KABARBURSA.COM - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menyatakan Indonesia berkolaborasi dengan Amerika Serikat (AS) guna memperkuat kerja sama strategis perdagangan dan mempercepat investasi baru.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan AS telah menjadi mitra strategis Indonesia. Ia bilang, Indonesia juga telah berupaya untuk mendapatkan dukungan AS terhadap lingkungan bisnis di tanah air.
"Dan kami memahami bahwa di masa lalu sebagian besar investasi besar berasal dari industri ekstraktif dan akhir-akhir ini juga pada ekonomi digital yang dibutuhkan oleh Indonesia,” ujar dia dalam keterangannya, Selasa, 18 November 2025.
Berdasarkan data nasional, ekspor Indonesia ke AS tercatat mencapai USD26,4 miliar, sementara impor berada pada kisaran USD12 miliar, sehingga menghasilkan defisit perdagangan sebesar USD14 miliar. Sementara itu, menurut data Pemerintah AS, defisit tercatat sebesar USD18 miliar.
Untuk menjaga keseimbangan neraca perdagangan, Indonesia dan AS tengah menyiapkan sejumlah kesepakatan komersial strategis, di antaranya rencana peningkatan impor energi dari AS senilai USD15 miliar dan pembelian produk pertanian sebesar USD 4,5 miliar. Upaya ini secara efektif akan menyeimbangkan posisi perdagangan kedua negara.
Di sisi lain, Airlangga juga menyampaikan mengenai kerja sama pengembangan proyek Carbon Capture and Storage (CCS) oleh Exxon. Indonesia berharap proyek CCS dapat segera direalisasikan sebagai bagian dari komitmen bersama dalam memperkuat transisi energi dan pengurangan emisi karbon.
Selain itu, ia juga menyebutkan terkait dengan peresmian proyek kilang di Cilegon senilai USD4 miliar oleh Presiden Prabowo Subianto, yang menjadi tonggak penting kemandirian dan hilirisasi industri nasional.
Pemerintah juga menegaskan bahwa Indonesia saat ini tengah melanjutkan proses negosiasi dengan Amerika Serikat dan diharapkan kesepakatan kerja sama tersebut dapat segera ditandatangani. Pemerintah menekankan pentingnya finalisasi perjanjian tersebut untuk memperkuat kemitraan ekonomi dan membuka peluang investasi yang lebih luas bagi kedua negara.
“Jadi saya pikir penting bagi Indonesia bahwa di tengah ketidakpastian global, Indonesia masih dapat mengelola pertumbuhan 5 persen pada kuartal ketiga, dan sebenarnya Indonesia dalam 7 tahun terakhir pertumbuhan sebesar 5 persen,” ujar Airlangga.(*)