KABARBURSA.COM - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan bahwa perlambatan pertumbuhan belanja pemerintah di kuartal II-2024 disebabkan oleh pergeseran jadwal belanja dibandingkan kuartal II-2023.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu, menjelaskan bahwa pertumbuhan belanja pemerintah yang hanya mencapai 1,42 persen di kuartal II-2024 disebabkan oleh pembayaran gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang dilakukan pada kuartal I-2024.
"Nah, sebaliknya untuk 2024, untuk kuartal II, itu memang terlihat lebih rendah dibandingkan kuartal iI tahun lalu. Kenapa? Jawabannya adalah memang jadwal belanjanya waktu itu berbeda dengan tahun ini," kata Febrio saat ditemui wartawan di Kementerian Keuangan, Selasa 6 Agustus 2024.
Sementara pada tahun lalu, belanja modal untuk gaji ke-13 dan THR dilakukan pada kuartal II-2023. Perbedaan basis tersebut membuat pertumbuhan belanja pemerintah di kuartal II-2024 terlihat kecil.
“Kalau kita lihat kuartal I-2024 kan pertumbuhan belanja pemerintah sangat tinggi, kenapa? Karena memang basisnya berbeda, waktu kuartal I-2023 belanja pemerintah relatif rendah dibandingkan kuartal I-2024,” ucap Febrio
Namun, dia menambahkan bahwa belanja sepanjang tahun ini akan sesuai dengan target APBN. Pemerintah tidak akan mengenjot belanja di akhir tahun karena total belanja tahun ini telah ditambah Rp87 triliun. Sehingga, besaran belanja pemerintah sudah berada di atas angka yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah (APBN) 2024.
"Karena belanja kita untuk tahun ini kalau kita lihat itu bahkan terakhir sesuai dengan Lapsem outlook kita adalah sekitar Rp 87 triliun di atas APBN-nya. Jadi sebenarnya nggak ada yang perlu digenjot," kata Febrio.
Menurut Febrio, kenaikan belanja pemerintah juga dipengaruhi oleh lonjakan nilai tukar rupiah yang kini melampaui Rp16.000 per dolar AS, sementara dalam APBN 2024 dipatok sebesar Rp15.000 per dolar AS.
Atas dasar itu, pemerintah mengajukan tambahan belanja kepada DPR untuk menutupi kenaikan subsidi dan kompensasi energi yang meningkat sekitar Rp60-70 triliun akibat melemahnya nilai tukar rupiah.
“Jadi ini adalah pelaksanaan APBN 2024 yang kita harus pastikan terus ini berjalan dengan baik dan merupakan katalis bagi pertumbuhan ekonomi dan juga konsumsi masyarakat,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, perlambatan konsumsi pemerintah pada kuartal II 2024 disebabkan karena pemerintah yang lebih berfokus pada belanja di luar sektor pemerintahan.
Berbeda dengan kuartal I 2024 di mana pertumbuhan konsumsi pemerintah tercatat sebesar sebesar 19,90 persen, lebih tinggi dibandingkan di kuartal II 2024 sebesar 1,42 persen. Ia menilai tingginya konsumsi pemerintah pada kuartal I 2024 dikarenakan adanya berbagai belanja berupa pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR), gaji ASN, hingga pemilihan umum (Pemilu).
“Tentu kita lihat ada beberapa hal yaitu tentunya kita ada waktu itu ada pembayaran THR, gaji, dan juga kita lihat bahwa belanja yang di kuartal pertama kan digenjot dengan pembagian DIPA di bulan November, jadi di-upload APBN belanjanya,” kata Airlangga saat konferensi pers terkait pertumbuhan ekonomi Q2-2024 di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin, 5 Agustus 2024.
Sementara di kuartal II 2024, ia mengatakan bahwa Pemerintah berfokus untuk menggerakkan belanja di luar sektor pemerintah.
“Karena kontribusi pemerintah dan dari segi belanjanya hanya 7 persen dari total PDB kita. Sehingga kita mendorong kegiatan-kegiatan lain yang diutamakan,” ujar Airlangga.
Adapun pada kuartal II 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 1,42 persen dengan distribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 7,31 persen.
Secara keseluruhan, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan II-2024. BPS menyatakan konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi, termasuk pada triwulan II-2024.
“Komponen konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 54,53 persen, tumbuh kuat 4,93 persen. Hal ini mengindikasikan masih cukup kuatnya permintaan domestik dan daya beli masyarakat,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Moh. Edy Mahmud dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin.
Ditinjau dari sumber pertumbuhan, konsumsi rumah tangga masih jadi sumber pertumbuhan terbesar, yaitu 2,62 persen. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2024 utamanya didorong oleh perayaan hari besar keagamaan, seperti Idul Fitri, Waisak, Kenaikan Isa Al Masih, serta Idul Adha.
Sumber pertumbuhan tertinggi berikutnya adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang berkontribusi sebesar 1,32 persen, konsumsi pemerintah 0,10 persen, dan net ekspor 0,25 persen. Secara umum, seluruh komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan yang positif.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.