Logo
>

Harga Rumah di Kota-kota Besar China Mulai Stabil

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Rumah di Kota-kota Besar China Mulai Stabil

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga rumah di sejumlah kota terbesar China menunjukkan tanda-tanda stabilisasi pada November 2024 lalu setelah mengalami penurunan selama lebih dari setahun. Data yang dirilis oleh Biro Statistik China pada Senin, 16 Desember 2024 mencatat harga rumah baru di empat kota utama, yakni Beijing, Shanghai, Shenzhen, dan Guangzhou, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, harga rumah sekunder di kota-kota tersebut turun tipis 0,1 persen, lebih kecil dibandingkan penurunan di bulan Oktober.

    Kepala Peneliti di Guangdong Housing Policy Research Center, Li Yujia, mengatakan melemahnya harga rumah telah menarik minat calon pembeli yang selama periode booming properti tidak mampu membeli hunian di kota-kota besar. "Situasi ini mendorong peningkatan transaksi yang lebih aktif sehingga harga rumah baru di kota-kota tier 1 mulai berhenti turun," ujar Li dikutip dari South China Morning Post di Jakarta, Senin, 16 Desember 2024.

    Setelah krisis properti yang dipicu oleh gagal bayar utang China Evergrande tiga tahun lalu, pemerintah pusat di Beijing terus meluncurkan berbagai insentif untuk mendorong pembelian rumah. Sepanjang November 2024, pemerintah daerah di seluruh Negeri Tirai Bambu menerapkan 61 kebijakan baru, termasuk pemangkasan pajak transaksi dan pemberian subsidi pembelian. Langkah ini berdampak signifikan di kota-kota besar seperti Shanghai dan Shenzhen.

    Di Shenzhen, transaksi rumah sekunder melonjak dengan 2.390 unit berpindah tangan pada minggu pertama Desember 2024, tertinggi dalam tiga tahun terakhir menurut data Shenzhen Real Estate Intermediary Association. Sementara itu, di Shanghai, penjualan rumah sekunder mencapai 27.050 unit pada November lalu. Angka ini menandai rekor tertinggi dalam 44 bulan terakhir berdasarkan laporan Shanghai Housing Administration Bureau.

    Harga di Kota Kecil Masih Tertekan

    Meski ada sinyal pemulihan di kota besar, tantangan masih membayangi pasar properti secara keseluruhan. Data yang sama menunjukkan harga rumah baru di 70 kota China turun 6,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan 0,2 persen dibandingkan Oktober 2024. Sementara itu, harga rumah sekunder turun lebih dalam, yakni 8,5 persen secara tahunan dan 0,3 persen secara bulanan.

    Penurunan harga lebih tajam terjadi di kota-kota kecil. Pada November 2024, harga rumah baru di kota-kota tier 3 turun 6,5 persen dibandingkan tahun lalu, sedangkan di kota besar tier 1 hanya turun 4,3 persen.

    Secara kumulatif, sepanjang 11 bulan pertama 2024, nilai penjualan properti turun 20 persen menjadi 7,49 triliun yuan (sekitar USD1,03 triliun). Investasi di sektor real estat juga melemah 10,4 persen menjadi 9,36 triliun yuan.

    Dalam pertemuan tahunan Central Economic Work Conference pekan lalu, pemerintah China menegaskan komitmennya untuk terus menstabilkan pasar properti sebagai bagian dari agenda ekonomi nasional. Meski demikian, analis dari Macquarie, Larry Hu dan Yuxiao Zhang, mengingatkan kepercayaan calon pembeli rumah terhadap prospek harga hunian dan pendapatan mereka masih lemah.

    Shimao Group Dapat Penangguhan Likuidasi, Fokus Restrukturisasi Utang

    Pengembang properti asal Shanghai, Shimao Group, berhasil menang dalam keputusan pengadilan Hong Kong yang menolak petisi kreditur untuk melikuidasi perusahaan. Keputusan ini memberikan Shimao lebih banyak waktu untuk merestrukturisasi utangnya sebesar USD11,5 miliar di pasar luar negeri.

    Dalam pengajuan ke bursa saham pekan lalu, Shimao menyatakan tengah mencari persetujuan kreditur perihal rencana restrukturisasi utang terbaru. Sidang lanjutan di Pengadilan Tinggi Hong Kong dijadwalkan berlangsung pada 16 Januari 2025. Perusahaan juga menyepakati perpanjangan batas akhir penyelesaian utang dengan kreditur, dari yang semula akhir tahun ini menjadi 30 Juni 2025.

    Sebelumnya, pada April 2024, Shimao menghadapi petisi likuidasi dari cabang China Construction Bank di Hong Kong akibat utang yang belum dibayar senilai HKD1,58 miliar (sekitar USD203 juta). Kasus ini pertama kali disidangkan pada 26 Juni 2024 dan Shimao telah mendapatkan dua kali penangguhan sejak saat itu.

    Krisis Likuiditas Melanda Sektor Properti

    Krisis likuiditas telah menghantui banyak pengembang properti China sejak akhir 2020, ketika Beijing memperkenalkan kebijakan ketat perihal rasio utang terhadap kas, ekuitas, dan aset. Situasi ini semakin buruk pada akhir 2021 setelah China Evergrande, pengembang terbesar di negara tersebut, gagal membayar utangnya. Kini, banyak pengembang properti di China memilih jalur hukum untuk merestrukturisasi kewajiban mereka.

    Keberhasilan Shimao dalam mendapatkan penangguhan likuidasi disambut positif oleh pasar. Pada perdagangan Senin di Hong Kong, saham Shimao melonjak 8,1 persen menjadi HKD1,20 per saham.

    Shimao bukan satu-satunya pengembang yang tengah bergulat dengan utang besar. Pada 25 November 2024, pengembang berbasis di Beijing, Sino-Ocean, yang sebelumnya gagal membayar utang luar negeri sebesar USD6,1 miliar, berhasil memperoleh persetujuan parsial dari kreditur untuk restrukturisasi utang senilai USD5,64 miliar. Sebelumnya, rencana awal yang melibatkan pemotongan utang rata-rata 63 persen ditolak pada Agustus.

    Keputusan pengadilan Hong Kong ini menambah optimisme di sektor properti China yang masih berjuang untuk bangkit di tengah tekanan likuiditas dan kebijakan ketat pemerintah. Dengan penundaan ini, Shimao memiliki peluang untuk menyelesaikan kewajiban utangnya secara lebih terstruktur sambil menjaga keberlangsungan bisnisnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).