KABARBURSA.COM - Harga emas dunia pada perdagangan Kamis waktu setempat, atau Jumat dinihari, 12 September 2025, ditutup sedikit melemah, tetapi tetap bertahan dekat rekor tertinggi sepanjang masa.
Pelemahan tipis ini terjadi setelah data tenaga kerja Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda pelambatan, meski inflasi masih bertahan tinggi. Kondisi tersebut semakin memperkuat keyakinan investor bahwa Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga pada pertemuan pekan depan.
Emas spot tercatat turun 0,2 persen menjadi USD3.632,49 per ons, sempat menyusut lebih dalam sebelum data klaim pengangguran mingguan dirilis.
Kontrak emas berjangka AS untuk pengiriman Desember juga terkoreksi 0,2 persen ke USD3.673,60 per ons, tidak jauh dari rekor USD3.673,95 yang tercapai pada Selasa, 9 September 2025.
Dukungan bagi emas datang dari lonjakan klaim pengangguran mingguan ke 263.000, yang menjadi level tertinggi dalam tiga tahun. Sementara inflasi inti masih bertahan di 0,3 persen secara bulanan.
Data ini memperlihatkan pasar tenaga kerja melunak, namun tekanan harga belum sepenuhnya mereda, sehingga menciptakan dilema bagi The Fed.
Kombinasi antara melemahnya data ketenagakerjaan, penurunan indeks harga produsen (PPI) akibat lemahnya margin perdagangan, serta revisi besar pada data nonfarm payrolls menambah keyakinan pasar bahwa bank sentral tak bisa lagi menunda pelonggaran kebijakan.
Menurut FedWatch Tool milik CME Group, ekspektasi penurunan suku bunga 25 basis poin pekan depan sudah menjadi konsensus, dengan peluang kecil bagi pemangkasan lebih agresif. Ekspektasi inilah yang menopang emas, meski inflasi tahunan masih berada di level tertinggi dalam tujuh bulan.
Sepanjang 2025, harga emas telah meroket sekitar 38 persen, didukung prospek suku bunga lebih rendah, ketidakpastian geopolitik, inflasi tinggi, serta strategi diversifikasi bank sentral dari aset dolar AS.
Sentimen bullish ini terlihat jelas dalam pergerakan logam mulia lain, seperti perak naik 1 persen ke USD41,57 per ons, sementara paladium melambung 1,5 persen menjadi USD1.191,46.
Teknikal Berikan Sinyal Jenuh Beli
Dari sisi teknikal, indikator harian menegaskan dominasi sentimen beli. Relative Strength Index (RSI) berada di 71,44, menandakan momentum kuat meski sudah mendekati area jenuh beli.
Indikator lain seperti MACD, Stochastic, dan CCI juga mengisyaratkan tren positif. Rangkuman indikator teknikal menunjukkan sinyal “Sangat Beli” dengan delapan rekomendasi beli tanpa satu pun sinyal jual.
Moving average harian semakin memperkuat pandangan bullish, di mana seluruh garis dari MA5 hingga MA200 konsisten memberi sinyal beli.
Pivot points memperlihatkan level support di kisaran USD3.611–3.631, sedangkan resistensi berada di area USD3.703–3.749.
Dengan volatilitas tinggi yang tercermin dari ATR, harga emas berpotensi mengalami fluktuasi tajam dalam jangka pendek, namun tren jangka menengah hingga panjang tetap didominasi arah naik.
Keseluruhan gambaran ini menunjukkan bahwa meski emas mengalami koreksi ringan, posisinya tetap kokoh di dekat rekor. Data ekonomi yang melemah memberi ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga, dan investor memandang emas sebagai lindung nilai utama terhadap ketidakpastian.
Dari perspektif teknikal, tren kenaikan masih solid, memberikan rekomendasi “sangat beli” bagi investor yang memandang momentum emas belum berakhir.(*)