KABARBURSA.COM – Industri keramik nasional menghadapi tantangan besar dalam transisi menuju produksi rendah emisi. Sebagai sektor padat energi, upaya efisiensi gas, adopsi teknologi bersih, dan penerapan standar industri hijau menjadi langkah penting untuk mewujudkan target net-zero emission pada 2050.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmen tersebut dalam penyelenggaraan The 32nd World Ceramic Tiles Forum (WCTF) 2025 di Yogyakarta yang dihadiri delegasi dari berbagai negara.
Forum ini menjadi momentum untuk menunjukkan peran strategis Indonesia dalam rantai pasok global sekaligus memperkuat arah transisi hijau di sektor manufaktur.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Taufiek Bawazier menyampaikan, bahwa pemerintah terus memberikan dukungan terhadap peningkatan daya saing industri keramik melalui kebijakan efisiensi energi dan penerapan Standar Industri Hijau.
“Pemerintah terus memberikan dukungan terhadap peningkatan daya saing industri keramik melalui kebijakan fiskal dan nonfiskal, efisiensi energi, serta penerapan Standar Industri Hijau. Langkah ini sejalan dengan target pencapaian industri net-zero emission pada tahun 2050,” ujar Taufiek dalam keterangannya yang dikutip KabarBursa,com, Selasa, 11 November 2025.
Seiring dengan agenda keberlanjutan, Kemenperin juga mendorong transformasi teknologi di sektor keramik. Adopsi teknologi digital printing dan digital glazing dinilai penting agar produk keramik Indonesia mampu memenuhi standar mutu internasional sekaligus menekan konsumsi energi dalam proses produksi.
Selain efisiensi energi, dukungan terhadap infrastruktur industri juga menjadi bagian dari strategi menuju industri hijau. Pemerintah menyiapkan sejumlah kawasan industri strategis di Batang, Kendal, dan Semarang yang dilengkapi jaringan gas memadai serta akses langsung ke pelabuhan dan jalan tol.
Kawasan ini diharapkan dapat mendorong investasi yang berorientasi pada efisiensi energi dan keberlanjutan produksi. (*)