KABARBURSA.COM - Pasar keuangan global saat ini tengah berjalan di atas bara yang membara. Ketegangan geopolitik yang mencuat usai serangan udara Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran telah mengguncang banyak instrumen investasi, dan Indonesia pun tak luput dari dampaknya.
Nilai tukar rupiah kembali melemah. Kurs referensi JISDOR yang dirilis Bank Indonesia turun 85 poin menjadi Rp16.484 per dolar AS. Di pasar spot, rupiah tetap berada di level Rp16.480.
Penurunan ini terjadi seiring meningkatnya ketidakpastian global yang membuat investor menarik diri dari aset-aset berisiko, termasuk mata uang negara berkembang.
Di sisi moneter, pertumbuhan jumlah uang beredar (M2) pun menunjukkan perlambatan. Pada Mei 2025, M2 naik 4,9 persen secara tahunan menjadi Rp9.406,60 triliun, turun dari kenaikan 5,2 persen di bulan sebelumnya.
Ini memberi sinyal bahwa tekanan pada sisi permintaan mulai terasa, kemungkinan akibat kombinasi dari inflasi, ekspektasi suku bunga tinggi, dan kehati-hatian pelaku usaha.
Di luar negeri, situasi pasar juga tidak kalah menegangkan. Harga minyak sempat melonjak tajam setelah serangan gabungan AS dan Israel ke Iran, yang memicu ketakutan akan terganggunya pasokan minyak global.
Namun, harga mulai mereda secara teknikal, WTI turun tipis ke USD73,68 per barel dan Brent ke USD75,36.
Pasar juga mulai mencermati reaksi Iran. Jika situasi memanas, dampaknya bisa jauh lebih luas, terutama menyangkut jalur strategis seperti Selat Hormuz.
Emas Turun Tipis, Investor Tahan Diri
Emas sebagai aset aman malah turun tipis ke USD3.376 per ons, mengindikasikan investor masih menahan diri sembari menunggu arah krisis. Harga komoditas logam industri seperti tembaga dan nikel ikut terkoreksi, sementara perak justru menguat.
Di pasar Asia, bursa saham mayoritas terkoreksi. Indeks Nikkei Jepang dan TAIEX Taiwan ditutup melemah, menunjukkan adanya tekanan dari sentimen global. Namun, beberapa indeks seperti HSI dan SHCOMP di China justru naik, kemungkinan berkat ekspektasi stimulus ekonomi domestik.
Bursa Eropa Naik Tipis, Situasi Lebih Tenang
Eropa menunjukkan sikap yang lebih tenang. Bursa-bursa utama seperti DAX Jerman dan FTSE Inggris mencatat kenaikan tipis, sementara CAC Prancis sedikit melemah. Investor di sana tampaknya masih percaya bahwa konflik ini dapat diredam dan tidak membesar ke skala yang lebih destruktif.
Di AS, kontrak berjangka untuk indeks Dow Jones, S&P, dan Nasdaq mencatat kenaikan ringan, menunjukkan bahwa pelaku pasar masih memantau ketat reaksi politik Washington dan dinamika di Timur Tengah.
Secara keseluruhan, peta pasar saat ini menuntut kewaspadaan tinggi. Konflik geopolitik, tekanan nilai tukar, serta arus modal yang berpotensi keluar dari pasar negara berkembang membuat strategi defensif menjadi kunci.
Bagi investor domestik, ini saatnya mengencangkan sabuk pengaman, menjaga likuiditas, dan memfokuskan portofolio pada sektor-sektor yang memiliki daya tahan lebih kuat terhadap gejolak global.(*)