Logo
>

Industri Manufaktur 2025 Tumbuh, tapi Masih Bergantung Insentif

Pertumbuhan industri manufaktur di 2025 masih bertumpu pada kebijakan gas murah (HGBT) dan insentif fiskal, meski kinerja sektor ini terus membaik.

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Industri Manufaktur 2025 Tumbuh, tapi Masih Bergantung Insentif
Ilustrasi industri manufaktur. Foto: dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Sektor industri manufaktur Indonesia mencatat kinerja positif di tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Namun, di balik pertumbuhan tersebut, masih terlihat ketergantungan kuat terhadap berbagai insentif dan kebijakan energi bersubsidi. 

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan, salah satu instrumen utama penopang daya saing industri nasional saat ini adalah kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). 

    Sepanjang 2025, sektor industri menjadi pengguna gas bumi terbesar dengan porsi 25,91 persen dari total konsumsi nasional. Pemerintah memastikan kebijakan ini tetap dijalankan secara sektoral agar subsidi energi tepat sasaran dan bisa mendorong produktivitas industri. 

    Kemenperin menegaskan bahwa HGBT berperan penting dalam menjaga keberlanjutan operasi industri. Dengan harga gas yang lebih rendah dari harga pasar, pelaku industri dinilai dapat menekan biaya produksi dan mempertahankan kapasitas produksi di tengah tekanan global. 

    Selain HGBT, ketahanan industri manufaktur juga ditopang oleh berbagai program insentif fiskal dan bantuan restrukturisasi mesin produksi. Sepanjang 2024, Kemenperin menyalurkan program penggantian mesin dan peralatan industri senilai Rp65,1 miliar. 

    Bantuan tersebut menjangkau 34 perusahaan industri agro, 49 perusahaan tekstil dan produk tekstil, serta 90 industri kecil dan menengah (IKM). Dari program ini, pemerintah mencatat adanya peningkatan investasi baru lebih dari Rp700 miliar. 

    “Mesin yang lebih efisien dan modern berarti biaya produksi lebih rendah, kualitas produk lebih tinggi, peningkatan skill pekerja dan daya saing industri semakin kuat,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya, Selasa, 21 Oktober 2025. 

    Pemerintah juga mempertahankan berbagai kebijakan pendukung lain, seperti reformasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), penyederhanaan sertifikasi, dan insentif bagi industri yang berinvestasi di dalam negeri. 

    Seluruh langkah tersebut diarahkan untuk menjaga agar sektor industri tetap ekspansif di tengah gejolak global, termasuk perang dagang dan lonjakan harga energi. 

    Meski demikian, laju pertumbuhan manufaktur yang banyak bergantung pada dukungan kebijakan dan insentif fiskal menunjukkan bahwa daya saing industri nasional belum sepenuhnya bertumpu pada efisiensi dan inovasi teknologi. 

    Pemerintah mengakui, kebijakan energi bersubsidi seperti HGBT masih menjadi penopang utama bagi sektor manufaktur untuk menjaga produktivitas dan menahan kenaikan biaya produksi. 

    Kemenperin memastikan akan terus memperkuat strategi industrialisasi berbasis nilai tambah di dalam negeri, memperluas implementasi teknologi industri 4.0, serta memperkuat sinergi lintas sektor agar industri nasional dapat lebih mandiri dan berdaya saing global di masa mendatang.(*) 

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Citra Dara Vresti Trisna adalah Asisten Redaktur KabarBursa.com yang memiliki spesialisasi dalam analisis saham dan dinamika pasar modal. Dengan ketelitian analitis dan pemahaman mendalam terhadap tren keuangan, ia berperan penting dalam memastikan setiap publikasi redaksi memiliki akurasi data, konteks riset, dan relevansi tinggi bagi investor serta pembaca profesional. Gaya kerjanya terukur, berstandar tinggi, dan berorientasi pada kualitas jurnalistik berbasis fakta.