KABARBURSA.COM – Harga minyak turun pada Jumat setelah laporan ketenagakerjaan AS yang lemah memperburuk prospek permintaan energi, sementara pasokan yang meningkat berpotensi bertambah lagi usai pertemuan OPEC dan sekutunya akhir pekan ini.
Futures minyak Brent ditutup di USD65,50 per barel, turun USD1,49 atau 2,22 persen. Minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) berakhir di USD61,87 per barel, turun USD1,61 atau 2,54 persen.
Reuters melaporkan pada Rabu bahwa delapan produsen OPEC+ akan mempertimbangkan peningkatan produksi lebih lanjut dalam pertemuan hari Minggu.
Stok minyak mentah AS naik 2,4 juta barel pekan lalu, berlawanan dengan perkiraan analis yang memperkirakan penurunan.
“Ini seperti badai sempurna. Pelemahan dimulai dari kabar OPEC, lalu diperburuk laporan pekerjaan yang tidak membantu. Itu menunjukkan pasar sedang melemah,” kata Phil Flynn, Analis Senior Price Futures Group.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan nonfarm payrolls hanya bertambah 22.000 pekerjaan bulan lalu, setelah revisi naik 79.000 pekerjaan pada Juli.
Ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan penambahan 75.000 pekerjaan setelah laporan sebelumnya mencatat 73.000 pada Juli. Estimasi Agustus bervariasi dari nol hingga 144.000 pekerjaan baru.
Flynn menambahkan, laporan pekerjaan yang lemah akan memberi tekanan pada The Fed untuk memangkas suku bunga.
“Data ini buruk untuk pasar,” ujar John Kilduff, mitra Again Capital.
Prospek Pasokan dan Tekanan OPEC+
Ekspektasi semakin besar bahwa OPEC+, organisasi produsen minyak termasuk Rusia, akan memutuskan menambah pasokan ke pasar dalam pertemuan Minggu guna merebut kembali pangsa pasar.
“Mereka selalu tampak memperburuk kondisi pasar,” kata Kilduff mengenai OPEC+, yang memompa sekitar setengah dari produksi minyak dunia.
Kelompok ini akan mulai mengakhiri lapisan kedua pemangkasan produksi sebesar 1,65 juta barel per hari atau 1,6 persen dari permintaan global, lebih dari setahun lebih cepat dari jadwal semula.
“Jika delapan negara OPEC+ menyetujui peningkatan produksi baru, kami percaya hal ini akan menekan harga minyak secara signifikan. Pasalnya, risiko surplus pasokan sudah cukup besar,” tulis analis Commerzbank dalam catatan.
Risiko Geopolitik Masih Membayangi
Risiko pasokan masih menopang pasar. Presiden AS Donald Trump pada Kamis mengatakan kepada para pemimpin Eropa bahwa mereka harus menghentikan pembelian minyak Rusia, menurut pejabat Gedung Putih.
Pemangkasan ekspor minyak Rusia atau gangguan pasokan lain berpotensi mendorong harga minyak global lebih tinggi.
“Masih ada risiko negara Barat memperketat sanksi terhadap Rusia guna memaksa Presiden Putin ke meja perundingan,” kata analis JP Morgan pada Jumat.
Kilduff menambahkan, kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi dalam parade di Beijing bersama Presiden China Xi Jinping menunjukkan sikap menantang terhadap tuntutan Trump, dengan pasokan minyak Rusia yang tetap mengalir di pasar global. (*)
 
      