KABARBURSA.COM - Indika Energy (INDY) tengah menapaki babak baru dalam sejarah bisnisnya. Setelah bertahun-tahun dikenal sebagai salah satu raksasa di sektor batu bara, perusahaan ini kini mengarahkan langkah menuju diversifikasi yang lebih berani melalui Proyek Awak Mas.
Proyek tersebut merupakan sebuah tambang emas yang digarap anak usahanya, PT Masmindo Dwi Area, di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Dengan target produksi pertama pada 2026 dan proyeksi output sekitar 100 ribu ons per tahun, Awak Mas diharapkan menjadi pilar penting dalam transformasi INDY, sekaligus penyeimbang di tengah ketidakpastian pasar energi global.
Bagi analis, proyek ini bukan sekadar ekspansi, melainkan sinyal strategis bahwa INDY benar-benar ingin keluar dari ketergantungan pada batu bara.
Verdhana Sekuritas, misalnya, menilai Awak Mas memiliki nilai kini (NPV) mencapai USD757 juta, hampir setengah dari total valuasi perusahaan menurut pendekatan Sum-of-the-Parts.
Dengan tingkat pengembalian internal (IRR) sekitar 25 persen dan periode balik modal hanya tiga tahun, proyek ini dianggap memiliki fundamental finansial yang kokoh. Produksi diproyeksikan mulai menyumbang 22 ribu ons pada paruh kedua 2026, sebelum stabil di kisaran 117 ribu ons per tahun dalam beberapa tahun berikutnya.
EBITDA margin diperkirakan berada di level 60 persen dengan potensi mencapai USD200 juta, menjadikannya salah satu motor utama kinerja INDY ke depan.
Namun, optimisme itu tidak datang tanpa catatan. Fitch Ratings dalam laporannya mengingatkan bahwa struktur keuangan Indika masih penuh tantangan.
Leverage EBITDA net diperkirakan tetap berada di atas 3,0 kali hingga 2026, terutama karena investasi besar dan penurunan kontribusi dari anak usaha batu bara setelah serangkaian divestasi. Risiko semakin nyata jika konstruksi Awak Mas mengalami keterlambatan atau biaya operasional membengkak, yang pada akhirnya bisa menekan arus kas dan memperlambat proses deleveraging.
Meski begitu, Fitch tetap melihat Awak Mas sebagai penopang baru yang berpotensi menyumbang seperempat EBITDA INDY pada 2027, dengan cadangan emas sekitar 1,5 juta ons dan masa operasi hingga 15 tahun.
Jalan Panjang Menuju Transformasi
Di sisi lain, lembaga riset energi independen menyoroti bahwa 84 persen pendapatan Indika pada 2024 masih bersumber dari batu bara. Meski kontribusi bisnis non-batu bara, termasuk emas, tumbuh menjadi 15,9 persen, target ambisius perusahaan untuk mencapai komposisi pendapatan 50:50 harus direvisi ke 2028 dari semula 2025.
Artinya, jalan menuju transformasi penuh masih panjang dan membutuhkan kesabaran, baik dari manajemen maupun investor.
Di lapangan, langkah Indika semakin konkret dengan menunjuk Macmahon Holding Limited sebagai kontraktor jasa pertambangan. Perusahaan asal Australia ini akan menggarap aktivitas penambangan terbuka, pengeboran, pemuatan, hingga pengangkutan, dengan lokasi proyek berada di area penggunaan lain (APL) yang bukan termasuk hutan lindung.
Keputusan ini sekaligus menunjukkan upaya Indika untuk memastikan praktik pertambangan dilakukan dengan standar internasional, seraya menjaga komitmen sosial dan lingkungan yang telah mereka gaungkan.
Jika ditarik dalam narasi besar, Proyek Awak Mas adalah taruhan besar Indika Energy. Sebuah taruhan yang berisi potensi keuntungan tinggi, namun juga menyimpan risiko yang tak kalah besar.
Di satu sisi, proyek ini bisa mengubah wajah Indika menjadi perusahaan energi dan sumber daya yang lebih beragam, tidak lagi hanya bertumpu pada batubara yang semakin tertekan isu transisi energi global. Di sisi lain, beban utang, biaya konstruksi, dan volatilitas harga emas bisa menjadi ujian yang harus dilewati dengan disiplin manajemen.
Bagi investor, kisah Awak Mas menegaskan satu hal: transformasi tidak pernah datang tanpa harga. Namun bila semua berjalan sesuai rencana, produksi emas tercapai tepat waktu, biaya tetap terkendali, dan manajemen keuangan terjaga. maka tonggak 2026 akan menjadi titik balik besar.
Emas yang keluar dari perut bumi Luwu bukan hanya sekadar logam mulia, tetapi simbol dari pergeseran strategi Indika menuju masa depan yang lebih beragam, lebih tangguh, dan berpotensi lebih berkelanjutan.(*)
 
      