KABARBURSA.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan, sektor hulu minyak dan gas (migas) merupakan elemen vital dalam mewujudkan swasembada energi sesuai visi besar Astacita Presiden Prabowo Subianto.
Ia menyatakan, kemandirian energi membutuhkan peningkatan produksi migas yang berkelanjutan dan maksimal. Salah satu langkah konkret yang diusulkan adalah mengaktifkan kembali sumur-sumur menganggur (idle) yang selama ini tidak berproduksi.
"Potensi dari sumur-sumur lama yang tidak beroperasi masih cukup signifikan untuk meningkatkan lifting migas nasional," ujar Bahlil dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu 29 Desember 2021.
Berdasarkan data, Indonesia memiliki 44.985 sumur migas. Dari jumlah itu, 16.433 sumur aktif berproduksi, 16.990 sumur idle tidak beroperasi, dan 11.562 sumur lainnya berstatus abandoned, injection, atau dry-hole.
Secara rinci, ada 4.993 sumur idle yang tidak memiliki potensi hidrokarbon (HC), 4.495 sumur idle yang masih menyimpan potensi HC, dan 7.502 sumur idle lainnya yang kini dalam proses kajian.
Bahlil optimistis, reaktivasi sumur-sumur idle ini dapat mengembalikan produksi minyak nasional ke angka lebih dari 1,5 juta barel per hari, seperti yang pernah dicapai pada 1997. Dengan langkah tersebut, kesenjangan antara kebutuhan dan produksi migas domestik dapat dikurangi secara signifikan.
"Situasi saat ini sangat berbanding terbalik dengan 1997. Dulu, kita ekspor 1 juta barel per hari, sekarang kita malah mengimpor 1 juta barel per hari," ungkapnya.
Saat ini, konsumsi minyak nasional rata-rata mencapai 1,6 juta barel per hari. Oleh karena itu, Kementerian ESDM terus menggenjot lifting minyak dan gas bumi sebagai salah satu langkah strategis untuk memastikan kemandirian energi bangsa.
Sumber Barang Impor
Presiden ke-8 RI, Prabowo Subianto, menargetkan Indonesia mencapai swasembada energi di lima tahun mendatang. Adapun dalam mencapai swasembada energi, Prabowo menekankan pemanfaatan sejumlah tanaman yang dapat menjadi salah satu sumber alternatif bahan bakar minyak (BBM).
Menanggapi hal tersebut, Pembina Masyarakat Ilmuan dan Teknologi Indonesia (MITI), Mulyanto menilai, target yang dicanangkan Prabowo berat. Pasalnya, penggunaan energi BBM dan gas Liquefied Petroleum Gas (LPG), masih bersumber dari barang impor.
“Target yang cukup berat, khususnya terkait dengan sumber energi BBM dan gas LPG, yang faktanya sekarang ini kita masih impor,” kata Mulyanto saat dihubungi Kabarbursa.com, Senin, 21 Oktober 2024.
Impor dua komoditas tersebut, kata Mulyanto, terus meningkat hingga saat ini. Dia menilai, perlu langkah massif untuk mengatur substitusi impor, khususnya gas LPG yang diketahui Indonesia memiliki ketersediaan gas alam yang melimpah. Mulyanto menilai pemerintah perlu memasifkan penggunaan kompor gas alam. Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini mengatakan pemerintah perlu merealisasikan target 4 juta sambungan rumah tangga (SR) sebagaimana yang ditetapkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Penggunaan kompor gas LPG diganti dengan kompor gas alam. Dengan kata lain, program Jargas (jaringan gas) rumah tangga mesti menjadi gerakan yg masif. Target 4 juta sambungan rumah tangga harus diwujudkan,” ungkapnya.
Optimalkan Langkah Optimal
Begitu juga dengan mewujudkan kemandirian BBM, Mulyanto berujar pemerintah perlu mengoptimalkan langkah penghematan, pembatasan, dan pengawasan di sektor hilir. Sementara pada sektor hulu, pemerintah perlu menegaskan kembali perannya dalam hal lifting minyak.
“Di sisi hilir (demand) perlu digalakkan langkah penghematan, pembatasan dan pengawasan. Sementara di sisi hulu (supply) peran Pertamina, yang menguasai lebih dari 60 persen lifting minyak, menjadi semakin sentral,” jelasnya.
Mulyanto menilai penemuan besar atau giant discovery untuk eksplorasi dan optimalisasi eksploitasi minyak harus menjadi perhatian di samping merampungkan pembangunan kilang-kilang baru Pertamina. “Dengan kata lain, perlu ditingkatkan lifting minyak Pertamina sekaligus produksi BBM melalui kilang domestik,” katanya(*)