Logo
>

Impor Melesat, Barang Modal dan Mesin Dominasi Awal Tahun

Impor Indonesia tumbuh 6,27 persen hingga April 2025. Barang modal, mesin, dan kendaraan jadi penyumbang terbesar lonjakan impor nonmigas.

Ditulis oleh Dian Finka
Impor Melesat, Barang Modal dan Mesin Dominasi Awal Tahun
Impor nonmigas Indonesia meningkat signifikan, didorong mesin, kendaraan, dan barang modal. Sinyal positif bagi industri manufaktur dalam negeri. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM — Di saat ekspor mulai stabil, impor Indonesia justru tancap gas. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai impor nasional pada Januari hingga April 2025 mencapai USD76,29 miliar (sekitar Rp1.258 triliun), tumbuh 6,27 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Lonjakan ini terutama ditopang oleh masuknya barang-barang nonmigas seperti mesin, kendaraan, dan perlengkapan listrik—indikator kuat bahwa roda industri domestik mulai berputar lebih kencang.

"Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh naiknya impor barang nonmigas yang tumbuh signifikan hingga 9,18 persen, sedangkan impor migas justru mengalami kontraksi 8,27 persen," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam siaran pers resmi di Jakarta, Senin 2 Juni 2025.

Impor barang-barang nonmigas masih menjadi tulang punggung kegiatan impor nasional. Pudji memaparkan bahwa tiga komoditas utama nonmigas yang mendominasi nilai impor selama Januari–April 2025 adalah:

  1. Mesin dan peralatan mekanis (HS84)
  2. Mesin dan perlengkapan elektrik (HS85)
  3. Kendaraan dan bagiannya (HS87)

"Ketiga kelompok komoditas ini menyumbang share sebesar 36,05 persen terhadap total impor nonmigas kita, mencerminkan tingginya kebutuhan industri dalam negeri terhadap barang modal dan bahan penolong produksi," jelas Pudji.

Jika ditilik dari sisi penggunaan, pertumbuhan impor didominasi oleh barang modal dan bahan baku penolong. Nilai impor bahan baku/penolong tercatat sebesar USD55,35 miliar, atau tumbuh 5,32 persen secara tahunan, dengan kontribusi terhadap peningkatan total impor sebesar 3,89 persen.

"Ini menunjukkan geliat aktivitas industri manufaktur dalam negeri yang mulai pulih dan meningkatkan permintaan atas bahan baku," katanya.

Sementara itu, barang modal juga mencatat peningkatan, memperkuat sinyal perbaikan investasi dalam sektor produktif. Pada bulan April saja, nilai impor nasional mencapai USD20,59 miliar, naik signifikan 21,84 persen dibandingkan April 2024.

Dari jumlah tersebut, impor migas tercatat sebesar USD2,52 miliar, anjlok 15,57 persen, sementara impor nonmigasmencapai USD18,07 miliar, melesat 29,86 persen secara tahunan. "Peningkatan tajam pada impor nonmigas bulan April memberikan andil besar, yakni 24,59 persen, terhadap pertumbuhan total impor bulanan," jelas Pudji.

Semua Kategori Barang Naik, Barang Modal Tertinggi

Pudji juga menyoroti  seluruh golongan penggunaan barang mengalami kenaikan pada April 2025:

  1. Barang konsumsi naik 18,46 persen
  2. Bahan baku/penolong naik 18,93 persen, dengan kontribusi terbesar (72,73 persen) terhadap total impor
  3. Barang modal melonjak 36,28 persen.

"Impor barang modal yang naik tinggi bisa jadi indikator positif karena mengarah pada perluasan kapasitas produksi. Namun tetap perlu dicermati jenis dan tujuan penggunaannya," katanya.

Dilihat dari negara asal, Pudji mencatat bahwa lonjakan impor terbesar datang dari Tiongkok, Jepang, dan negara-negara ASEAN (di luar Thailand).
Sebaliknya, impor dari Thailand dan Uni Eropa justru mengalami penurunan.

"Ini bisa menunjukkan adanya pergeseran rantai pasok atau harga dari mitra dagang utama kita," kata Pudji.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Dian Finka

Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.