KABARBURSA.COM - Inflasi Amerika Serikat sedang menuju dua persen. Rencana pemangkasan suku bunga oleh Bank Federal Reserve atau the Fed semakin nyata. Namun, bukan itu saja yang sedang ditunggu oleh para investor, melainkan besaran pemangkasan suku bunga yang pada akhirnya menentukan pergerakan pasar.
Inflasi di Amerika Serikat tampaknya berada di jalur yang tepat untuk kembali ke target tahunan 2 persen seperti yang diinginkan oleh the Fed. Deflator inti Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang merupakan ukuran inflasi yang lebih disukai oleh Fed, mencatat kenaikan 0,2 persen bulan ke bulan (MoM) seperti yang diharapkan. Namun, secara tahunan (YoY), inflasi tetap di angka 2,6 persen, sedikit lebih rendah dari prediksi konsensus yang memperkirakan kenaikan ke 2,7 persen.
Secara lebih rinci, angka MoM mencapai 0,161 persen, sedikit di bawah angka 0,2 persen yang tampak lebih "baik". Ini menunjukkan bahwa inflasi bergerak pada tingkat yang benar untuk mencapai target tahunan 2 persen di awal tahun depan. Dengan mempertahankan laju inflasi 0,17 persen MoM setiap bulan selama dua belas bulan, target inflasi tahunan 2 persen YoY bisa saja tercapai. Bahkan, selama tiga bulan berturut-turut, hasil yang didapat berada di bawah tingkat tersebut, dengan inflasi tahunan tiga bulan (3M) sekarang berada di bawah 2 persen.
Dengan tren yang stabil dan sedikit penurunan pada laju inflasi, Fed mungkin melihat tanda-tanda bahwa kebijakan moneternya berhasil mengendalikan tekanan harga. Namun, Fed akan terus memantau data dengan cermat, mengingat tantangan ekonomi global yang bisa mempengaruhi tren ini ke depan.
Kenaikan Belanja Konsumen Riil
Dalam laporan ekonomi terbaru, belanja konsumen riil di Amerika Serikat naik 0,4 persen bulan ke bulan (MoM), melampaui ekspektasi 0,3 persen. Selain itu, revisi ke atas untuk belanja konsumen pada April, Mei, dan Juni menunjukkan bahwa konsumsi berjalan lebih kuat dari yang sebelumnya dilaporkan. Ini berarti, bahkan jika hanya melihat kenaikan belanja riil sebesar 0,1 persen MoM untuk Agustus dan September, belanja konsumen riil diperkirakan akan tumbuh 3,4 persen per tahun dalam laporan PDB kuartal ketiga.
Kekuatan konsumsi ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa Federal Reserve (Fed) mungkin enggan untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan 18 September mendatang. Kenaikan belanja konsumen yang signifikan menunjukkan bahwa perekonomian masih berada di jalur pertumbuhan, meskipun tekanan inflasi tetap ada.
Di sisi lain, pendapatan rumah tangga riil yang dapat dibelanjakan hanya tumbuh 0,1 persen per bulan, angka yang sama seperti pada Juni. Ini menimbulkan pertanyaan besar: dari mana konsumen mendapatkan uang untuk membiayai peningkatan belanja ini? Jawaban yang paling jelas adalah konsumen mulai menghabiskan tabungan mereka dan beralih ke utang untuk mempertahankan gaya hidup mereka.
Tingkat tabungan yang turun menjadi hanya 2,9 persen adalah tanda peringatan yang tidak bisa diabaikan. Penurunan konsisten dalam tabungan ini sebelumnya hanya terjadi menjelang Krisis Keuangan Besar, sebuah periode yang diingat karena dampak ekonomi yang parah. Jika tren ini berlanjut, terutama dengan meningkatnya tingkat pengangguran, ada risiko bahwa dukungan terhadap aktivitas konsumen akan melemah secara signifikan.
Ini menempatkan Fed dalam posisi yang sulit. Di satu sisi, mereka harus mengakui kekuatan ekonomi yang ditunjukkan oleh konsumsi. Di sisi lain, mereka harus waspada terhadap risiko yang ditimbulkan oleh penurunan tabungan dan peningkatan utang konsumen. Langkah yang diambil Fed dalam beberapa bulan mendatang akan sangat penting dalam menentukan apakah ekonomi bisa terus tumbuh tanpa menciptakan gelembung yang berbahaya.
Perkiraan Pemangkasan Suku Bunga
Saat volatilitas pasar memuncak di awal Agustus, diprediksi terjadi tiga pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin (bps). Namun, dengan perkembangan terbaru memproyeksikan Fed mungkin akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan September mendatang, sebelum kembali ke pemangkasan 25 bps pada November dan Desember. Perkiraan ini mengarah pada suku bunga kebijakan yang diproyeksikan mencapai 3,5 persenpada musim panas 2025.
Meskipun prediksi pemangkasan sebesar 50 bps tampak agak agresif, minggu-minggu mendatang akan menjadi penentu utama bagi Fed dalam mengambil keputusan pada pertemuan 18 September. Fokus utama akan tertuju pada laporan pekerjaan, terutama setelah tanda-tanda pelemahan baru-baru ini dan revisi ke bawah pada data payroll (daftar gaji).
Jika data payroll turun di bawah 100 ribu dan tingkat pengangguran naik menjadi 4,4 persen atau bahkan 4,5 persen, maka kemungkinan besar Fed akan mempertimbangkan pemangkasan 50 bps. Hal ini sejalan dengan komentar Ketua Fed Jerome Powell bahwa mereka tidak mengharapkan pendinginan lebih lanjut dalam kondisi pasar tenaga kerja.
Di sisi lain, jika payroll berada di sekitar angka 150 ribu dan tingkat pengangguran tetap di 4,3 persen atau bahkan turun menjadi 4,2 persen, seperti yang diprediksi oleh konsensus saat ini, pemangkasan sebesar 25 bps akan menjadi pilihan yang lebih mungkin.
Minggu ini akan sangat menentukan bagi para pengambil kebijakan, dan data ekonomi yang muncul akan memberikan gambaran lebih jelas tentang arah kebijakan moneter Fed dalam beberapa bulan ke depan. Pergerakan Fed tidak hanya akan mempengaruhi pasar AS, tetapi juga akan memberikan dampak signifikan pada pasar global, mengingat peran penting suku bunga AS dalam ekonomi dunia.(*)