KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah di pasar spot terus mengalami tekanan hingga akhir perdagangan hari ini. Pada Senin 12 Agustus 2024 rupiah spot ditutup pada level Rp 15.955 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pelemahan ini menyebabkan rupiah mengalami penurunan sebesar 0,19 persen dibandingkan dengan penutupan pada Jumat 9 Agustus 2024 yang berada di level Rp 15.925 per dolar AS. Tren ini sejalan dengan pergerakan mayoritas mata uang di Asia.
Hingga pukul 15.01 WIB, ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan penurunan terburuk di Asia, merosot 0,58 persen. Selanjutnya, yen Jepang tercatat melemah 0,42 persen, sementara won Korea Selatan ditutup dengan depresiasi sebesar 0,36 persen. Dolar Taiwan juga mencatat penurunan sebesar 0,18 persen.
Kemudian, yuan China terlihat turun 0,13 persen, diikuti oleh peso Filipina yang mengalami koreksi sebesar 0,1 persen. Dolar Singapura juga melemah tipis sebesar 0,03 persen. Rupee India menunjukkan pelemahan kecil sebesar 0,01 persen terhadap dolar AS pada sore ini.
Sementara itu, dolar Hongkong dan baht Thailand menunjukkan pergerakan yang relatif stabil dan tipis pada hari ini.
Agustus 2024 menjadi bulan yang penuh dinamika untuk nilai tukar rupiah, dengan berbagai faktor domestik dan global yang mempengaruhi pergerakannya.
Rupiah menghadapi tekanan dari situasi ekonomi global. Kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS dan kekhawatiran terkait inflasi global membuat pasar forex global bergejolak. Hal ini menambah volatilitas pada nilai tukar rupiah, yang tertekan terhadap dolar AS.
Di sisi domestik, laporan-laporan ekonomi Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang moderat namun masih jauh dari ideal. Meskipun ada beberapa sektor yang menunjukkan perbaikan, seperti industri dan ekspor, defisit perdagangan dan inflasi tetap menjadi masalah. Data inflasi yang relatif tinggi mempengaruhi daya beli masyarakat dan menambah beban pada kebijakan moneter Bank Indonesia.
Bank Indonesia menghadapi dilema dalam mengatur kebijakan moneter untuk menyeimbangkan inflasi dan stabilitas nilai tukar. Kenaikan suku bunga yang dilakukan untuk mengatasi inflasi dapat memicu aliran modal keluar, menambah tekanan pada rupiah. Sementara itu, kebijakan fiskal pemerintah yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi juga berpotensi mempengaruhi nilai tukar melalui pengaruh terhadap defisit anggaran dan utang negara.
Sentimen pasar terhadap rupiah selama Agustus 2024 tampak campur aduk. Beberapa investor mengkhawatirkan potensi dampak dari ketidakpastian global dan domestik terhadap stabilitas rupiah. Namun, ada juga optimisme terkait upaya reformasi ekonomi dan kebijakan yang dapat memperkuat fondasi ekonomi Indonesia di masa depan.
Melihat proyeksi ke depan, banyak analis memperkirakan bahwa rupiah akan terus menghadapi tekanan hingga akhir tahun. Stabilitas rupiah akan sangat bergantung pada bagaimana pemerintah dan Bank Indonesia menangani tantangan-tantangan ekonomi domestik dan global, serta sejauh mana kebijakan yang diterapkan dapat mengatasi ketidakpastian yang ada.
Secara keseluruhan, sentimen terhadap rupiah di bulan Agustus 2024 menunjukkan campuran antara kekhawatiran dan harapan, dengan berbagai faktor yang berperan dalam menentukan arah nilai tukar mata uang ini.
Rupiah, seperti mata uang Asia lainnya, tertekan oleh ketidakpastian ekonomi global. Kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS dan volatilitas pasar global mempengaruhi aliran modal dan berdampak pada nilai tukar mata uang di seluruh Asia, termasuk rupiah. Hal ini menyebabkan fluktuasi yang signifikan dalam nilai tukar rupiah terhadap mata uang Asia lainnya.
Sentimen investor terhadap rupiah di Asia dipengaruhi oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Ketidakpastian politik dan ekonomi domestik di Indonesia, bersama dengan tantangan global seperti inflasi dan kebijakan moneter yang ketat di negara maju, berkontribusi pada pergerakan nilai tukar rupiah.
Perbandingan dengan Mata Uang Asia
- Ringgit Malaysia: Rupiah mengalami tekanan seiring dengan pergerakan ringgit Malaysia yang juga melemah. Ringgit Malaysia menghadapi tantangan dari penurunan harga komoditas dan ketidakpastian politik domestik, yang berdampak pada stabilitas nilai tukarnya.
- Yen Jepang: Yen Jepang, sebagai salah satu mata uang utama di Asia, menunjukkan tren yang beragam. Meskipun yen menghadapi tekanan dari kebijakan moneter Bank of Japan, pergerakan yen berpengaruh pada nilai tukar rupiah, dengan yen yang sedikit melemah terhadap dolar AS.
- Won Korea Selatan: Won Korea Selatan juga menunjukkan pelemahan, dengan nilai tukar yang terdepresiasi terhadap dolar AS. Rupiah mengikuti pola yang sama, tertekan oleh kondisi global dan dampak dari kebijakan ekonomi domestik.
- Dolar Taiwan dan Yuan China: Dolar Taiwan dan yuan China menunjukkan pergerakan yang relatif stabil dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya. Meskipun rupiah mengalami tekanan, stabilitas relatif dolar Taiwan dan yuan China memberikan dampak terbatas pada pergerakan rupiah terhadap mata uang ini. (*)