KABARBURSA.COM – Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi, menilai ketidakjelasan alokasi dana USD4 miliar dari Qatar untuk Danantara bukan hal yang mengejutkan, mengingat lembaga sovereign wealth fund ini masih dalam tahap konsolidasi internal.
Menurut Ibrahim, penunjukan komisaris baru Danantara menandakan bahwa struktur organisasi lembaga ini masih dalam proses pembentukan dan penyesuaian.
"Danantara ini masih dalam proses. Komisaris baru diperkenalkan, artinya internalnya masih menyesuaikan struktur organisasi," ujar Ibrahim kepada KabarBursa.com di Jakarta, Senin 28 April 2025
Ia menambahkan, meskipun pemerintah telah menyampaikan komitmen investasi dari Qatar, sejauh ini belum ada kejelasan resmi apakah dana tersebut sudah benar-benar masuk ke Indonesia atau masih dalam tahap penjajakan.
"Biasanya, kalau urusan politik itu banyak omon-omon. Jadi kalau ditanya dana sudah masuk atau belum, ya belum jelas. Yang tahu ya mereka," tegasnya.
Ibrahim juga menyoroti pentingnya transparansi dalam penggunaan dana publik, apalagi di tengah banyaknya spekulasi soal penempatan dana ke instrumen seperti obligasi negara. Namun, menurutnya, hingga kini belum ada indikasi dana Danantara diparkir di obligasi.
"Kalau menurut saya belum. Karena saat ini pun penerbitan obligasi lebih banyak diserap Bank Indonesia," katanya.
Lebih lanjut, Ibrahim menjelaskan bahwa fokus utama Danantara saat ini adalah membangun struktur organisasi dan menyusun program kerja konkret. Salah satu arah investasi yang mulai terlihat adalah di sektor nikel, sejalan dengan target pengembangan industri strategis nasional.
"Denantara sekarang lagi fokus di struktur dan program kerja, belum ada kegiatan resmi yang diumumkan," pungkasnya.
Bos Danantara Sebut Investor AS Mulai Lirik RI
CIO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) Pandu Sjahrir, menyebut investor di Amerika Serikat (AS) mulai melirik Indonesia di tengah perang dagang global.
Pandu mengatakan, para investor ini mulai keteteran akibat perang dagang yang tengah berkecamuk. Karenanya, mereka sedang mencari cara untuk bisa kembali atau return di tengah situasi yang serba tidak pasti.
"Mereka (investor di AS) juga pusing dengan apa yang terjadi. Saya berbicara dengan beberapa investor besar di Amerika, baik di public maapun private market. Justru mereka yang nanya-nanya saya, ini sebaiknya bagaimana," kata Pandu kepada media di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI).
Setelah perbincangan tersebut, diketahui para investor AS ini menganggap kondisi di Indonesia jauh lebih baik. Untuk itu, peluang berbisnis dan menanamkan sahamnya cukup terbuka.
"Mereka melihat, Indonesia mungkin politiknya bersih, rapih, relatively secara policy juga bagus. Kan kita banyak fokus ke food security dan energy security," ujar dia.
Pandu memaparkan bagaimana investor di AS bisa menaruk ketertarikan kepada Indonesia. Dirinya memberi contoh Qatar, yang berencana berinvestasi sebesar USD2 miliar ke Danantara.
Lebih jauh, perang dagang global memang berimbas ke banyak negara. Namun, dia menegaskan efek positif dari situasi seperti ini adalah dengan memperkuat ekonomi dalam negeri.
"Sekarang bagusnya Donald Trump akan berbicara sama Presiden Xi. Menurut saya itu langkah yang baik, kelihatan dari pasar modal hari ini juga naik hampir 1 persen. Menurut saya, perang dagang secara keseluruhan malah membuat Indonesia kini juga banyak fokus ke diri kita sendiri," ucap dia.
DPR Desak Danantara
Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto, mempertanyakan arah dan kejelasan rencana bisnis superholding BUMN, Danantara yang saat ini mulai menyerap dividen jumbo dari sejumlah BUMN strategis. Menurutnya, hingga kini belum ada penjelasan resmi mengenai program maupun skema investasi dari entitas anyar tersebut.
"Sekarang kan kita belum tahu programnya apa, model bisnisnya seperti apa, sampai sekarang kita belum tauh," ujar Darmadi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat 25 April 2025.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menegaskan DPR akan mendorong mekanisme pengawasan yang ketat terhadap Danantara, termasuk rencana audit setelah program-program mulai berjalan. "Nah, tentu saja nanti kita bisa meminta audit kepada danantara kalau prosesnya sudah berjalan," kata Darmadi.
Namun hingga kini, ia mengaku belum menerima penjelasan resmi maupun pemaparan konkret dari pihak Danantara perihal langkah strategis yang tengah dijalankan lembaga tersebut. Ia menilai belum terlihat adanya pergerakan berarti dan justru cenderung terlihat sibuk sendiri tanpa arah yang jelas. Karena itu, ia menyarankan agar mekanisme audit bisa dilakukan setelah proyek-proyek Danantara mulai berjalan.
Darmadi menuturkan, Komisi VI DPR RI telah menjadwalkan agenda pemanggilan terhadap CEO Danantara dalam waktu dekat. Ia berharap dalam pertemuan tersebut, pihak Danantara dapat secara terbuka memaparkan rencana kerja, strategi investasi, serta kontribusi nyata yang dapat diberikan terhadap perekonomian nasional. "Kita sudah kemarin masuk dalam jadwal. Cuma tinggal waktu aja. Nanti kalau dipanggil komisi VI, kita minta mereka presentasi model bisnisnya," katanya.(*)