KABARBURSA.COM – Harga minyak mentah ditutup mendatar pada perdagangan Senin setelah turun lebih dari 4 persen pekan lalu. Investor kini menunggu pembicaraan pekan ini antara Amerika Serikat dan Rusia terkait perang di Ukraina.
Kontrak berjangka Brent naik tipis 4 sen atau 0,06 persen menjadi USD66,63 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 8 sen atau 0,13 persen menjadi USD63,96 per barel.
Presiden AS Donald Trump pada Jumat lalu menyatakan akan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin pada 15 Agustus di Alaska untuk merundingkan akhir perang di Ukraina. Pertemuan ini berlangsung di tengah meningkatnya tekanan AS terhadap Rusia, termasuk kemungkinan sanksi yang lebih ketat jika kesepakatan damai tidak tercapai.
Trump mengatakan pada Senin bahwa baik Ukraina maupun Rusia harus saling menyerahkan wilayah untuk mengakhiri perang, dan pertemuannya dengan Putin akan menjadi ajang untuk mengukur peluang kesepakatan. “Penurunan harga minyak yang terjadi baru-baru ini terhenti karena pasar menunggu pertemuan penting pada Jumat,” ujar Analis StoneX, Alex Hodes.
Trump sebelumnya menetapkan batas waktu pada Jumat lalu bagi Rusia, yang menginvasi Ukraina pada Februari 2022, untuk menyetujui perdamaian atau pembeli minyak Rusia akan menghadapi sanksi sekunder. Pada saat yang sama, Washington juga menekan India untuk mengurangi pembelian minyak Rusia.
Menurut Analis UBS Giovanni Staunovo, harga minyak melemah dalam beberapa hari terakhir karena pelaku pasar menurunkan estimasi gangguan pasokan, kemungkinan akibat AS hanya memberlakukan tarif tambahan kepada India, bukan kepada semua pembeli minyak Rusia. UBS memangkas proyeksi harga Brent akhir tahun menjadi USD62 per barel dari sebelumnya USD68, dengan alasan peningkatan pasokan dari Amerika Selatan dan produksi yang tetap kuat dari negara-negara yang terkena sanksi.
UBS menambahkan, permintaan India belakangan ini berada di bawah ekspektasi, dan memperkirakan OPEC+ akan menunda kenaikan produksi kecuali terjadi gangguan pasokan yang lebih besar dari perkiraan.
Survei Reuters pada Jumat menunjukkan produksi minyak OPEC meningkat pada Juli setelah kesepakatan OPEC+ untuk menaikkan output, meski kenaikan dibatasi oleh pemangkasan tambahan dari Irak serta serangan drone ke ladang minyak Kurdi.
“Seimbangnya faktor OPEC yang tidak menaikkan produksi sesuai perkiraan dengan kemungkinan tercapainya gencatan senjata di Ukraina yang bisa membuka kembali arus minyak Rusia, membuat harga minyak bergerak fluktuatif bak yo-yo,” kata Phil Flynn, Senior Analis di Price Futures Group.
Sementara itu, Exxon Mobil dan konsorsium yang dipimpinnya memulai produksi minyak mentah empat bulan lebih cepat dari jadwal di unit keempat fasilitas terapung produksi, penyimpanan, dan pembongkaran di Guyana. Terpisah, data Biro Statistik Nasional China pada Sabtu menunjukkan harga produsen (PPI) negara tersebut turun lebih dari perkiraan pada Juli. (*)