KABARBURSA.COM - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menyoroti teknologi AI dapat mendukung profesional kehumasan dalam mengelola krisis, terutama dengan kemampuannya menganalisis data dari berbagai interaksi digital untuk mengidentifikasi sentimen negatif.
"Ini memungkinkan tim humas memonitor dan merespons isu dengan cepat, mencegah potensi kerusakan reputasi institusi. Bahkan memungkinkan tim humas untuk membuat keputusan yang tepat dan selaras dengan interest dari audience-nya,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Senin, 25 November 2024.
Adapun keberadaan kecerdasan artificial atau Artificial Intelligence (AI) dengan kecerdasan manusia berpeluang saling memperkuat. Melalui kolaborasi keduanya, inovasi dalam manajemen kehumasan akan dapat lebih meningkat dan bermanfaat bagi publik.
"AI memberikan alat luar biasa yang dapat mengoptimalkan pekerjaan kita, mengarusutamakan proses, serta memberikan wawasan strategis. Namun, inti dari komunikasi yang efektif tetap terletak pada kualitas manusia: kreativitas, empati, dan etika," tuturnya.
Namun, Nezar berpendapat bahwa rendahnya adopsi AI dalam dunia kehumasan di Indonesia disebabkan oleh keterbatasan kemampuan para profesional humas dalam menguasai teknologi ini. Situasi ini menunjukkan pentingnya pelatihan dan edukasi untuk mengatasi kesenjangan tersebut.
“Merujuk pada dokumen UNESCO terkait metodologi assessment kesiapan digital, Nezar juga menekankan pentingnya upaya kolektif untuk memperbaiki talenta digital Indonesia,” tegasnya.
Oleh karena itu, Pemerintah bekerja sama dengan perusahaan teknologi, komunitas, dan lembaga pendidikan untuk meningkatkan kemampuan digital masyarakat, termasuk insan kehumasan.
"Ini mengindikasikan keperluan pelatihan dan juga edukasi untuk menjembatani kesenjangan ini.Kita harus melakukan upaya besar di Indonesia untuk memperbaiki talenta digital kita," tambahnya.
Perkuat Riset AI di Indonesia
Nezar juga mendorong kolaborasi antarseluruh pemangku kepentingan dan industri kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) untuk memperkuat penelitian dan pengembangan teknologi AI di Indonesia.
"Bagaimana kolaborasi antarstakeholder dan juga para pelaku pengembang industri AI di ekosistem ekonomi digital ini, ini bisa bekerja bareng untuk memperkuat research and development kita dalam soal AI," ujarnya.
Lanjutnya, Nezar menyebut pengembangan AI di Indonesia terkendala biaya riset dan kurangnya talenta digital. Ia mendorong semua pihak untuk berperan mencetak talenta demi optimalisasi teknologi AI.
"Mereka yang sejak dini mempersiapkan dirinya untuk menghadapi perkembangan teknologi artificial intelligence ini, ini nanti akan sangat berguna ya, artinya mereka bisa memperbesar peluang itu dan bisa mengendalikan AI ini untuk kepentingan-kepentingan kehidupan manusia," tuturnya.
Adapun Nezar menilai tantangan untuk mengoptimalkan AI terkait dengan adopsinya dalam ekosistem industri digital Indonesia. Untuk itu, Pemerintah sedang menyusun strategi nasional dan regulasi pengembangan AI.
"Stakeholders kita mengatakan dibutuhkan semacam strategi nasional untuk pengembangan, penerapan artificial intelligence," tandasnya.
Investasi Teknologi AI Dongkrak Ekonomi Indonesia
Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta merespons rencana pemerintah yang akan mengembangkan ekosisten artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di Indonesia. Gagasan yang diutarakan Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid ditujukan untuk mendukung kemajuan digital di Indonesia.
Menurut Nafan, pengembangan tersebut berpeluang menjadi motor baru bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi jika dengan dukungan investasi dari perusahaan-perusahaan teknologi informasi global.
“Ekosistem AI ini adalah salah satu inovasi teknologi yang, jika dioptimalkan, mampu menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru. Jika implementasinya berhasil, AI bisa mendorong ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5 persen,” ujar Nafan kepada Kabarbursa.com,
Namun, Nafan menyebut bahwa implementasi dan realisasi investasi di sektor AI ini membutuhkan waktu dan komitmen jangka panjang dari berbagai pihak. Pasar pun, imbuhnya, masih dalam posisi “wait and see” terkait efektivitas dan dampak langsung investasi ini terhadap emiten berbasis AI dan teknologi di Indonesia.
“Efek dari investasi ini tidak akan langsung terasa. Emiten di sektor AI maupun teknologi harus melihat implementasi yang nyata di lapangan. Pengaruh signifikan biasanya akan dirasakan dalam jangka panjang,” jelasnya.
Nafan juga menekankan pentingnya komitmen pemerintah dalam memaksimalkan manfaat dari investasi asing ini. Ia menyebut bahwa optimalisasi investasi di sektor inovasi dan teknologi, khususnya AI, memerlukan reformasi yang signifikan, termasuk deregulasi dan debirokratisasi untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif.
“Pemerintah harus berkomitmen pada reformasi kebijakan, terutama dalam deregulasi dan debirokratisasi. Hal ini akan meningkatkan daya tarik bagi foreign investment di bidang inovasi dan teknologi, termasuk AI. Langkah ini penting sebagai bagian dari upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi baru,” tambah Nafan. (*)