Logo
>

Harga Minyak Turun Lebih dari Satu Persen Karena Aktivitas ini

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Minyak Turun Lebih dari Satu Persen Karena Aktivitas ini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak mengalami penurunan lebih dari 1 persen pada Kamis, 22 Agustus 2024, dipicu oleh revisi besar-besaran data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang menjadi sorotan para investor.

    Menurut laporan dari Reuters, harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober merosot USD1,15 (1,49 persen) menjadi USD76,05 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD1,24 (1,69 persen) menjadi USD71,93 per barel. Revisi dari Departemen Tenaga Kerja AS mengungkapkan bahwa penambahan lapangan pekerjaan di AS selama setahun hingga Maret 2024 jauh lebih sedikit dari yang dilaporkan sebelumnya. Perkiraan total lapangan kerja untuk periode April 2023 hingga Maret 2024 dikurangi sebanyak 818 ribu pekerjaan.

    "Pasar kini beralih dari mengantisipasi ekonomi yang lebih kuat ke kemungkinan pendaratan keras, yang membuat harga minyak sulit untuk bergerak naik," kata Phil Flynn, analis dari Price Futures Group.

    Revisi data ini juga membayangi dukungan dari penurunan persediaan minyak AS dan rilis risalah pertemuan The Fed yang menunjukkan kemungkinan pemangkasan suku bunga pada September mendatang.

    Persediaan minyak mentah AS, bensin, dan distilat mencatat penurunan pada minggu yang berakhir 16 Agustus, menurut Administrasi Informasi Energi (EIA) pada Rabu. Persediaan minyak mentah turun sebesar 4,6 juta barel menjadi 426 juta barel, melampaui ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 2,7 juta barel.

    Pejabat The Fed pada pertemuan bulan lalu lebih condong mendukung pemangkasan suku bunga pada pertemuan kebijakan September mereka. Beberapa bahkan siap untuk segera mengurangi biaya pinjaman, sebagaimana diungkapkan dalam risalah pertemuan 30-31 Juli lalu.

    Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman, yang dapat memperlambat aktivitas ekonomi dan, pada gilirannya, mengurangi permintaan minyak.

    Kekhawatiran tentang ekonomi China terus menjadi perhatian utama investor karena potensi melemahnya ekonomi negara tersebut dapat berdampak signifikan pada permintaan minyak mentah global. Masalah ekonomi di China telah menyebabkan marjin pemrosesan yang lemah dan permintaan bahan bakar yang rendah, sehingga memengaruhi operasi kilang minyak, baik milik negara maupun independen. Hal ini menambah tekanan pada harga minyak, yang sudah dipengaruhi oleh berbagai faktor global.

    Tim Snyder, kepala ekonom di Matador Economics, menekankan bahwa ekonomi China saat ini menjadi barometer utama bagi pasar energi. Setiap tanda negatif dari China cenderung memberikan tekanan pada pasar energi global.

    Di sisi lain, ketegangan di Timur Tengah juga berkontribusi pada volatilitas pasar minyak. Sebuah kapal tanker minyak berbendera Yunani menjadi sasaran serangan di Laut Merah, yang merupakan jalur penting bagi pengiriman minyak global. Serangan ini dilakukan oleh militan Houthi yang bersekutu dengan Iran dan telah mengganggu pengiriman internasional di wilayah tersebut sejak November lalu. Kejadian ini menambah kekhawatiran tentang stabilitas aliran minyak mentah melalui jalur yang strategis ini.

    Selain itu, perkembangan geopolitik di Timur Tengah, termasuk upaya diplomasi oleh Presiden AS Joe Biden dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken, terus mempengaruhi sentimen pasar. Meski belum ada kesepakatan mengenai gencatan senjata antara Israel dan militan Hamas, upaya untuk menjaga potensi gencatan senjata dan stabilitas di wilayah tersebut tetap menjadi fokus diplomasi internasional.

    Kabar dari Timur Tengah

    Arab Saudi, anggota OPEC yang merupakan pengekspor minyak terbesar di dunia, mengatakan ekspor minyak mentahnya turun menjadi 6,047 juta barel per hari (bpd) pada Juni dari 6,118 juta bpd pada Mei.

    Data dari China, ekonomi terbesar kedua di dunia, menunjukkan harga rumah baru turun pada Juli dengan kecepatan tercepat dalam sembilan tahun, output industri melambat, pertumbuhan ekspor dan investasi menurun, dan pengangguran meningkat.

    Kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar di AS, ekonomi terbesar di dunia, menekan harga minyak pemanas berjangka AS ke level terendah sejak Mei 2023 untuk dua hari berturut-turut. Spread crack minyak pemanas, yang mengukur margin keuntungan penyulingan, tetap mendekati level terendahnya sejak November 2021. Harga bensin berjangka AS turun ke level terendah sejak Februari 2024.

    “Setelah pendapatan kuartal kedua, beberapa perusahaan kilang merespons kekhawatiran (harga dan permintaan) dengan mengumumkan pemotongan kapasitas, termasuk PBF Energy, Phillips 66, dan Marathon,” kata analis di firma konsultasi energi Gelber and Associates dalam sebuah catatan.

    Sementara itu, data mingguan stok minyak AS akan dirilis oleh kelompok perdagangan American Petroleum Institute (API) pada Selasa dan Administrasi Informasi Energi (EIA) AS pada Rabu, 21 Agustus 2024.

    Analis memperkirakan perusahaan energi AS menarik sekitar 2,7 juta barel minyak mentah dari penyimpanan selama pekan yang berakhir pada 16 Agustus. Jika benar, ini akan menjadi kali ketujuh persediaan minyak mentah AS menurun dalam delapan minggu terakhir.

    Pada minggu yang sama tahun lalu, terjadi penarikan sebesar 6,1 juta barel dan rata-rata penurunan sebesar 3,4 juta barel selama lima tahun terakhir (2019-2023). (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79