KABARBURSA.COM - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengumumkan kemajuan signifikan dalam perundingan peningkatan Persetujuan Perdagangan Barang ASEAN (ASEAN Trade in Goods Agreement/ATIGA) pada Pertemuan ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) Council Ke-38 di Vientiane, Laos, yang berlangsung pada 16 September 2024. Komite Negosiasi Perdagangan (TNC) ATIGA berhasil menyelesaikan beberapa bab penting dari perundingan tersebut.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono, menyatakan dukungan Indonesia terhadap percepatan pengesahan peningkatan ATIGA, yang ditargetkan dapat ditandatangani pada tahun 2025. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu 18 September 2024.
Selain itu, Djatmiko menyambut baik implementasi penuh dari penerbitan dan penerimaan Surat Keterangan Asal (SKA) elektronik Form D oleh seluruh negara anggota ASEAN.
Indonesia terlibat aktif dalam beberapa isu utama perundingan ini, seperti penyelesaian Non-Tariff Measures (NTMs) dan peluang kerja sama ASEAN Single Window dengan mitra-mitra dialog ASEAN. Pertemuan AFTA Council Ke-38 adalah bagian dari Rangkaian Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang berlangsung pada 15-22 September 2024.
Selain membahas ATIGA, Djatmiko juga menyaksikan seremonial serah terima Protokol Kelima Amendemen ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) yang akan segera ditandatangani oleh para Menteri Ekonomi ASEAN. Protokol ini bertujuan untuk memperkuat iklim investasi di kawasan, menjadikan ASEAN sebagai tujuan investasi yang lebih menarik bagi para investor.
Pertemuan Tingkat Menteri
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengadakan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn di tengah Pertemuan Tingkat Menteri Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) di Paris, Prancis.
Airlangga mengungkapkan keinginannya untuk menggali potensi perundingan perdagangan bebas antara ASEAN dan Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC).
“Dengan Indonesia-UAE CEPA, kita dapat mengambil contoh untuk ASEAN dalam mencapai FTA (Free Trade Agreement) antar wilayah,” kata Airlangga dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat 3 Mei 2024.
Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn juga berharap akan dukungan Indonesia dalam memfasilitasi kerja sama perdagangan tersebut.
Dia juga menyambut baik kemajuan Indonesia dalam proses aksesi OECD, memberikan apresiasi atas pencapaian Indonesia dalam menerima peta jalan aksesi OECD.
“Keberhasilan ini juga merupakan pencapaian bagi seluruh anggota ASEAN. Kami berharap negara-negara ASEAN lainnya akan mengikuti jejak Indonesia, sehingga dapat memperkuat representasi dan kepentingan ASEAN di OECD,” ungkap Sekjen Kao.
Diskusi juga membahas perkembangan inisiatif digitalisasi kawasan, di mana saat ini ASEAN sedang merundingkan Kesepakatan Kerangka Kerja Ekonomi Digital (Digital Economy Framework Agreement/DEFA) yang diperkirakan akan meningkatkan nilai ekonomi digital kawasan menjadi 2 triliun dolar AS pada tahun 2030.
Peluncuran perundingan ASEAN DEFA pada tahun 2023 menjadi salah satu prioritas ekonomi yang didorong oleh Indonesia saat memimpin ASEAN tahun lalu dan diharapkan dapat selesai pada tahun 2025.
Dalam pertemuan tersebut, Menko Airlangga juga mendorong peningkatan kolaborasi antara ASEAN dan OECD Southeast Asia Regional Programme (SEARP), terutama sebagai platform untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam isu regulasi dan kebijakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
World Bank melalui laporan yang diterbitkan secara berkala, Global Economic Prospects, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2024 melambat menjadi 2,4 persen dengan rincian 1,2 persen untuk negara maju dan 3,9 persen negara berkembang.
Di tengah berbagai tantangan global, ketidakpastian, dan ketegangan geopolitik, ekonomi Indonesia tetap mencatatkan pertumbuhan yang positif. Pada kuartal I 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,11 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Diperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 akan tetap solid, berada dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga, merespons situasi itu, menyatakan pemerintah akan memperdalam kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan serta memperkuat hubungan diplomatik mereka.
“Perjanjian-perjanjian yang mencakup sektor-sektor utama seperti pertanian, industri, tekstil, elektronik, dan jasa, telah meningkatkan peluang perdagangan dan investasi secara signifikan. Ini membuka jalan bagi bisnis dan industri di kedua negara untuk berkembang dengan menghapus tarif dan mengurangi hambatan perdagangan. Tidak hanya memperdalam kolaborasi ekonomi Indonesia dan Korsel, tapi juga memperkuat hubungan diplomatik,” kata Jerry.
Adapun Perjanjian dagang tersebut mencakup Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK CEPA), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), dan Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP).
Jerry juga mengimbau Korea Selatan untuk terus memperkuat kerja sama dengan Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama untuk perdagangan dan investasi.
Dalam hal ini, para pelaku usaha dari kedua negara diharapkan dapat berdiskusi dan menjalin koneksi yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran Indonesia serta Korea.
“Saya memahami, sebagian besar pembuat keputusan cenderung menunggu arah kebijakan pemerintahan baru Indonesia. Di sisi lain, kerja sama Indonesia dan Korea diharapkan dapat terus berjalan. Forum ekonomi seperti ini dapat kita manfaatkan untuk berdiskusi, bertukar ide, membangun koneksi, dan membuka jalan bagi kolaborasi dan kemakmuran kedua negara,” jelas Jerry
Perlu diketahui pada Juli 2024, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD0,47 miliar. Ini melanjutkan tren surplus neraca perdagangan yang telah berlangsung selama 51 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Meskipun surplus ini lebih kecil dibandingkan dengan surplus pada Juni 2024 yang mencapai USD2,39 miliar, angka ini tetap menunjukkan stabilitas dan kondisi positif perekonomian Indonesia. Optimisme perlu terus dipertahankan bahwa perdagangan Indonesia akan terus berkembang dan perekonomian nasional akan terus membaik.
Perdagangan Indonesia-Korsel
Korea Selatan merupakan mitra dagang ke-5 dalam tujuan ekspor dan asal impor ke-8 bagi Indonesia. Berdasarkan data yang diolah oleh Kementerian Perdagangan, total perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan selama lima tahun terakhir (2019-2023) meningkat sebesar 12,6 persen. Pada 2023, neraca perdagangan kedua negara mencatat surplus sebesar USD734 juta untuk Indonesia.
Pada tahun 2023, komoditas utama ekspor Indonesia ke Korea Selatan meliputi batu bara (selain antrasit dan bitumen), gas petroleum, bijih tembaga, monitor dan proyektor, serta asam lemak.
Sedangkan komoditas utama impor Indonesia dari Korea Selatan terdiri dari batu bara yang tidak diaglomerasi, gas minyak bumi dan gas hidrokarbon lainnya, serta bijih tembaga dan konsentratnya.
Selain itu, impor juga mencakup peralatan penerima elektronik, minyak sawit dan fraksinya, amonia, batu bara bitumen, minyak bumi dan minyak dari mineral mengandung bitumen, serta kayu lapis dan asam lemak monokarboksilat industri.
Dalam hal investasi, Korea Selatan merupakan sumber investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) ke-7 bagi Indonesia. Pada tahun 2023, Korea Selatan berinvestasi sebesar USD2,5 miliar di Indonesia, meningkat 10,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dalam 5.895 proyek, yang menunjukkan kenaikan 102,7 persen dari tahun lalu.
Sektor investasi Korea Selatan di Indonesia mencakup industri mesin dan elektronik, sektor listrik, gas, dan air, serta industri barang dari kulit dan alas kaki.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.