Logo
>

Kerja Sama Dagang RI–Rusia Mengarah ke Langit Bali

Pemerintah Indonesia dan Rusia merancang rute penerbangan langsung Moskow–Bali. Di balik jalur udara ini, ada peluang kerja sama ekonomi yang lebih luas, dari sektor pariwisata hingga logistik dan UMKM.

Ditulis oleh Dian Finka
Kerja Sama Dagang RI–Rusia Mengarah ke Langit Bali
Pemerintah Indonesia dan Rusia merancang rute penerbangan langsung Moskow–Bali. Di balik jalur udara ini, ada peluang kerja sama ekonomi yang lebih luas. Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM -  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan  pemerintah Indonesia dan Rusia saat ini tengah merencanakan pembukaan rute penerbangan internasional Moskow-Bali. Menurutnya, kerja sama tersebut dapat mempererat hubungan antara masyarakat kedua negara.

    "Kita mendorong people to people collaboration antara lain penerbangan langsung dari Moskow ke Bali," ujar Airlangga saat menghadiri Forum Bisnis Rusia-Indonesia di Jakarta Selatan, Senin, 14 April 2025.

    Airlangga menilai keberadaan penerbangan langsung tidak semata-mata berkaitan dengan sektor pariwisata, melainkan juga menjadi fondasi penting bagi peningkatan intensitas hubungan bisnis antara KADIN dan para mitranya di Rusia. Ia menyampaikan dirinya telah berdiskusi langsung dengan Wakil Perdana Menteri Rusia, Denis Manturov, dan rencana pembahasan lebih lanjut mengenai rute penerbangan langsung akan dilakukan dalam waktu dekat.

    Selain itu, Airlangga memandang kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Rusia semakin memiliki nilai strategis, terutama di tengah kondisi global yang sarat dengan ketidakpastian.

    Ia menyampaikan kawasan Eurasia merupakan blok dagang yang layak untuk terus didorong pengembangannya sebagai bagian dari arsitektur perdagangan global. Menurutnya, saat ini Indonesia tengah memulai kembali hubungan dagang dengan kawasan tersebut melalui pendekatan yang lebih segar dan relevan dengan kondisi terkini.

    "Dalam konteks geopolitik dan ketegangan ekonomi global, Indonesia dan Rusia bisa menjadi mitra strategis,” katanya.

    Namun, Airlangga juga menyoroti tantangan utama yang masih menghambat optimalisasi kerja sama bilateral—yakni sistem pembayaran dan arus perdagangan. “Kita memahami bahwa kendala utama selama ini memang berkaitan dengan payment system dan trade facilitation. Ini harus segera dicarikan solusinya agar potensi kedua negara bisa dimaksimalkan,” katanya.

    Dampaknya ke Investor Ada, tapi Jangan Overhype

    Rencana pembukaan penerbangan langsung dari Moskow ke Bali memang terdengar menarik, terutama dalam konteks hubungan bilateral Indonesia–Rusia yang kian intensif. Namun, bagi investor pasar modal, langkah ini perlu dibaca dengan cermat. Ada potensi, tapi juga ada batas realistisnya.

    Dari sisi saham penerbangan, wajar bila ada harapan akan munculnya efek positif. Rute internasional baru tentu membuka peluang peningkatan jumlah penumpang dan pendapatan bagi maskapai. Akan tetapi, dampaknya tidak serta-merta signifikan, apalagi untuk jangka pendek.

    Saham-saham seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI), dan PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP), yang sering diasosiasikan dengan sektor aviasi, belum tentu langsung terdongkrak hanya karena pengumuman satu rute baru. Setidaknya, ada dua alasan utama yang membuat dampaknya cenderung terbatas untuk saat ini.

    Pertama, belum ada kejelasan mengenai frekuensi dan volume penumpang dari rute Moskow–Bali tersebut. Apakah penerbangan ini akan bersifat reguler harian, mingguan, atau hanya musiman—misalnya saat liburan musim dingin di Rusia—masih belum diumumkan secara resmi. Jika ternyata hanya bersifat sementara atau sangat terbatas, potensi pendapatan bagi maskapai juga akan minim.

    Kedua, struktur biaya industri penerbangan di Indonesia masih cukup berat. Maskapai nasional seperti Garuda masih menghadapi tantangan efisiensi dan beban utang yang signifikan. Dalam kondisi seperti ini, tambahan rute internasional tidak otomatis mengubah kondisi fundamental secara drastis, terutama jika beban operasional masih tinggi dan margin keuntungan tetap tipis.

    Namun demikian, untuk jangka menengah hingga panjang, rencana ini tetap memiliki nilai strategis. Bila pembukaan rute Moskow–Bali diikuti oleh kerja sama lanjutan antar-maskapai—seperti perjanjian kode bersama atau perluasan slot penerbangan—potensi peningkatan jumlah penumpang bisa lebih stabil. Begitu pula jika jumlah wisatawan Rusia ke Indonesia mengalami lonjakan yang konsisten dalam beberapa tahun ke depan, seiring membaiknya relasi dagang kedua negara.

    Selain itu, peluang kerja sama logistik dan kargo juga layak dicermati. Rusia merupakan negara dengan kebutuhan tinggi akan komoditas tropis dan barang konsumsi premium dari Asia Tenggara. Jika rute udara ini juga dimanfaatkan untuk pengiriman barang ekspor bernilai tinggi dari Indonesia, seperti makanan olahan, kerajinan, atau kosmetik halal, maka sektor logistik berpotensi ikut terdongkrak.

    Dari sudut pandang investor, rute Moskow–Bali bukanlah sinyal untuk buru-buru mengoleksi saham penerbangan. Namun, ini bisa dibaca sebagai pijakan awal bagi transformasi konektivitas Indonesia ke kawasan Eropa Timur dan Eurasia. Jika ditopang oleh strategi komersial yang kuat dan eksekusi yang efisien, investor yang cermat justru bisa menemukan peluang di sektor-sektor pendukung—dari pariwisata, properti, hingga logistik dan perdagangan ekspor.

    Spillover Ekonomi, Aktivitas Penerbangan Menular ke Sektor Lain

    Nilai strategis dari rute Moskow–Bali tidak berhenti pada maskapai penerbangan. Justru, dampak paling nyata bisa terjadi di sektor-sektor pendukung yang akan kecipratan limpahan aktivitas ekonomi—yang dalam ekonomi dikenal sebagai spillover effect.

    Istilah ini merujuk pada dampak tidak langsung dari suatu kebijakan atau peristiwa ekonomi, yang menyebar ke sektor lain di luar lingkup utamanya. Ekonom senior Federal Reserve Bank of St. Louis, Bill Dupor, menjelaskan spillover dapat muncul dari berbagai peristiwa regional, seperti peningkatan belanja pemerintah, bencana alam, atau penemuan sumber daya lokal.

    “Jika belanja meningkat di satu daerah, permintaan barang dari daerah lain juga ikut terdongkrak. Itu disebut spillover positif. Tapi sebaliknya, bisa juga negatif, seperti ketika tenaga kerja ditarik dari wilayah lain,” tulis Dupor dalam laman resmi St. Louis Fed.

    Dengan logika serupa, peningkatan wisatawan asal Rusia akibat pembukaan rute penerbangan ke Bali dapat mendorong permintaan pada sektor pariwisata secara keseluruhan. Hotel-hotel akan mengalami peningkatan tingkat hunian. Restoran, pusat oleh-oleh, penyedia jasa transportasi wisata, hingga pelaku UMKM yang memproduksi makanan, kerajinan tangan, atau busana muslim bisa mengalami lonjakan permintaan.

    Sektor-sektor ini mungkin tidak langsung tercermin dalam pergerakan indeks sektor aviasi di bursa, tetapi mereka berpotensi mengalami pertumbuhan bisnis yang lebih berkelanjutan. Oleh karena itu, investor yang jeli sebaiknya mulai memperhatikan emiten-emiten yang bergerak di bidang:

    1. Properti dan perhotelan, terutama yang memiliki eksposur signifikan di Bali;
    2. Distribusi logistik dan ritel lokal yang mendukung rantai pasok produk pariwisata;
    3. Startup digital, khususnya yang berbasis layanan pariwisata, pemesanan hotel, transportasi wisata, atau pemberdayaan UMKM lokal.

    Jika tren ini berkembang secara konsisten dan dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin spillover ini menciptakan ekosistem ekonomi baru—yang sebelumnya tidak terlihat dalam laporan keuangan tahunan, tetapi terasa langsung di lapangan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.