump mengakui bahwa Vladimir Putin mungkin tidak berkeinginan mencapai kesepakatan, sementara Rusia menegaskan negosiasi yang tidak melibatkan Moskow adalah “jalan sia-sia”. 

Di medan perang, pasukan Rusia justru terus maju, termasuk menguasai desa Novoheorhiivka di dekat Donetsk. Kondisi ini menegaskan bahwa risiko geopolitik terhadap pasokan minyak global belum mereda.

Di sisi lain, sanksi Barat terhadap minyak Rusia tetap berlaku, meskipun India dan China terus memperkuat posisi mereka sebagai pembeli utama. India melalui perusahaan pelat merahnya, Indian Oil dan Bharat Petroleum, kembali membeli kargo minyak Rusia untuk pengiriman September dan Oktober. 

Langkah ini berlangsung meski AS memperingatkan, bahkan menambahkan tarif 25 persen untuk produk India sebagai hukuman atas pembelian tersebut. Situasi ini menambah kompleksitas hubungan dagang global sekaligus menciptakan potensi ketegangan baru di pasar energi.

Selain Rusia, faktor pasokan dari negara produsen lain juga ikut mewarnai. Iran, produsen terbesar ketiga di OPEC setelah Arab Saudi dan Irak, masih menunggu momentum yang tepat untuk kembali ke meja perundingan nuklir dengan Washington. 

Kesepakatan potensial berisiko membanjiri pasar dengan tambahan ekspor Iran. 

Di Arab Saudi, ekspor minyak mentah pada Juni tercatat turun ke level terendah dalam tiga bulan, sementara Norwegia justru melaporkan produksi minyak dan gas yang melampaui perkiraan 3,9 persen pada Juli, menjadi bantalan pasokan bagi Eropa.

Pasar minyak kini berada dalam keseimbangan rapuh antara faktor bullish dan bearish. Di satu sisi, penurunan stok minyak AS, ekspor yang lebih tinggi, serta pasokan yang terkendala dari Arab Saudi memberi dukungan harga. 

Namun di sisi lain, ketidakpastian terkait konflik Rusia-Ukraina, potensi tambahan pasokan dari Iran, serta fluktuasi hubungan dagang global menjadi risiko yang menahan reli lebih lanjut.

Dengan Brent yang kembali stabil di kisaran USD66 per barel dan WTI di atas USD63, pasar tampaknya masih menunggu arah pasti dari diplomasi internasional maupun data fundamental baru. 

Bagi pelaku pasar, pergerakan harga minyak dalam jangka pendek kemungkinan tetap ditentukan oleh berita harian seputar geopolitik dan perkembangan pasokan global.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79