Logo
>

Kembali Menguat, Dolar AS Sambut Positif Pemangkasan Suku Bunga

Dolar AS sempat jatuh ke level terendah empat tahun versus euro usai The Fed memangkas suku bunga, namun berbalik menguat didukung ekspektasi global.

Ditulis oleh Yunila Wati
Kembali Menguat, Dolar AS Sambut Positif Pemangkasan Suku Bunga
Ilustrasi dolar AS. Foto: Dok KabarBursa.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dolar Amerika Serikat mengalami perdagangan yang penuh gejolak pada Rabu waktu New York, atau Kamis dinihari WIB, 18 September 2025. Mata uang greenback tersebut sempat jatuh ke posisi terendah empat tahun terhadap euro, sebelum akhirnya berbalik menguat.

    Penguatan dolar AS mengikuti ritme pasar yang dipenuhi ketidakpastian pascapemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,00 persen–4,25 persen. 

    Keputusan ini menjadi sebuah langkah yang sudah diantisipasi pasar, namun tetap memberi dampak signifikan pada pergerakan mata uang global.

    Ketua The Fed Jerome Powell menyebut keputusan ini sebagai pemotongan berbasis manajemen risiko, dan menekankan bahwa arah kebijakan moneter akan tetap diputuskan rapat demi rapat. Pesan itu dianggap pasar sebagai bentuk kehati-hatian, bukan sinyal pelonggaran agresif, sehingga menahan kejatuhan dolar lebih dalam. 

    Powell juga mendapat dukungan dari sejumlah pejabat Fed seperti Christopher Waller dan Michelle Bowman, yang sebelumnya sempat berbeda sikap terhadap kebijakan suku bunga. Hal ini menegaskan konsistensi jalur pelonggaran bertahap, meski tekanan politik dari Presiden Donald Trump agar pemangkasan lebih besar tetap membayangi.

    Euro menjadi sorotan utama setelah sempat melesat hingga menyentuh USD1,19185, level terkuat sejak pertengahan 2021. Namun reli tersebut hanya berlangsung singkat. Dolar segera pulih dan menekan euro turun 0,3 persen ke USD1,18305. 

    Indeks Dolar (DXY), yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama, justru berakhir naik 0,3 persen ke level 96,926. Ini memperlihatkan bahwa meski pemangkasan suku bunga biasanya memberi tekanan, dolar masih ditopang oleh faktor lain, terutama ketidakpastian global yang membuat investor tetap mencari perlindungan pada mata uang AS.

    Dari sisi fundamental, data ekonomi terbaru memperlihatkan lemahnya sektor perumahan di Amerika. Pembangunan rumah keluarga tunggal dan izin konstruksi baru menyusut sepanjang Agustus, menambah tanda-tanda perlambatan ekonomi domestik di tengah pasokan rumah tak terjual yang meningkat. 

    Namun, pasar menilai pelemahan ekonomi bukanlah fenomena tunggal di AS, melainkan juga bagian dari tren global. Hal ini membuat dolar relatif masih kompetitif dibanding mata uang lainnya.

    Dari Kanada, dolar Kanada justru melemah 0,2 persen setelah Bank of Canada ikut memangkas suku bunga 25 basis poin ke level 2,5 persen. Pemangkasan merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir. 

    Alasan yang dikemukakan serupa, yaitu lemahnya pasar tenaga kerja dan menurunnya tekanan inflasi. 

    Di Eropa, poundsterling sedikit menguat 0,08 persen ke USD1,36575, mendekati level tertinggi dua setengah bulan, didukung data inflasi Inggris yang sejalan dengan ekspektasi. 

    Sementara itu, terhadap yen Jepang, dolar menambah 0,1 persen menjadi 146,655 yen menjelang rapat kebijakan Bank of Japan. Pasar meyakini BoJ masih akan mempertahankan suku bunga ultra-rendah, sehingga memberi ruang bagi dolar untuk bergerak lebih tinggi.

    Secara keseluruhan, perdagangan Rabu mencerminkan bagaimana dolar AS tetap berada di pusat perhatian investor global. Meski tekanan dari pemangkasan suku bunga nyata, daya tarik dolar sebagai aset aman membuatnya tidak kehilangan pijakan. 

    Ketidakpastian mengenai prospek pertumbuhan dunia, kebijakan bank sentral lainnya, hingga dinamika politik di AS menjadi faktor yang menjaga dolar tetap relevan. 

    Perjalanan greenback ke depan akan ditentukan oleh data ekonomi lanjutan, kecepatan pemangkasan suku bunga The Fed, serta arah kebijakan moneter bank sentral lain, terutama Bank of Japan dan Bank of England, yang bisa memperlebar atau menyempitkan jurang perbedaan imbal hasil mata uang utama.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79