KABARBURSA.COM – Indeks FTSE 100 ditutup turun 0,4 persen pada Senin, 1 Juli 2025, seiring memudarnya reli akibat meredanya ketegangan geopolitik dan kekhawatiran tarif Amerika Serikat. Di sisi lain, indeks midcap FTSE 250 justru mencetak kenaikan kuartalan terbesar dalam hampir lima tahun terakhir.
Indeks FTSE 100, yang berfokus pada perusahaan multinasional, masih mencatat kenaikan lebih dari 7 persen sepanjang tahun ini, melampaui capaian tahunan sejak 2021. Sementara itu, FTSE 250 yang lebih berorientasi pada pasar domestik ditutup turun 0,4 persen dalam perdagangan harian, namun naik 11 persen lebih selama kuartal II 2025.
Saham midcap Inggris dinilai lebih tahan terhadap gangguan tarif karena eksposur perdagangan internasional yang lebih rendah. Inggris juga masih menjadi satu-satunya negara yang memiliki perjanjian dagang aktif dengan Amerika Serikat.
Secara bulanan, FTSE 100 turun tipis 0,1 persen, sedangkan FTSE 250 menguat 2,8 persen. Saham sektor kedirgantaraan dan pertahanan naik 1,2 persen, didorong oleh penguatan saham Rolls-Royce sebesar 1,4 persen. Penguatan ini terjadi setelah kesepakatan dagang AS-Inggris mulai berlaku, menghapus tarif 10 persen untuk mesin dan komponen pesawat terbang.
Investor kini mengamati dengan saksama kesepakatan dagang lanjutan yang mungkin diumumkan sebelum tenggat 9 Juli yang ditetapkan Presiden Donald Trump.
Data terbaru menunjukkan ekonomi Inggris tumbuh dalam laju tercepat dalam setahun pada kuartal I 2025. Namun, analis memperkirakan pertumbuhan akan melambat sepanjang sisa tahun ini.
Dari sisi emiten, saham WH Smith anjlok 3,4 persen setelah perusahaan menyatakan akan menerima dana lebih kecil dari penjualan bisnis toko ritel di Inggris kepada Modella Capital, pemilik merek hobi dan kerajinan tangan Hobbycraft.
Saham raksasa farmasi GSK turun 1,1 persen setelah seorang senator Amerika Serikat menyatakan akan menyelidiki keputusan perusahaan menghentikan produksi inhaler asma anak-anak yang banyak digunakan.
Sementara itu, saham perusahaan gas Centrica turun 1,2 persen setelah J.P. Morgan memangkas rekomendasi terhadap saham tersebut. (*)